Review Playerunknown’s Battlegrounds (PUBG): Popularitas Sepadan!
Adiktif

Pertanyaannya tentu saja satu, mengapa game ini bisa begitu populer? PUBG sebenarnya bukanlah game pertama yang mengaplikasikan genre battle-royale ini. Ada banyak game populer lain yang berusaha masuk ke pasar yang sama, seperti The Culling misalnya, namun berakhir tenggelam dengan cepat setelah mencapai tingkat popularitas tinggi dengan cepat. Setelah menyelaminya lewat beberapa jam gameplay yang masih belum berujung kemenangan hingga saat ini, ada beberapa hal yang menurut kami berkontribusi pada sensasi adiksi ini. Pertama? Tentu saja karena ia adalah sebuah game multiplayer yang memuat 100 orang pada saat bersamaan, di sebuah arena yang luas. Bahwa tidak hanya konsep dunia terbuka yang membuka peluang untuk begitu banyak strategi dan pergerakan saja, tetapi karena skenario pertempuran 100 orang tidak akan pernah menghasilkan satu pengalaman yang sama dari satu pertempuran ke pertempuran lainnya. Yang Anda dapatkan, seperti halnya banyak game multiplayer kompetitif yang lain, adalah sebuah game yang tidak pernah terasa sama, berapa kalipun Anda mencoba.
Bluehole Studio juga membuat game ini punya mekanisme reward yang terasa lebih berharga dibandingkan dengan hukuman yang harus Anda pikul. Satu-satunya hukuman yang harus Anda “pikul” setelah mati adalah rasa malu dan menyesal karena Anda tidak berhati-hati, itu saja. Anda bisa langsung keluar ke Lobby utama (baik solo ataupun Squad) atau menonton aksi teman Anda dan berbincang-bincang (Duo / Squad) setelah tewas. Jika Anda ingin melanjutkan langsung ke pertandingan selanjutnya yang kini didukung server untuk beragam region demi menjamin pengalaman multiplayer yang lebih cepat dan solid, Anda bisa melakukannya. Dan selama proses ini, seberapa buruk pun performa Anda, Anda tetap akan “dihadiahi” sejumlah mata uang in-game yang bisa digunakan untuk membeli lootbox yang berisikan beragam item kosmetik yang bisa digunakan. Berita baiknya? Bluehole juga cukup “murah hati” mendistribusikan lootbox tersebut.


Kehadiran fitur 1.0 juga menambahkan beberapa ekstra fungsi yang memang membuat pengalaman ini kian menarik. Pertama? Adalah Death Cam. Tidak lagi harus dipusingkan lagi dengan rasa penasarn bagaimana Anda berakhir tewas dan siapa yang sebenarnya mencabut nyawa Anda, “Death Cam” akan memperlihatkan aksi tersebut dengan jelas. Untuk Anda yang ingin merekamnya misalnya, game ini juga menyediakan fitur Replay yang akan secara otomatis merekam momen terakhir Anda untuk Anda unduh.

Namun di atas semua fakta tersebut, adalah perasaan bahwa Anda selalu punya ruang untuk tumbuh dan belajar dari setiap kesalahan Anda lah yang membuat Anda terus ingin kembali ke PUBG. Bahwa ada begitu banyak ruang untuk mengaplikasikan beragam strategi, belajar mengontrol jalur peluru yang Anda tembak, belajar lebih efektif untuk mengumpulkan loot di awal, belajar menentukan timing kapan harus berlari atau menunggu, atau sekedar ingin menguji peruntungan drop Anda di pertempuran selanjutnya. Dengan sistem punishment yang minim dan reward yang tinggi, tidak ada alasan untuk terus terjun kembali, kembali, dan kembali. Dan sejauh ini, ia berakhir jadi strategi yang efektif.
Desain Audio yang Fantastis

Jika ada satu hal yang menurut kami pantas mendapatkan acungan jempol tersendiri dan seringkali gagal dibicarakan oleh banyak orang sebagai salah satu daya tarik PUBG adalah desain audio-nya yang fantastis. Seperti kebanyakan game, banyak gamer yang mungkin lebih tergoda untuk berbicara soal implementasi Unreal Engine 4 sebagai basis yang memang terasa lebih optimal di versi final – 1.0 jika dibandingkan dengan versi Early Access, misalnya. Padahal, audio memainkan peran yang begitu penting di dalam game ini.
Sebagai sebuah game multiplayer kompetitif yang mengusung sebuah arena masif tanpa clue jelas dimana lawan Anda bergerak, bersembunyi, dan beraksi, misalnya, audio menjadi satu-satunya petunjuk yang bisa Anda manfaatkan. Walaupun akurasi soal bunyi senjata mungkin masih dipertanyakan oleh beberapa gamer, namun suara-suara ini menjadi semacam penanda dan pengingat, sekaligus clue bagi Anda untuk mengambil manuver selanjutnya. Dari sekedar mendengar bunyi tembakan dan kendaran di kejauhan untuk mendapatkan gambaran soal sumber ancaman potensial, dan kemudian akan memutuskan apakah Anda harus bereaksi atau tidak, hingga sekedar suara langkah kaki dalam satu rumah yang bisa dengan jelas membantu Anda mempersiapkan diri terhadap musuh yang ada. Mendengar dan memerhatikan suara yang muncul di sepanjang permainan, akan membantu Anda bertahan hidup.
Maka darinya pula, sebuah sensasi yang jarang Anda temukan di game-game action berbasis multiplayer muncul ke permukaan. Situasi dimana keheningan akan membuat Anda mendengar lebih jelas sumber suara dan juga potensi untuk bereaksi lebih cepat, menghasilkan atmosfer ketegangan yang akan secara konsisten hadir. Anda akan secara otomatis berusaha untuk berdiri dan bergerak setenang mungkin untuk memastkan clue audio ini tidak terlewatkan atau terbaikan begitu saja, dan berujung menjadi salah satu alasan mengapa Anda kalah. Ketika keheningan itu tiba, ketika Anda bisa merasakan bagaimana dada Anda berusaha mengambl nafas seteratur mungkin demi memerhatikan potensi ancaman yang datang, ketika itu pula desain audio PUBG mencuri hati Anda.