Review Knack 2: Kualitas Lebih Tinggi!
Kelebihan dan Kelemahan Presentasi yang Sama

Knack memang sempat diposisikan sebagai salah satu demo teknis untuk Playstation 4 di awal rilis. Walaupun secara visual ia tidak mengejar kualitas realistis, namun kepingan partikel yang tersusun dan pecah di kala itu menjadi bukti yang jelas soal kemampuan Playstation 4, daya tarik serupa yang ditawarkan oleh RESOGUN. Pendekatan visual ala film kartun Disney menghasilkan atmosfer yang lebih bersahabat untuk sebuah game platformer fantasi yang juga, tidak diisi dengan konten yang terhitung “berat”. Knack 2 sendiri hadir dengan pendekatan yang serupa, namun kini, hadir dengan varian lingkungan yang lebih baik.
Tentu saja ada perbaikan. Walaupun tidak terasa signifikan, namun dari sisi presentasi, Knack 2 menawarkan kepada Anda varian lingkungan yang jauh lebih beragam dari seri pertamanya. Bahwa Anda kini akan mengeksplorasi begitu banyak tempat dan jenis lingkungan, dari sekedar hutan, salju, di dalam arsitektur kuno penuh potongan puzzle, hingga di atas robot raksasa sekalipun. Namun harus diakui, secara garis besar, dengan pendekatan kartun yang masih menyelimutinya, Anda tetap akan menemukan daya tarik visual yang serupa. Ada beberapa perbaikan minimal seperti efek tata cahaya, namun tak akan cukup untuk membuat Anda terpesona. Ia masih mengusung identitas layaknya film CGI dari Pixar atau Disney, namun kini dalam format interaktif. Pendekatan yang mungkin tidak disukai beberapa jenis gamer, namun membuat tipe gamer lainnya jatuh hati.


Namun sayangnya, dengan presentasi ala film Pixar yang tetap kembali dan kami kategorikan sebagai “kelebihan”, Knack 2 ternyata tidak banyak membehani apa yang sempat dikeluhkan gamer sebagai salah satu kelemahan cukup fatal dari seri pertamanya. Benar sekali, karakter. Karakter yang hambar untuk Knack kembali terjadi di sini. Seolah hanya terlibat dalam pembicaraan penting saja, Knack seolah tidak lebih dari senjata yang Anda kerahkan untuk mengobrak-abrik peradaban para Goblin tanpa ada signifikansi dalam cerita itu sendiri. Memberikan respon terbatas, hadir dengan lelucon yang tak lucu, dan tak memperlihatkan kecenderungan kepribadian unik apapun, Knack terasa begitu datar. Berita buruknya? Hal ini juga terjadi dengan Lucas dan beragam karakter manusia lain pendukung, yang seperti Knack pertama, mengalami hal yang sama.

Tidak ada paksaan memang bahwa Knack ataupun Knack 2 memang harus mampu menawarkan karakter sekuat Chloe di Uncharted: The Lost Legacy atau Ellie di The Last of Us, misalnya. Namun jika berkaca pada pendekatan presentasi ala film Pixar yang potensial untuk dieksplorasi lebih jauh, ini tentu saja menjadi pukulan tersendiri. Menciptakan sebuah konflik yang lebih emosional yang memancing reaksi lebih dalam untuk tiap karakter ini tentu akan menciptakan elevasi kualitas untuk Knack 2. Sayangnya, ia berakhir menjadi sebuah game “superhero” klise dengan plot dan karakter yang super aman. Untuk sesuatu yang sudah dikeluhkan di seri pertamanya, cukup menyedihkan melihat ini kembali terjadi di Knack 2.
Gameplay Lebih Baik!

