Review Farpoint: Batu Loncatan!

Reading time:
May 19, 2017

Aim Controller yang Fantastis!

Satu hal yang membuat Farpoint menjadi terasa istimewa adalah karena fakta bahwa ia menjadi game pertama yang mendukung penggunaan kontroler baru racikan Sony – Aim Controller. Produk baru yang terlihat seperti kombinasi replika senjata api dan PS Move ini memang menawarkan sesuatu yang inovatif – setidaknya memperbaiki apa yang janggal dan gagal dilakukan oleh PS Move. Berita baiknya? Ia juga jadi salah satu alasan mengapa Farpoint berujung jadi game FPS berbasis VR yang “melebihi” konsep dasarnya tersebut.

AIM Controller seolah didesain untuk menjawab semua keluhan terkait desain PS Move.
AIM Controller seolah didesain untuk menjawab semua keluhan terkait desain PS Move.
Bentuknya akan membuat Anda terasa tengah memegang sebuah senjata.
Bentuknya akan membuat Anda terasa tengah memegang sebuah senjata.

Kenyamanan menggunakan Aim Controller yang seperti halnya PS Move, berbasiskan baca gerak titik cahaya oleh PS Camera, memang membuat Farpoint terasa lebih fantastis. Kontroler ini dididesain untuk “memaksa” Anda untuk menggenggamnya layaknya tengah menenteng sebuah senjata laras panjang, yang juga digunakan oleh karakter utama Anda di dalam game. Akurasi yang ia tawarkan pantas mendapatkan acungan jempol, karena Aim Controller ini akan menerjemahkan perintah seperti apa yang Anda lakukan di dunia nyata. Seberapa akurat? Hingga pada batas bahwa Anda bisa menekan trigger sepelan mungkin dan melihat efek dan posisi tekan yang sama juga diterjemahkan di dalam video game itu sendiri. Memutar, membalikkan, hingga sekedar membuatnya menyamping, Ia berubah menjadi senjata Anda di dunia nyata.

Yang menarik, Farpoint juga mengintegrasikan dengan sangat baik fungsi tersebut sekaligus memikirkan beragam skenario penggunaan yang akan membuat Aim Controller ini terasa lebih realistis. Selain menekan satu tombol untuk mengganti senjata misalnya, Anda bisa meneggakkan Aim Controller dengan posisi menyamping untuk mengganti senjata yang Anda bawa. Yang paling keren? Jika Anda mendekatkan Aim Controller ini ke wajah Anda dengan gaya seperti tengah membidik, maka Anda bisa melihat reticle muncul di senjata Anda untuk akurasi tembak yang lebih baik. Sensasi ini bahkan lebih maksimal ketika Anda mendapatkan senjata jarak jauh seperti Precision Rifle misalnya, yang bertindak seperti layaknya sniper.

Akurasi perintah via kontroler ini diterjemahkan begitu fantastis. Bahkan ia mampu menerjemahkan seberapa kuat / lemah Anda tengah menekan trigger.
Akurasi perintah via kontroler ini diterjemahkan begitu fantastis. Bahkan ia mampu menerjemahkan seberapa kuat / lemah Anda tengah menekan trigger.
Anda bisa mendekatkan Aim Controller ini ke mata virtual Anda untuk membidik.
Anda bisa mendekatkan Aim Controller ini ke mata virtual Anda untuk membidik.

Dengan satu kontroler ini, Sony langsung “menyelesaikan” masalah yang terjadi dengan PS Move – dimana kontroler dengan bola di atasnya tersebut tak diperkuat dengan analog sama sekali. Desain seperti ini membuat PS Move mustahil digunakan untuk game-game yang memungkinkan Anda untuk menggerakkan sang karakter utama layaknya game konvensional, dan bukan sekedar rail-shooter, misalnya. Aim Controller langsung memuat dua varian analog di dalamnya. Analog kiri yang biasanya digunakan untuk menggerakkan karakter diletakkan di depan dengan posisi yang memudahkan jempol Anda untuk menguasainya, sementara analog kanan yang biasanya diasosiasikan dengan kamera, diletakkan di “pantat” senjata. Ia juga mendukung ekstra tombol aksi disana-sini dengan kemudahan akses tanpa menggunakan mata Anda sama sekali.

