Review Kamen Rider – Climax Fighters: Butuh Berubah!
Visual yang tak Istimewa

Hal yang juga disayangkan juga mengakar pada kualitas visualisasi yang sayangnya, di mata kami, sama sekali tidak istimewa untuk sebuah game yang saat ini dilepas hanya untuk Playstation 4 saja. Keputusan untuk menggunakan Unity sebagai basis engine membuat Climax Fighters tak terlihat istimewa selayaknya game-game terbaru yang dilepas untuk platform generasi saat ini. Ia juga tidak akan berakhir menjadi game yang dilirik para penggemar Kamen Rider atas nama presentasi mumpuni dalam format apapun, baik dari visual ataupun audio yang ada. Untuk sebuah game yang dilepas di platform terkini, Kamen Rider Climax Fighters terlihat terlihat seperti terlambat satu generasi.
Satu-satunya yang pantas dibanggakan mungkin terletak pada desain setiap Kamen Rider yang hadir dengan detail yang mumpuni. Pilihan warna, tekstur pakaian, hingga beragam efek serangan yang timbul disesuaikan dengan apa yang pernah Anda temui di seri televisinya. Bandai Namco juga menggandeng beberapa voice actor sesuai dengan versi filmnya juga memastikan pengalaman yang lebih otentik. Satu yang fantasis? Adalah implementasinya pada sistem gameplay itu sendiri. Bahwa Climax Fighters berhasil menerjemahkan dan memastikan bahwa setiap Kamen Rider yang ia tawarkan, memang setia dengan sumber materi yang ada. Jenis serangan, kekuatan spesial, tema, suara, gerakan, hingga beragam animasi jurus pemungkas yang ditawarkan tetap setia dengan apa yang Anda kenal. Sebagai contoh? Kamen Rider Kabuto misalnya, tetap punya kemampuan untuk mempercepat diri yang kemudian, diadaptasikan dengan baik di dalam pertempuran.


Sayangnya, di luar aspek detail karakter itu sendiri, hampir semua aspek presentasi yang lain berakhir tidak sebaik yang dibayangkan. Arena pertempuran terbatas mungkin hadir dengan salah satu lokasi “ikonik” yang seringkali Anda lihat di film-film Kamen Rider, namun berakhir dengan tekstur atau pilihan warna yang sama sekali tidak menarik. Efek serangan seperti tendangan atau pukulan, atau sekedar efek tata cahaya yang muncul di sudut arena berakhir tidak istimewa. Salah satu hal yang cukup kami sesalkan adalah keputusan untuk tidak menghadirkan musik OST ikonik yang seharusnya bisa menjadi fan-service ekstra untuk game seperti ini. Padahal, jika hal ini diperhatikan dan musik ini menemani setiap aksi bertarung Anda sesuai dengan karakter Kamen Rider yang Anda pilih, ia akan berakhir lebih seru dan menyenangkan.

Mengapa Bandai Namco memilih untuk menggunakan Unity di Kamen Rider: Climax Fighters dengan visualisasi yang tidak seberapa fantastis di Climax Fighters ini? Untuk saat ini, sulit untuk menerka kira-kira apa alasannya. Namun jika melihat tren yang ada, secara rasional, ini sepertinya jadi langkah rasional untuk memastikan Climax Fighters bisa diadaptasikan untuk platform dengan performa yang lebih lemah dibandingkan Playstation 4 di masa depan. Apakah kita akan melihat Climax Fighters berujung masuk ke Nintendo Switch nantinya? Kita tunggu saja.
Satu yang pasti, pilihan presentasi yang ditempuh untuk menghadirkan game fighting bertema Kamen Rider ini memang sedikit mengecewakan. Bahwa di luar presentasi fantastis model karakter Kamen Rider yang ada, detail lingkungan dan absennya musik ikonik untuk menemani Kamen Rider yang Anda pilih yang memang sangat disayangkan.
Terbatas untuk yang Tua, Menarik untuk Fans Setia