Namun setidaknya, kelemahan yang cukup fatal dari karakter yang masih tak menarik dan hambar tersebut tidak terjadi di gameplay yang ditawarkan oleh Knack 2. Salah satu keluhan paling signifikan dari seri pertamanya adalah fakta bahwa kemampuan Knack untuk mengubah bentuk dan elemen dominan yang menyusun tubuhnya, berakhir menjadi sesuatu yang scripted – alias terkunci sebagai bagian dari cerita, dan tidak lebih. Padahal, ia berpotensi untuk diadaptasikan menjadi bagian dari elemen gameplay, yang bisa “disulap” untuk membuatnya sensasi permainan yang lebih menarik dan kompleks. Berita baiknya, kritik tersebut akhirnya diimplementasikan oleh Sony untuk Knack 2.
Untuk Anda yang tak terlalu familiar dengan Knack, Anda bisa menyebutnya sebagai game action yang menyerupai God of War, namun tentu saja dengan konten yang lebih “aman” untuk semua umur. Menggunakan kamera yang dikunci, esensi permainan akan diwarnai oleh dua aktivitas: bertarung melawan sekelompok musuh yang punya variasi kemampuan dan gerakan yang berbeda serta melawan boss sulit di beberapa titik atau menyelesaikan puzzle yang akan mengunci Anda dari progress cerita yang ada. Untuk urusan yang terakhir, puzzle yang ditawarkan oleh Knack 2 ini tidak akan sampai pada titik untuk membuat Anda frustrasi. Sedikit memutar otak, mencari hubungan antara clue yang dipresentasikan cukup jelas, Anda biasanya akan sudah mengerti apa yang harus dilakukan dengan hanya beberapa menit berpikir.


Perbaikan muncul dari sisi aksi yang ditawarkan. Ukuran yang memang menjadi bagian terpenting Knack kini diimplementasikan sebagai bagian dari gameplay, dan bukan lagi sekedar bagian dari cerita. Kini Knack bisa mengubah bentuknya menjadi kecil dan besar sesuka hati dengan hanya satu tombol saja, untuk memecahkan puzzle atau bertarung. Bentuk lebih kecil yang rentan pada serangan bisa digunakan untuk mengakses jalan sempit atau pintu super kecil ke daerah selanjutnya. Selama sisa relic peninggalan tubuhnya berada di area terbuka, Knack kini bisa memperbesar dirinya ketika dibutuhkan. Tubuh lebih besar berarti ekstra perlindungan pada damage, dan tentu saja, kesempatan untuk melemparkan pukulan dan tendangan dengan damage lebih besar kepada musuh yang ada.
Di sinilah, perbaikan tersebut kian terasa. Lewat beragam potongan relic kecil yang bisa ia temukan ketika berselancar di level tertentu, Knack kini bisa memperbesar tubuhnya dengan mengumpulkannya, tanpa harus selalu berhubungan dengan cerita yang ada. Anda kini juga akan mendapatkan informasi lebih jelas soal seberapa tinggi Knack saat ini. Tubuh lebih besar berarti ketahanan tubuh lebih baik pada damage yang ada, karena ia berkaitan erat dengan panjang bar HP yang ia miliki. Namun yang lebih esensial adalah kesempatan untuk menghadirkan damage lebih besar ke musuh. Bukan hal yang tak mungkin bahwa musuh yang biasanya butuh 3-4 kali pukulan atau tendangan sebelum tewas, kini bisa Anda “lenyapkan” dengan hanya 1-2 pukulan jika Anda berhasil mencapai ukuran tertentu.


Dan seperti game action dengan kamera fixed ala God of War pula, Knack memang dipersenjatai dengan ragam jenis serangan untuk menundukkan tiap musuh yang ada. Seiring dengan progress cerita, kemampuan ini juga kian beragam. Diawali dengan hanya kemampuan untuk memukul dan menendang serta mengkombinasikannya, Anda akan mampu melemparkan pukulan bertubi-tubi secara instan, memukul kuat untuk menghancurkan armor musuh, hingga menarik mereka mendekat untuk keuntungan strategis tertentu. Tidak hanya senjata saja, musuh juga punya karakteristik berbeda yang terkadang, butuh sekuens serangan tertentu untuk ditundukkan. Musuh dengan armor misalnya, tidak akan bisa Anda tangkap sebelum Anda menghancurkan pakaian yang melindungi tubuh mereka tersebut.
Salah satu eksekusi lebih baik jika dibandingkan dengan seri pertama sebelumnya adalah implementasi sistem kristal elemen untuk Knack itu sendiri. Mampu mengintegrasikan material seperti metal, es, hingga gelas transparan sekalipun, ia kini memainkan peran lebih penting dalam gameplay. Setiap elemen berbeda yang kini tergabung dalam tubuh Knack akan memberikan efek serangan berbeda-berbeda, seperti metal yang memungkinkan Anda untuk menggunakan cambuk atau es yang memungkinkan Anda untuk membekukan kaki musuh untuk meminimalisir mobilitas mereka, misalnya.