Analog kanan diposisikan di pantat senjata, dengan tombol utama berada di sekitarnya.
Analog kanan diposisikan di pantat senjata, dengan tombol utama berada di sekitarnya.
Analog kiri untuk gerak diposisikan di bagian depan, dengan tombol Share - Options dan juga d-pad yang semuanya bisa diakses dengan menggunakan jempol Anda tanpa kesulitan.
Analog kiri untuk gerak diposisikan di bagian depan, dengan tombol Share – Options dan juga d-pad yang semuanya bisa diakses dengan menggunakan jempol Anda tanpa kesulitan.

Akurasi dan sensasi yang ia tawarkan memang membuat Aim Controller jadi cara definitif untuk mencicipi Farpoint, terlepas dari fakta bahwa ia bisa “dinikmati” dengan menggunakan DualShock 4. Namun pertanyaannya kini, apakah bundle seharga 1,5 juta Rupiah dengan Aim Controller yang kini tersedia di Indonesia ini memang sebuah belanja yang pantas? Jika Anda bertanya kepada kami, maka jawaban tersebut akan dikembalikan kepada Anda. Satu yang pasti, Aim Controller akan menjadi basis untuk banyak game-game FPS yang dirilis untuk Playstation VR di masa depan, termasuk Arizona Sunshine. Jika Anda termasuk gamer yang memang sudah berencana untuk menginvestasikan dana untuk lebih banyak game VR berbasis FPS di masa depan, maka bundle ini akan berujung jadi pembelian yang esensial untuk aksi gaming Anda. Tetapi jika Anda memang hanya penasaran dan ingin membeli Farpoint saja, dan tak lagi tertarik dengan judul-judul VR untuk PSVR di masa depan, maka Anda mungkin harus memikirkannya lebih matang. Walaupun harus diakui, memainkan Farpoint dengan DualShock 4 akan menghilangkan salah satu alasan terkuat mengapa ia harus dinikmati.

Sony sendiri berjanji untuk memastikan Aim Controller bisa dimanfaatkan untuk rilis game FPS PSVR lain di masa depan, termasuk Arizona Sunshine.
Sony sendiri berjanji untuk memastikan Aim Controller bisa dimanfaatkan untuk rilis game FPS PSVR lain di masa depan, termasuk Arizona Sunshine.
Semoga ia bisa digunakan untuk Resident Evil 7 di masa depan..
Semoga ia bisa digunakan untuk Resident Evil 7 di masa depan..

Aim Controller berakhir menjadi sebuah tambahan hardware yang fantastis untuk menikmati PSVR lebih baik. Namun di sisi lain, Sony punya pekerjaan berat untuk memastikan perangkat keras yang terhitung “mahal” ini tidak berujung menjadi pengumpul debu di sudut ruangan karena minimnya dukungan untuk game-game rilis masa depan untuknya. Now i wish Resident Evil 7 support this controller..

Motion Sickness yang Kentara

Farpoint mungkin satu dari sedikit game PSVR yang berhasil membuat kami mengalami motion sickness di awal-awal permainan.
Farpoint mungkin satu dari sedikit game PSVR yang berhasil membuat kami mengalami motion sickness di awal-awal permainan.

Terlepas dari betapa menariknya VR sebagai sebuah teknologi, sayangnya tidak semua gamer bisa menikmatinya. Bukan karena masalah kesenjangan sosial dan harga yang mungkin terasa tak terjangkau saja,  tetapi juga karena limitasi fisik yang ada. Salah satu masalah utamanya? Motion sickness. Begitu “realistisnya” VR, hingga ia akan cukup untuk mengecoh otak Anda bahwa tubuh Anda saat ini tengah bergerak atau tengah melakukan satu aksi yang spesifik. Begitu otak Anda sadar bahwa Anda tengah bergerak (di dalam game) namun tanpa menggerakkan anggota tubuh manapun (di dunia nyata), maka kondisi tidak sinkron ini akan membuat tubuh Anda bereaksi keras. Seperti halnya mabuk laut atau mabuk udara, Anda akan merasakan vertigo dan mual. Intensitasnya juga sangat bergantung pada berapa lama Anda menikmatinya.

