Review Mirror’s Edge Catalyst: Membosankan!
Open-World Semu

Ketika pertama kali Catalyst diperkenalkan kepada publik, DICE dan EA langsung menyebutnya sebagai sebuah game Mirror’s Edge dengan ekstra konten open-world di dalamnya. Jadi berbeda dengan seri sebelumnya yang linear, kata “open-world” tentu saja langsung memberikan ekspektasi tertentu bahwa Anda akan diberikan kebebasan yang hampir absolut untuk menjelejahi dan melakukan beragam aktivitas di dalam City of Glass itu sendiri. Namun pertanyaannya kini, apakah klaim tersebut benar? Ataukah ini akan jadi sebuah janji jauh dari harapan yang kembali berakhir mengecewakan? Sayangnya, di mata kami, ia lebih condong ke impresi kedua.


Sebelum kita berbicara jauh soal konsep open-world yang ia usung, Mirror’s Edge Catalyst harus diakui menawarkan sebuah cita rasa gameplay parkour yang sebenarnya solid dan memuaskan di saat yang sama. Dengan sistem kontrol yang jauh lebih sederhana dan animasi gerak yang tak lagi membuat kepala Anda sepusing seri pertamanya, aksi parkour Anda kini lebih bisa dinikmati. Satu tombol sama yang digunakan di beragam kondisi akan menghasilkan ragam aksi berbeda, dari sekedar melompat, berlari cepat di dinding, melewati rintangan, hingga menggunakan equipment baru Anda untuk mencapai tempat yang lebih tinggi. Benar sekali, tak lagi sekedar kaki untuk berlari, Faith juga akan dibekali dengan grappling hook yang bisa digunakan di titik-titik tertentu.
Lantas, apa yang membuat mekanisme open-world ini justru jadi bumerang? Karena alih-alih sebuah dunia yang terbuka, konsep yang mereka tawarkan bisa disebut semu. Anda memang akan ditawarkan sebuah dunia cukup luas dengan ragam ikon misi sampingan dan utama di dalamnya, namun tak ada motivasi untuk menjelajahinya sama sekali. Untuk apa Anda harus disibukkan ke beragam sudut kota untuk sesuatu yang tak menarik? Tak hanya itu saja, desain kotanya sendiri tak terhitung intuitif bagi Anda untuk menjelajahinya secara bebas.


Tak seperti seri originalnya dimana area yang bisa Anda gunakan untuk bermanuver akan punya warna berbeda dengan sisa tempat lainnya, Anda tak akan menemukan hal tersebut di Catalyst sebelum Anda mengaktifkan satu mekanisme baru yang disebut sebagai Runner’s Vision yang berfungsi tak ubahnya GPS. Berita buruknya? “GPS” ini hanya akan muncul ketika Anda meletakkan waypoint ke titik tertentu yang sudah disediakan. Jadi, hampir mustahil menjelajahi kota ini dengan nyaman jika Anda tak punya tujuan sama sekali.


Lagipula sensasi open-world Catalyst sendiri terasa begitu semu. Mengapa? Anda memang berhadapan dengan satu dunia yang luas, namun hampir semua misi yang Anda ambil akan berakhir dengan meminta Anda menjelajahi satu jalur definitif yang memang sudah disediakan dan tak menawarkan alternatif jalan sama sekali. Untuk mencapai titik B dari titik A, misalnya, Anda tetap harus memanjat dari tempat yang sama, belari melewati dinding yang sama, atau bahkan menggunakan grappling hook Anda untuk mengayun di antara gedung yang sama. Tak ada alternatif jalan yang terbuka untuk Anda eksplorasi, misalnya, untuk mencapai tempat yang sama lebih cepat atau efektif. Luasnya dunia Catalyst menjadi tak lebih dari sekedar hiasan yang tak terasa signifikan sama sekali. Mengapa? Karena pada akhirnya, Anda akan lebih sering berakhir mengaktifkan Runners Vision Anda, mengikuti jalur merah “GPS” yang sudah disediakan, dan menyelesaikan misi apapun yang Anda inginkan. Ini bukanlah sebuah game yang memberikan ruang dan reward yang pantas untuk Anda yang sekedar senang tertarik untuk menjelajahi setiap sudut kota yang ada.


