Review Battlefield 1: Memenuhi Hype!

Reading time:
October 28, 2016

Atmosfer yang Fantastis

Kita semua mengerti kekuatan Frosbite sebagai engine. Namun kemampuan DICE dan EA menggunakannya untuk membangun atmosfer Battlefield 1 lah yang menjadi daya tarik utama.
Kita semua mengerti kekuatan Frosbite sebagai engine. Namun kemampuan DICE dan EA menggunakannya untuk membangun atmosfer Battlefield 1 lah yang menjadi daya tarik utama.

Hampir sebagian besar dari kita sudah mengenal dan mengerti seberapa tangguhnya Frostbite Engine di industri game. Engine yang dijadikan DICE sebagai andalan ini memang punya citra kuat tak hanya sebagai engine yang mampu menghadirkan kualitas visualisasi memesona dengan detail yang baik saja, tetapi juga dengan efek kehancuran yang juga mempengaruhi sis gameplay. Di Battlefield 1, Frostbite Engine menjadi bagian dan dasar dari salah satu daya tarik terbaiknya – Atmosfer.

Atmosfer baik untuk mode single player ataupun multiplayer Battlefield 1 adalah salah satu yang terbaik di kelasnya. Seberapa keren? Cukup untuk membuat Anda seolah merasa tengah terlibat aktif di tengah sebuah pertempuran besar yang memang intens, terutama di mode multiplayer. Di mode single player, Anda  menikmati atmosfer ini dengan lebih linear. Ada rumah yang bisa hancur, efek tata cahaya yang memesona di sana-sini, dan beragam efek visual seperti sekedar debu atau kabut yang memang muncul sebagai bagian dari skenario. Namun atmosfer dari mode multiplayer-nya lah yang membuat kami jatuh hati. Terutama dari desain setting untuk setiap peta yang fantastis, padat, mengandung banyak potensi kehancuran, hingga hal “kecil” lain yang mungkin tak pernah Anda perhatikan sebelumnya.

Asap, debu, efek cahaya, hingga beragam efek kehancuran yang ada membuat tiap perang yang terjadi terasa intens dan berbahaya.
Asap, debu, efek cahaya, hingga beragam efek kehancuran yang ada membuat tiap perang yang terjadi terasa intens dan berbahaya.
Perubahan seperti cuaca yang dinamis tak hanya untuk kosmetik dan dramtisasi, tetapi terkadang juga mempengaruhi gameplay.
Perubahan seperti cuaca yang dinamis tak hanya untuk kosmetik dan dramtisasi, tetapi terkadang juga mempengaruhi gameplay.

Kita berbicara soal banyak elemen yang berkontribusi, dari sekedar hal kecil seperti suara senjata hingga hal lebih signifikan seperti kehancuran gedung dan debu-debu yang menyertainya. Menikmati perang di tengah hutan, di tengah kota, atau bahkan di atas gunung pun menjadi sebuah pengalaman perang yang fantastis. Anda bisa melihat bagaimana debu bertebaran ketika tank menembakkan senjata berat yang ada, atau percikan api ketika salah satu bagiannya rusak, melihat beragam reruntuhan rumah yang berantakan hingga tak akan mampu lagi menyembunyikan siapapun di dalamnya, hingga sekedar hujan deras yang mengguyur ketika Anda berusaha bersembunyi di tengah pertukaran peluru yang bertebaran di atas kepala. Ekseksusi setiap presentasi elemen ini menghasilkan sebuah presentasi yang pantas untuk diacungi tak hanya dua jempol, tetapi empat jika kami harus menggunakan kaki kami sekalipun.

Sebagai gamer yang tak terlalu paham ataupun pengetahuan yang mendalam soal Perang Dunia pertama di dunia nyata, kami sendiri tak bisa banyak berkomentar soal seberapa akuratnya elemen yang disuntikkan DICE di Battlefield 1 ini. Kami sempat mendengar bahwa ada banyak senjata eksperimen yang baru sekedar mengalami uji coba di Perang Dunia I berakhir menjadi senjata yang bisa dinikmati di Battlefield 1 ini. Berangkat seperti sebuah kanvas kosong tanpa pengetahuan yang mendalam soal Perang Dunia I (yang tentu saja tak bisa kami banggakan), kami menikmati presentasi visual yang ada. Jika Anda cukup familiar atau mendalaminya, Anda mungkin merasakan sesuatu yang berbeda.

Ada keluhan di dunia maya soal akurasi historisnya. Namun kami sendiri, yang punya pengetahuan terbatas soal itu, tak bisa memberikan banyak komentar. Di mata kami yang
Ada keluhan di dunia maya soal akurasi historisnya. Namun kami sendiri, yang punya pengetahuan terbatas soal itu, tak bisa memberikan banyak komentar. Di mata kami yang “awam” dengan teknologi di dunia nyata untuk masa itu, tak ada yang bisa dikeluhkan.
Apakah ada senjata seperti ini di Perang Dunia pertama yang sebenarnya?
Apakah ada senjata seperti ini di Perang Dunia pertama yang sebenarnya?

Namun secara garis besar, kekuatan visual Battlefield 1 tak lagi sekedar mengakar pada seberapa baiknya Frostbite Engine lagi. Di sini, Frosbite hanyalah satu dari begitu banyak bahan baku yang berhasil diracikan dan dilebur DICE untuk satu tujuan – menciptakan sebuah atmosfer Perang Dunia I yang brutal, penuh kehancuran, dramatis, namun di sisi lain – tetap menyenangkan untuk dinikmati.

Personal dan Unik

Satu hal yang berhasil dilakukan DICE dengan mode campaign BF1 adalah membuatnya personal dan unik.
Satu hal yang berhasil dilakukan DICE dengan mode campaign BF1 adalah membuatnya personal dan unik.

