JagatPlay: Game of the Year 2016
Hardware of the Year: Playstation VR

Virtual Reality adalah masa depan industri game, sebuah fakta yang tak terbantahkan. Setelah sempat digoda dengan begitu banyak informasi yang beredar selama 1-2 tahun terakhir ini, VR akhirnya tersedia untuk pasar industri game lewat beberapa produk komersial yang tersedia – HTC Vive, Oculus Rift, dan yang didesain khusus untuk pasar konsol – Playstation VR. Fakta bahwa ia didesain dengan arsitektur yang mampu memeras kemampuan Playstation 4 yang notabene berada jauh di bawah PC saat ini dan memungkinkan game-game VR dengan tak hanya kualitas visual keren tetapi juga framerate yang nyaman adalah sebuah pencapaian tersendiri. Didukung dengan rilis game solid, termasuk Batman Arkham VR yang luar biasa, Playstation VR membawa teknologi yang selama ini masuk dalam kategori “mahal” ke dalam pasar yang lebih mainstream, apalagi untuk pasar Indonesia dimana headset untuk kompetitor kini ditawarkan di kisaran harga belasan juta Rupiah, lebih mahal daripada kombinasi Playstation 4 dan PSVR itu sendiri.
Best Sports: Dead or Alive Xtreme 3

Menentukan game olahraga terbaik untuk tahun 2016 ini memang cukup sulit, apalagi JagatPlay sendiri tak menjadikan genre tersebut sebagai fokus review. Namun di antara semua olahraga yang kami cicipi, terlepas apakah kami berakhir menulis reviewnya atau tidak, pilihan kami sepertinya jatuh pada game racikan Koei Tecmo yang satu ini. Memasukkan Dead or Alive Xtreme 3 ke dalam genre sports mungkin sesuatu yang aneh, namun di luar semua desain sensual dan pakaian renang para karakter wanita Dead or Alive yang menjadi fokus utamanya, ia dibangun di atas dasar game olahraga yang cukup solid – yakni, voli pantai. Sebagai salah satu olahraga yang jarang mendapatkan fokus perhatian saat ini, sensasi arcade yang sederhana dan flow pertempuran yang kompetitif membuatnya menjadi salah satu yang membuat kami jatuh hati dengan game yang satu ini. Bayangkan betapa manisnya proyek ini berakhir ketika voli pantai solid ini dimainkan oleh Honoka dengan pakaian renangnya yang fantastis.
Best Fighting: Street Fighter V

Terlepas dari kekurangan yang ada, terutama dari sisi konten, Street Fighter V tetap pantas digadang sebagai game fighting terbaik di industri game, setidaknya untuk tahun 2016 ini. Karena jika menilik hanya dari sisi gameplay yang ia tawarkan, ia berakhir sebagai sebuah game fighting solid dengan proses balancing yang cukup mumpuni untuk karakter terbatas yang ia usung. Tak hanya itu saja, mereka juga mengembangkan sebuah sistem yang inovatif lewat beragam gerakan “V” yang diusung, membuatnya tetap terasa familiar untuk gamer yang sudah mengenal Street Fighter untuk waktu lama, tetapi juga menawarkan kepada mereka sesuatu yang butuh dipelajari lebih dalam untuk dikuasai. Capcom memang mulai berbenah untuk terus menyempurnakannya dengan lebih banyak konten dan balancing, memperkuat komitmen mereka untuk menjadikan Street Fighter V sebagai ujung tombak e-Sports mereka secepat mungkin.
Best Male Character: Nathan Drake

Membangun seorang karakter ikonik yang karakter, visual, hingga suaranya menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup gamer memang bukan pekerjaan mudah. Namun hal ini berhasil dilakukan Naughty Dog dengan sosok penjelajah “gila” dengan keberuntungan besar mereka di Uncharted – Nathan Drake. Seolah terpengaruh pada apa yang mereka lakukan di The Last of Us, keputusan Naughty Dog untuk menjadikan Uncharted 4 sebagai sebuah kisah yang lebih personal untuk Drake memang pantas untuk diacungi jempol. Lewat seri ini, kita bisa mengenal sosok Drake dengan cahaya yang baru, dari sekedar masa kecil dan pengaruhnya pada kepribadian dan aksinya saat ini, hingga bagaimana ia kini hadir dengan penuh keraguan dan terus berhadapan dengan kesulitan untuk mengambil keputusan soal mana yang lebih penting – keluarga atau cinta? Kompleksitas yang mereka bawa ke karakter Nathan Drake, apalagi di akhir cerita yang ada, membuatnya tak lagi sekedar sebuah petualang dengan topeng karakter pria yang tangguh. Di balik semua bekas luka perkelahian dan tembak tersebut, seorang pria yang juga harus bertarung dengan dilema berdiri di sana.