Review Mirror’s Edge Catalyst: Membosankan!

Reading time:
June 23, 2016

Membosankan

Anda tahu Anda berharapan dengan sebuah game di bawah standar ketika alih-alih menarik, ia justru terasa super membosankan.
Anda tahu Anda berharapan dengan sebuah game di bawah standar ketika alih-alih menarik, ia justru terasa super membosankan.

Sebagai salah satu gamer yang sempat mencicipi seri original Mirror’s Edge dan tahu jelas gameplay seperti apa yang ia tawarkan, agak sedikit aneh memang jika kami bisa berakhir “bosan” dengan seri terbarunya – Catalyst ini. Bukan karena ekspektasi kami yang absurd bahwa semua game first person harus punya elemen senjata atau dramatisasi berlebihan di dalamnya, namun lebih karena desain misi yang ditawarkan DICE itu sendiri. Jika sistem pertarungan yang dangkal dan open-world semu jadi kontribusi tersendiri pada kesimpulan yang satu ini, maka Anda masih belum bertemu dengan sistem misi yang ada.

Cerita? Meh.
Cerita? Meh.
Karakter? Meh.
Karakter? Meh.

Dari sisi cerita, tak ada kejutan. Dari sejak awal permainan, Anda bahkan sudah bisa menebak apa yang akan terjadi, apalagi ketika game ini terus melemparkan kepada Anda secara intensif soal masa lalu Faith itu sendiri. Gamer manapun yang berpikir secara rasional pasti tahu bahwa masa lalunya akan punya keterkaitan kuat dengan konflik yang tengah dihadapi Faith bersama dengan KrugerSec saat ini, apalagi dengan sosok “orang tua” dan “adik” yang terus menerus diulang. Ceritanya standar sebuah film Hollywolod yang standar dan tak fantastis sama sekali. Sama seperti yang kami bicarakan sebelumnya, cerita mungkin berpengaruh, namun desain misi lah yang membuat Catalyst ini terasa super membosankan. Apa pasal? Karena apapun misi yang Anda pilih atau kerjakan, baik misi sampingan, utama untuk melanjutkan cerita, atau sekedar tantangan yang ada, semuanya berakhir hampir sama satu sama lain.

Maka kami bisa menyakinkan Anda bahwa hampir semua misi Anda akan berakhir sama, kecuali misi “menara” ala game-game Ubisoft yang meminta Anda untuk memanjat ke tempat lebih tinggi yang berakhir punya sensasi platforming yang lebih kuat. Namun semua misi yang lain, utama ataupun sampingan, berakhir hampir serupa satu sama lain. Anda akan bertemu skenario seperti ini: Faith diminta untuk mengantar / mengambil barang, Anda berlari ke tempat tersebut, ada musuh / ekstra cerita di sana, Faith berada dalam bahaya, ekstra dramatisasi, dan Anda harus kabur ke tempat yang aman. Lakukan hal yang sama berulang kali dari awal hingga akhir cerita, maka Anda akan mendapatkan pengalaman Mirror’s Edge itu sendiri. Belum lagi fakta bahwa open-world-nya sendiri semua sehingga Anda seringkali berakhir menyusuri tempat yang sama berulang kali dengan tantangan yang sama hanya untuk bergerak menuju ke tempat misi utama, misalnya. Menarik di 1-2 misi awal, monoton dan membosankan di akhir.

Misi utama dan sampingan cerita yang ia tawarkan terasa monoton dan repetitif.
Misi utama dan sampingan cerita yang ia tawarkan terasa monoton dan repetitif.
Batas waktu untuk misi tantangannya juga begitu ketat dan tak rasional.
Batas waktu untuk misi tantangannya juga begitu ketat dan tak rasional.

Salah satu pilihan yang cukup mengundang tanda tanya terbesar kami juga mengakar pada rangkaian misi kecil / challenges yang ditawarkan di game ini, yang biasanya meminta Anda untuk mengirimkan barang dalam batas waktu tertentu. Berita buruknya? Berbeda dengan game-game open-world kebanyakan yang biasanya lebih berfokus pada kepuasan Anda menyelesaikan misi atau sekedar menawarkan tingkatan “reward” untuk mengakomodasi semua jenis kesuksesan, hampir semua misi kecil di Catalyst dibatasi dengan batas waktu yang hampir tak rasional. Batas waktu yang bahkan bisa membuat Anda yang berlari tanpa celah sedikit pun bisa berakhir gagal. Satu langkah kecil salah, maka Anda tak akan berakhir pada rasa frustrasi, seperti yang kami rasakan.