Namun yang menarik adalah keputusan untuk membuatnya sebagai “opsi” dan bukan “keharusan”. Bahwa material-material dengan elemen ini kini diposisikan dengan sebuah bar HP yang membuatnya terasa seperti sebuah armor dan kemampuan ekstra yang beresiko untuk hilang, alih-alih sesuatu yang memang scripted sesuai dengan cerita. Fakta bahwa Anda berhadapan dengan resiko kehilangan kemampuan ini jika tidak mampu “menjaga” Knack dari damage serangan tentu membuatnya terasa lebih berharga, apalagi dengan rangkaian kemampuan berbeda, damage, dan pertambahan ukuran yang ia tawarkan. Bahkan, beberapa elemen puzzle pun membutuhkan Anda untuk diperkuat dengan material-material ekstra ini.
Desain dunia yang ditawarkan kini juga lebih punya banyak rahasia yang menarik untuk dikejar. Tidak lagi sekedar ekstra “kostum” yang baru bisa Anda nikmati setelah menamatkannya seperti di seri pertama, eksplorasi bisa berakhir dengan Anda menemukan potongan-potongan untuk gadget yang harus disusun ulang untuk membantu perjalanan Knack itu sendiri. Gadget yang potongannya berhasil Anda kumpulkan dan sempurna akan memberikan buff permanen tersendiri untuk Knack. Ada gadget yang membantunya bisa melihat HP musuh, ada gadget yang memungkinkannya untuk melakukan soft restart dari titik terdekat jika jatuh ketika melakukan platforming, hingga yang mampu mengkonversi kristal emas untuk ekstra armor menjadi exp. point jika sudah berada di ambang penuh. Benar sekali, ada exp points di sini.


Anda juga bisa memperkuat Knack dengan exp points yang bisa Anda kumpulkan dari eksplorasi atau membunuh musuh yang ada. Namun sayangnya, sistem level dan skill point ini kembali jadi salah satu elemen yang kami kategorikan sebagai “kelemahan” Knack 2 ini. Apa pasal? Karena sang developer seolah tidak memahami bahwa inti dari implementasi Skill Tree dalam sebuah game adalah memberikan pilihan dan ruang lebih lega bagi gamer untuk menentukan sendiri kemampuan seperti apa yang menurutnya penting atau tidak penting. Tetapi di Knack 2, implementasi sistem Exp Points dan Skill Tree ini berakhir linear. Alih-alih memberikan kesempatan untuk memilih langsung dari 4 cabang yang ada, Anda diharuskan untuk mengambil dan membuka skill dari satu cabang untuk bisa membuka cabang selanjutnya. Hasilnya? Pilihan di sini berakhir tak lebih dari sekedar ilusi. Karena pada akhirnya, untuk memperkuat Knack, Anda mau tidak mau harus mengambil dan memperkuat pohon skill tertentu sebelum bisa beralih ke selanjutnya.

Namun terlepas dari kekurangan ada, gameplay Knack 2 memang berakhir jauh lebih baik dan solid dibandingkan seri pertamanya. Belum sempurna memang, namun setidaknya ia mulai mengadopsi elemen seperti ukuran dan elemen sebagai bagian dari gameplay. Menghadirkan game action dan platformer dengan puzzle yang lebih bersahabat, namun kini, juga lebih menyenangkan.