Review Kamen Rider – Climax Fighters: Butuh Berubah!
Bertarung Satu Tombol

Lantas, bagaimana dengan sisi gameplay-nya sendiri? Kamen Rider: Climax Fighters sepertinya mengikuti format game fighting sebagian besar produk Bandai Namco, yang dulunya dimulai oleh popularitas seri Naruto Ultimate Storm. Game fighting dimana ia tidak berfokus untuk membuat Anda harus menghafal atau mengkombinasikan serangkaian tombol yang menyulitkan. Gameplay lebih diarahkan untuk membuat Anda mengeksekusi rangkaian serangan dan kemampuan bertahan dengan timing yang tepat. Kapan Anda harus maju, mundur, mengeluarkan perisai pertahanan Anda, melakukan counter attack, atau kapan Anda harus mengaktifkan kemampuan spesial yang Anda miliki. Semua hal yang ditawarkan oleh Kamen Rider: Climax Fighters yang satu ini.
Secara sederhana, ada tiga tombol yang sebenarnya bisa Anda eksekusi untuk memahami sistem pertarungan Climax Fightes. Satu tombol untuk menyerang, yang jika ditekan berulang akan menghasilkan kombinais keren. Satu tombol untuk menciptakan perisai bertahan dengan waktu dan daya tahan terbatas untuk menganulir sebagian besar serangan yang diarahkan pada Anda dan membuka ruang untuk melakukan counter-attack. Dan satu tombol lagi, untuk mengeksekusi serangan spesial. Untuk eksekusi terakhir ini, Anda bisa menggunakannya sebagai penutup kombo ataupun di pertengahan. Tentu saja, setiap Kamen Rider punya serangan spesial masing-masing. Kamen Rider yang mengusung perubahan bentuk untuk mendatangkan senjata berbeda, biasanya akan bisa dieksekusi dengan kombinasi tombol arah dan serangan spesial yang satu ini.


Format pertarungan dilakukan di atas arena tiga dimensi yang memungkinkan Anda untuk melakukan banyak aksi, dari berlari cepat hingga sekedar melompat ke depan. Yang menarik adalah bahwa ia juga menghadirkan sejenis pagar pembatas tak kasat mata yang punya peran penting dalam pertarungan. Jika Anda berhasil memukul mundur musuh hingga mereka mengenai pagar ini, mereka akan terikat dan mengalami kondisi stun sementara. Dengannya, Anda bisa mengkombinasikan serangan lebih jauh untuk damage lebih besar. Namun untuk memastikan pertarungan tidak berat sebelah dan gamer selalu punya kesempatan untuk melawan balik, ia juga mengaplikasikan sistem bernama “Down”. Sistem ini akan membuat target serang ataupun diserang, terkapar sementara di permukaan tanah, tanpa bisa Anda serang lebih lanjut. Selama proses ini, ia tidak bisa diganggu gugat, membuka celah untuk comeback mechanic bagi yang diserang. Sistem ini juga membuat satu pemain misalnya, tidak mungkin diserang terus-menerus tanpa ampun, ketika bermian dalam format 2 vs 2 misalnya.
Setiap Kamen Rider juga dibekali dengan kemampuan spesial yang seperti sistem skill, butuh waktu cooldown. Seperti yang kami bicarakan sebelumnya, kemampuan “sederhana” ini disesuaikan dengan kemampuan tiap Kamen Rider di versi film masing-masing, dan kemudian diadaptasikan menjadi sistem unik dalam pertempuan. Ia disebut sebagai “Rider Skill”. Ryuki bisa memanggil sang naga, Kabuto bisa mempecepat diri, Kuuga bisa hidup kembali, dan beberapa Kamen Rider yang lain yang kemampuan istimewanya adalah berubah bentuk akan mendapatkan armor yang sesuai. Setiap Kamen Rider juga akan dibekali dengan satu bar jurus pemungkas yang biasanya akan memberikan tidak hanya kemampuan ekstra dalam waktu tertentu, namun jika ditekan sekali lagi, akan mengeluarkan serangan pemungkas dalam format yang sinematik. Climax Fighters menyebut sistem ini sebagai “Evolution”. Tergantung pada jalannya pertempuran, walaupun biasanya terpenuhi di format 2 vs 2, Anda tidak akan selalu bisa menggunakan Evolution ini.