Satu yang aneh dari misi kecil ini adalah DICE tak pernah menyisipkan informasi apapun bahwa Anda mungkin baru boleh mempertimbangkan untuk menyelesaikannya ketika Faith sudah mendapatkan upgrade yang cukup lengkap di bagian Movement. Berkaca dari game open-world selama ini, hal inilah yang kami lakukan, berusaha menyelesaikan sebuah tantangan yang mustahil untuk diselesaikan dan merasa bahwa kegagalan berasal dari strategi gerak Anda dan bukannya dari desain game itu sendiri. Begitu terus-menerus, hingga Anda bahkan tak lagi tertarik mencobanya. Percaya atau tidak, ketika kami menemukan Faith ternyata punya upgrade untuk mempercepat gerakan memanjatnya secara signifikan, tantangan ini baru terasa sedikit lebih rasional. Lantas, untuk apa kami menjajalnya sejak awal? Itu jadi pertanyaan kami sendiri.

Ini adalah satu dari sedikit game open-world yang berhasil mmebuat kami tak peduli sama sekali soal misi sampingan atau misi tantangan sama sekali. Kami hanya ingin segera menyelesaikan misi utama yang ada dan melupakannya.
Ini adalah satu dari sedikit game open-world yang berhasil mmebuat kami tak peduli sama sekali soal misi sampingan atau misi tantangan sama sekali. Kami hanya ingin segera menyelesaikan misi utama yang ada dan melupakannya.

Percaya atau tidak, sebagai salah satu gamer yang cukup mengejar tantangan dan ragam trophy rasional yang bisa didapatkan, Mirror’s Edge Catalyst adalah game “open-world” pertama dimana kami sama sekali tak peduli soal misi tantangan dan hanya berfokus untuk menyelesaikan misi utama dan misi sampingan cerita yang ada secepat mungkin. Semua ikon ini tak lagi terasa menarik untuk ditempuh dan diselesaikan dan reward yagn ditawarkan memang tak sepantas kesibukan yang harus Anda lewati. Ditambah dengan karakter pendukung dan juga musik yang tak menarik, percampuran elemen ini seolah mengkhianati ekspektasi dari apa yang Anda ingikan dari sebuah seri Catalyst.

Kesimpulan

Mirror's Edge Catalyst jagatplay PART 1 (5)
Gamer memang sudah bermimpi dan berteriak untuk kembalinya sebuah seri Mirror’s Edge ke pasaran, namun sayangnya, Catalyst tak memenuhi banyak harapan tersebut.

Gamer memang sudah bermimpi dan berteriak untuk kembalinya sebuah seri Mirror’s Edge ke pasaran, namun sayangnya, Catalyst tak memenuhi banyak harapan tersebut. Satu-satunya hal yang menarik darinya hanyalah implementasi sistem parkour yang masih pantas untuk diacungi jempol dan animasi gerak yang kini tak lagi terlalu membuat kepala Anda pusing dengan cepat. Kontrol masih terasa cukup intuitif bagi Anda untuk melakukan manuver yang dibutuhkan untuk melintasi kota dengan cepat, termasuk kehadiran beragam perangkat baru yang membuatnya terasa lebih mengalir. Tetapi berita buruknya, hanya hal inilah yang bisa kami sukai dari Catalyst itu sendiri.

Sisanya, eksekusi yang tak terlalu menawan. Sebuah game open-world yang tak mampu memberikan motivasi atau fasilitasi fitur yang mumpuni bagi Anda untuk menjelajahi setiap sudut kota yang ada dan bersenang-senang dengan kebebasan yang ditawarkan sudah jadi awal untuk sebuah design gameplay yang buruk. Sistem pertarungan yang cukup dangkal, misi tantangan yang tak rasional, karakter yang tak menarik, cerita yang klise,hingga musik yang tak memorable menjadi “bumbu” dari ketidaksempurnaan yang tak akan pernah Anda inginkan ada di sebuah seri yang seharusnya menjadi “kebangkitan kembali”  dari franchise yang hampir mati.

Sedih, kecewa, dan bosan adalah tiga kata yang paling tepat untuk menjelaskan apa yang ditawarkan oleh Catalyst kepada kami, gamer yang sudah lama merindukan kembalinya Mirror’s Edge ke pasaran. Usaha DICE untuk menawarkan sesuatu yang baru dan berbeda di seri ini justru jadi bumerang yang membuatnya berakhir jadi seri yang meragukan. Kami sendiri tak merekomendasikan game ini untuk Anda lirik.

Kelebihan

Setidaknya sensasi gerak parkour-nya terasa lebih mengalir.
Setidaknya sensasi gerak parkour-nya terasa lebih mengalir.
  • Sistem parkour yang mengalir

Kekurangan

Jangan menangis, Faith..
Jangan menangis, Faith..
  • Cerita klise
  • Karakter yang tak menarik
  • Sistem pertarungan yang dangkal
  • Open-world terasa semu
  • Desain misi yang monoton dan repetitif
  • Mode “multiplayer” yang tak menggoda

Cocok untuk gamer: yang benar-benar butuh sebuah sensasi gaming yang berbeda

Tidak cocok untuk gamer: yang mengharapkan Mirror’s Edge original yang lebih sempurna, game open-world yang menggoda

Pages: 1 2 3
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…