Kasus motion sickness seperti ini memang personal. Game yang bisa membuat ribuan pengguna VR di seluruh dunia mual dan muntah bisa jadi dinikmati oleh ribuan lainnya tanpa masalah. Sayangnya, bagi kami pribadi, Farpoint adalah sedikit kasus dimana sensasi motion sickness tersebut terasa cukup kentara. Salah satu alasan ia terjadi karena game ini berisikan karakter yang terus bergerak, maju ataupun menyamping, sementara tubuh Anda terdiam berdiri atau duduk ketika menikmatinya. Apalagi hampir sebagian besar gerakan musuh yang ada juga terhitung cepat dan butuh aksi menghindar tersendiri untuk selamat. Mencicipi Farpoint di 15 menit pertama adalah mimpi buruk tersendiri.

Untungnya, ada opsi pergerakan kamera untuk meminimalisir hal tersebut.
Untungnya, ada opsi pergerakan kamera untuk meminimalisir hal tersebut.
Anda juga bisa mencicipi mode multiplayer kooperatif secara online untuk membantu Anda membiasakan diri.
Anda juga bisa mencicipi mode multiplayer kooperatif secara online untuk membantu Anda membiasakan diri.

Untungnya, seiring dengan waktu membiasakan diri, motion sickness ini perlahan tapi pasti akan memudar. Yang butuh Anda lakukan adalah mengistirahatkan diri ketika tubuh sudah mulai tak nyaman dan kembali mencicipinya lagi ketika tubuh sudah cukup kuat untuk membuat pembiasaan bergerak lebih cepat. Menariknya lagi, Farpoint juga menawarkan segudang opsi kamera untuk memfasilitasi kondisi dan opsi terbaik untuk preferensi Anda yang berbeda-beda. Kami cukup berbahagia bahwa mereka juga menyertakan opsi untuk menggerakan kamera dalam derajat tertentu seperti Resident Evil 7, format yang berujung terbaik bagi kami pribadi untuk melenyapkan motion sickness ini dalam waktu yang cepat.

Cara terbaik lainnya? Mungkin menikmati mode multiplayer yang juga tersedia di luar mode single player yang ada. Mode multiplayer kooperatif yang memungkinkan Anda untuk menikmati konten terpisah bersama 1 pemain lainnya ini tentu akan membuat sensasi Anda menjadi lebih “mudah”, baik dari sisi gameplay ataupun sekedar dari fakta bahwa Anda bisa mengalihkan fokus perhatian Anda untuk sekedar ngobrol dan berbicara untuk meminimalisir perhatian terlalu besar pada ketidaksinkronan mata dan tubuh Anda.

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

PC Games

February 6, 2024 - 0

Menjajal Honkai Star Rail 2.0: Selamat Datang di Penacony, Semoga Mimpi Indah! 

Honkai Star Rail akhirnya memasuki versi 2.0 dengan memperkenalkan dunia…
December 14, 2023 - 0

Menjajal Prince of Persia – The Lost Crown: Kini Jadi Metroidvania!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh 5 jam pertama Prince of…
December 13, 2023 - 0

JagatPlay: Menikmati Festival Kenangan Teyvat Genshin Impact di Jakarta!

Seperti apa keseruan yang ditawarkan oleh event Festival Kenangan Teyvat…
December 7, 2023 - 0

Preview Zenless Zone Zero (ZZZ) Closed Beta 2: HoYoVerse Naik Level!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh masa closed beta 2 Zenless…

PlayStation

April 11, 2024 - 0

Review Dragon’s Dogma 2: RPG Tiada Dua!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dragon’s Dogma 2? Mengapa kami…
March 27, 2024 - 0

Menjajal DEMO Stellar Blade: Sangat Berbudaya!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh demo Stellar Blade ini? Mengapa…
March 22, 2024 - 0

Review Rise of the Ronin: Jepang Membara di Pedang Pengembara!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Rise of the Ronin ini?…
March 21, 2024 - 0

JagatPlay: Wawancara Eksklusif dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda (Rise of the Ronin)!

Kami sempat berbincang-bincang dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda terkait…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…