Sebelum kita berlanjut membicarakan mode multiplayer yang selama ini memang menjadi kunci Battlefield sebagai sebuah franchise, kita tentu harus membicarakan mode campaign yang juga disertakan di Battlefield 1. Dibandingkan dengan sang kompetitor – Call of Duty, mode single player Battlefield memang tak pernah berhasil menghasilkan sesuatu yang memorable dan terus diingat gamer.Tak percaya? Anda masih ingat dengan karakter utama yang Anda gunakan di Battlefield 3? Kami bisa taruhan, sebagian besar dari Anda bahkan sudah tak ingat dengan cerita seperti apa yang ia tawarkan terlepas dari betapa klisenya cerita plot yang ia usung. Berita baiknya? DICE dan EA berjuang keras untuk menawarkan sesuatu yang baru dan berbeda dengan Battlefield 1.

Seperti yang kami sempat sebut sebelumnya, plot Battlefield 1 diceritakan dari perspektif 5 karakter yang berbeda. Namun tak seperti game FPS pada umumnya yang biasa memosisikan karakter utama sebagai kunci kemenangan perang atau kedamaian dunia tercapai, Battlefield 1 lebih berfokus untuk menceritakan perjuangan masing-masing pihak ini dari kacamata seorang manusia biasa yang terlibat dalam sebuah perang besar yang secara rasional, tentu saja melibatkan begitu banyak pihak dan tak hanya bergantung pada apa yang mereka atau tidak mereka lakukan. Hasilnya adalah sebuah skenario yang terasa lebih rasional, setidaknya di beberapa titik. Apakah formula ini berhasil? Iya dan tidak.

Ini bukan lagi soal kerja satu orang yang bisa mengubah dunia. Anda hanyalah semut-semut yang terjebak di kubangan air yang sama, berusaha menjalankan tugas dan peran Anda masing-masing.
Ini bukan lagi soal kerja satu orang yang bisa mengubah dunia. Anda hanyalah semut-semut yang terjebak di kubangan air yang sama, berusaha menjalankan tugas dan peran Anda masing-masing.
Seperti sebuah seri eksperimen, beberapa berhasil, beberapa tidak. Satu yang pasti, you gonna love Big Bess.
Seperti sebuah seri eksperimen, beberapa berhasil, beberapa tidak. Satu yang pasti, you gonna love Big Bess.

Hasilnya sendiri beragam. Ada beberapa skenario yang membuat kami jatuh hati dari sisi cerita namun tak terlalu suka dengan gameplay-nya yang monoton, sementara yang lain justru berkebalikan. Sebagai contoh? Through Mud and Blood yang menceritakan sebuah tank Big Bess sebagai fokus. DICE berhasil membangun sebuah cerita yang luar biasa unik di atasnya,memperlihatkan keterikatan emosional yang secara menakjubkan, bisa Anda rasakan cukup realistis dengan tank yang mereka kendarai, dalam hal ini – Big Bess. Anda sangat mengerti bahwa tanpa kendaraan lapis baja yang satu ini, kru ini tak ada apa-apanya dan mudah menjadi korban dari perang besar yang terjadi. Big Bess menjadi satu-satunya “malaikat penyelamat” mereka, namun di sisi lain, mereka pula yang mengendalikannya. Dinamika dan usaha untuk mempersonifikasi sebuah tank raksasa ini ternyata berhasil. Di akhir cerita, kami jatuh hati pada Big Bess. Benar sekali, Anda tak salah membacanya, kami jatuh hati pada sebuah tank!

Namun di sisi lain, ada beberapa skenario yang ceritanya berakhir lebih menarik daripada gameplay, seperti The Runner yang ternyata berakhir jadi skenario sebuah game FPS standar yang tak istimewa. Namun ceritanya sendiri? Fantastis dan emosional. Atau skenario yang punya gameplay super seru, namun punya cerita membingungkan seperti Friends in High Places yang penuh dengan dramatisasi perang angkasa yang super keren, namun berakhir dengan karakter dan cerita yang sulit untuk membangun kedekatan emosional tertentu. Akhir cerita? Battlefield 1 terasa seperti sebuah uji eksperimental pada mode cerita yang dilemparkan EA dan DICE. Unik, personal, dan tak pernah ada sebelumnya adalah kesimpulan yang paling tepat. Istimewa? Iya di beberapa skenario, dan sama sekali tidak di beberapa yang lain.

Maka dari nilai keunikan dan usaha untuk berinovasi inilah DICE berhak mendapatkan point ekstra. Mode campaign Battlefield 1 memang belum sempurna dan terhitung super pendek, namun untuk beberapa skenario yang di mata kami berhasil, ia dengan mudah menundukkan mode campaign seri sebelumnya seperti Battlefield 3, Battlefield 4, atau Battlefield Hardline yang bahkan tak lagi kami ingat premis dan karakternya. Setidaknya di Battlefield 1, ada Big Bess yang selamanya akan terbakar di otak.

Let's all speak English..
Let’s all speak English..

Satu yang jadi kelemahan hanyalah keengganan DICE untuk membawa perspektif perang dari pihak lawan di mode campaign. Fakta bahwa Anda hanya memainkan negara-negara dari Allies tentu saja memancing sebuah tanda tanya besar, terlepas dari fakta bahwa ada potensi cerita yang lebih kuat dan menarik jika kita memerankan tentara Ottoman misalnya. Beberapa hal tak otentik seperti karakter yang berbicara dengan bahasa Inggris terlepas dari kondisi perang yang terjadi di belahan dunia lain juga sedikit merenggut cita rasa otentik yang seharusnya bisa membuat mode single player ini, berakhir jauh jauh lebih sempurna dibandingkan kondisinya saat ini.

Pages: 1 2 3 4 5
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…