Salah satu klaim yang cukup menarik dari DICE dan EA ketika memperkenalkan Catalyst kepada publik adalah elemen multiplayer yang hendak ia tawarkan. Secara logika, apalagi dengan konsep “open-world” yang ia tawarkan, Anda mungkin berpikir bahwa ia akan menyediakan satu area multiplayer khusus dimana Anda bisa melihat player lain berkompetisi sebagai Runner untuk satu mode kompetitif terpisah. Namun sayangnya, tak demikian. Mode “multiplayer” di Catalyst berujung pada kesempatan untuk menciptakan track lari Anda sendiri dan kemudian merilisnya di peta untuk dijajal dan ditantang oleh gamer lainnya. Persaingan hanya terjadi sebatas statistik di Leaderboard dan tak lebih. Bagi kami sendiri, mode ini juga tak menarik.
Sistem Pertarungan yang Dangkal

Hidup Anda sebagai seorang Runner tentu bukan pekerjaan yang bisa dibilang “damai”, apalagi dengan kekuatan militer seperti KrugerSec yang terus memburu Anda karena peran Anda yang berbahaya. Pertarungan menjadi tak terhindarkan dan sudah jadi salah satu “kunci” permainan Mirror’s Edge, bahkan sejak seri originalnya di masa lalu. Namun membuat segala sesuatunya terasa lebih berbeda, DICE dan EA juga memastikan bahwa Faith tak akan lagi bisa menggunakan senjata api di seri terbaru ini. Semua ancaman harus ia selesaikan lewat pertarungan tangan kosong, melawan varian pasukan KrugerSec yang juga masing-masing hadir dengan varian senjata dan karakteristik serangan yang berbeda. Sebuah tantangan? Sayangnya, sistem ini juga berakhir jadi sebuah lelucon.
Di awal permainan, Anda mungkin akan merasa bahwa sistem pertarungan ini akan berjalan penuh strategi dan kesan inilah yang memang berusaha DICE tawarkan. Dengan serangan lemah (tangan) dan kuat (kaki), Anda digiring untuk percaya bahwa tiap musuh yang Anda temui akan jadi tantangan yang tak mudah untuk ditundukkan. Anda harus menghindari tiap serangan yang ada, kemudian menendang mereka ke objek lain untuk ekstra damage dan efek mini stun untuk diikuti kombinasi serangan selanjutnya, hingga setiap rintangan ini berhasil. Hasil inilah yang mungkin Anda temukan di setidaknya 1-2 pertarungan pertama. Sisanya? Anda hanya perlu menekan satu tombol yang sama untuk menyelesaikan hampir semua tantangan yang ada.


Berbeda dengan seri originalnya, Catalyst kini juga punya sistem level dan membuka kesempatan bagi Anda untuk memperkuat Faith dengan skill point yang didapatkan dari kenaikan level tersebut. Salah satu aspek yang bisa Anda perkuat selain Movement dan Gadget? Benar sekali, Combat. Semakin cepat Anda menaikkan kategori yang satu ini, semakin tak relevan pula semua pertarungan yang akan Anda lewati nantinya. Apa pasal? Karena ia memuat satu gerakan yang terhitung terlalu overpowered dan berperan sebagai solusi untuk semua varian musuh, dari yang lemah hingga yang terkuat.
Salah satu gerakan Combat tersebut memungkinkan Anda untuk menarik musuh Anda ke depan, menghasilkan efek “mini-stun”, yang memungkinkan Anda untuk menyerang punggung mereka secara instan untuk damage lebih besar hingga kombo kecil untuk ekstra damage. Begitu mereka sadar kembali, Anda melakukan hal yang sama lagi dan terus mengulanginya hingga tiap musuh ini tunduk. Dengan upgrade yang satu ini, sistem pertarungan di Mirror’s Edge Catalyst langsung terasa begitu mudah dan tak lagi mengancam. Perbedaan antara varian musuh yang lebih kuat dan lemah kini hanya terletak pada jumlah damage yang harus Anda lemparkan dan tak lagi karena mereka menawarkan ancaman lebih besar atau menuntut strategi pertarungan yang lebih kompleks. Semuanya berakhir lebih repetitif.


Berita baiknya? Beberapa skenario yang ada juga tak mengharuskan Anda untuk bertarung dan menaklukkan tiap musuh ini. Jika Anda sedang sibuk berusaha lari ke area tertentu, Anda bisa melewatkannya begitu saja. Faith juga diperkuat sebuah sistem baru bernama “Force Shield”, yang mungkin secara logika tak rasional, namun berfungsi jadi sebuah pelindungnya dari ancaman luar. Jika Anda berhasil bermanuver melewati beragam aksi parkour tanpa mencedarai Faith sama sekali, bar Force Shield perlahan namun pasti akan terbangun. Maka seperti namanya, ia berfungsi sebagai pelindung yang menyelimuti tubuh Faith untuk menahan damage yang ada. Sebagai contoh? Jika Anda ditembak oleh pasukan KrugerSec ketika berlari, maka bar Force Shield Anda lah yang akan berkurang. Health Anda baru terancam jika damage masuk ketika Anda tak punya pelindung ini sama sekali.

Terlepas dari kesan awal bahwa sistem pertarungan game ini akan berakhir menjadi salah satu nilai jual yang menarik untuk diperhatikan, ia justru berakhir jadi sistem repetitif yang tak menawarkan tantangan sama sekali seiring dengan progress karakter Anda sendiri. Dan ia juga merupakan salah satu faktor kontributor yang membuat kami menyimpulkan Catalyst sebagai sebuah game yang membosankan.