Maka mustahil rasanya untuk tidak menilai dan tidak membicarakan sebuah game fighting tanpa membicarakan roster yang ia usung. Seperti nama yang ia usung, Climax Fighters memang membawa pertarungan antara tiap Kamen Rider ke dalam satu arena yang sama, bertukar pukulan dan tendangan untuk memastikan setiap lawan yang Anda hadapi tunduk karenanya. Maka sebelum kita membicarakan seperti apa sistem fighting yang ia usung, mari kita bicarakan roster yang ditawarkan oleh seri yang satu ini. Jika harus disederhanakan, pilihannya sepertinya tidak akan terlalu menarik untuk gamer-gamer “tua” seperti kami yang tidak terlalu mengikuti seri Kamen Rider itu sendiri, dan di sisi lain, menarik untuk para fans setia yang masih mengikuti perkembangan setiap seri dengan tema anehnya via internet. Apa pasal?
Karena satu-satunya Kamen Rider “tua” yang tersedia di sini hanyalah Kamen Rider “Black”. Untuk generasi lebih baru yang sempat ditayangkan di televisi swasta Indonesia, Anda hanya akan menemukan Kuuga, Ryuki, dan mungkin juga – Kabuto. Namun di luar keempat Kamen Rider yang mungkin familiar dengan banyak gamer di Indonesia ini, Anda akan dihadapkan dengan jajaran Kamen Rider lebih baru yang mungkin baru bisa Anda kenali jika Anda memang menaruh perhatian ekstra pada seri ini di luar siaran resmi Indonesia itu sendiri. Begitu barunya, hingga ia juga menyertakan dua generasi terakhir – Build yang mengambil tema botol dan Ex-aid yang mengambil tema mainan. Bagi para fans setia, ini tentu saja jadi roster yang “rasional”. Mengapa? Karena pilihan-pilihan roster ini juga mengacu pada fakta bahwa setiap dari mereka masih sering muncul di Kamen Rider Movie sebagai karakter crossover dan sejenisnya. Jadi, popularitas memang ambil andil tersendiri di pilihan yang ada. Sayangnya, tidak ada karakter antagonis di sini.


Namun bagi gamer yang lebih tua, pilihan roster ini tentu saja cukup mengecewakan. Bahwa tidak hanya karena kita bertemu dengan karakter protagonis dari seri lawas yang minim, seperti RX, Super One, atau Amazon lawas misalnya, kita juga tidak mendapatkan karakter pendukung yang memadai. Karakter-karakter tambahan dan diposisikan sebagai karakter kedua dari tiap seri hanya tersedia untuk beberapa seri terbaru. Sementara karakter pendukung yang cukup marak di seri Ryuki misalnya, tidak mendapatkan perhatian apapun di sini. Bagi gamer yang tidak terlalu mengikuti seri Kamen Rider dan hanya terbatas dari apa yang mereka dapat di layar kaca Indonesia, daya tariknya memang tidak akan sekuat bagi mereka yang dengan setia, mengikuti setiap seri yang ada. Ini jelas diarahkan ke pasar yang memang jelas.

Dengan keputusan roster seperti ini, maka jelas kemana Kamen Rider: Climax Fighters ini mengarah. Daya tariknya memang akan lebih bisa dinikmati oleh gamer yang memang mengikuti setiap seri Kamen Rider yang muncul ke pasaran, sekaligus mengikuti setiap seri Movie yang biasanya dilepas di akhir tahun. Bagi gamer yang berhenti di beberapa titik dan tidak lagi mengikutinya, daya tariknya memang tidak akan berakhir sama kuat. Karena mau diakui ataupun tidak, seberapa Anda menikmati game ini akan ditentukan pada seberapa Anda mengenal Kamen Rider yang Anda gunakan. Kami sendiri cukup menyesalkan bahwa musuh utama Kamen Rider RX – Shadow Moon (Bayangan Hitam) tidak tersedia di sini.