Maka strategi menjadi elemen yang juga esensial ketika bertarung di Climax Fighters. Kapan Anda harus menyerang? Kapan Anda harus bertahan? Apakah Anda harus menggunakan Evolution untuk menyerang, atau justru “memecah” kombo serangan dari musuh Anda? Saat manakah yang paling tepat untuk mengeksekusi Rider Skill? Ia memang membuat timing menjadi sesuatu yang harus secara konsisten Anda hadirkan. Bagi gamer yang bahkan lebih menguasainya lagi, mereka juga menggunakan kemampuan lari setiap Kamen Rider dan melompat, untuk menghindari serangan yang memang terbatas. Beberapa di antaranya, setidaknya yang kami temukan di online, bahkan memanfaatkan desain lingkungan yang ada untuk bersembunyi dan melemparkan serangan mendadak yang mematikan, melee ataupun range sebagai ekstra kejutan. Ini adalah game yang di luar terlihat sederhana, namun masih menyimpan kedalaman tersendiri jika Anda ingin menguasainya. Tetapi sayangnya, ia sendiri tidak sempurna.
Butuh Berubah!

Maka seperti yang sempat kami bicarakan sebelumnya, di luar presentasi yang mengecewakan dan pilihan roster yang memang tidak ditujukan untuk kami, Climax Fighters sebenarnya masih mengusung satu masalah besar yang membuatnya pantas untuk dibicarakan. Percaya atau tidak, absennya mode campaign yang kini hanya digantikan oleh mode Missions yang tidak seberapa menarik seharusnya cukup menyadarkan Bandai Namco bahwa satu-satunya daya tarik game fighting ini memang terletak pada pengalaman multiplayer-nya yang bisa Anda nikmati dalam format 1vs1 ataupun 2vs2. Namun apa yang Anda dapatkan? Desain setengah hati.
Jelas tidak menghadirkan server sendiri dan mengandalkan koneksi P2P, pengalaman online kami harus diakui, menjadi bagian paling mengecewakan dari Climax Fighters. Bahwa mode yang seharusnya berakhir menjadi esensi dan alasan utama Anda meliriknya berakhir tidak lebih dari mode multiplayer kompetitif yang tidak mendapatkan perhatian khusus dari Bandai Namco. Pertama, game dengan daya tarik seperti ini sangat mengandalkan komunitas. Jika komunitas sepi, maka game seperti ini akan tewas dengan mudah. Namun sayangnya, alih-alih menghadirkan satu server khusus untuk menangani gamer SEA yang notabene memang mendapatkan versi Inggris dengan dub Jepang, ia justru berakhir menjadi game online P2P yang pengalamannya, akan sangat bergantung pada kesiapan internet si host itu sendiri. Hasilnya? Mimpi buruk.


Selama proses live-streaming dan review yang kami lakukan, menemukan sebuah game di Normal Match saja membutuhkan waktu yang sangat lama. Masuk ke dalam ruang tunggu menjadi Avatar Anda yang secara visual tidak menarik, walaupun disuntikkan dengan ragam emoticon lucu khas Kamen Rider di atasnya, tidak berakhir jadi sesuatu yang menarik sama sekali. Ia hanya menambahkan ekstra waktu untuk sekedar berjalan-jalan di ruang tunggu digital dengan level interaktivitas yang sangat minim. Tidak ada dukungan untuk voice chat dan sejenisnya, untuk mengusir kebosanan itu sendiri. Dan ketika Anda menemukan ruang tunggu yang sudah penuh dan mulai bermain? Anda akan seringkali berhadapan dengan host yang ternyata tak punya koneksi internet stabil. Hasilnya? Permainan patah-patah yang menghancurkan atmosfer kompetitif hingga puing kecil yang membuatnya tak bisa dinikmati.

Kami sendiri cukup kecewa bahwa Bandai Namco tidak memberikan perhatian ekstra bagi serI Climax Fighters pertama yang digembar-gemborkan hadir dengan mode online ini. P2P menjadi formula mimpi buruk yang lebih sering berakhir mengecewakan, dibandingkan memuaskan. Kami juga sempat berusaha menciptakan room sendiri dan mengundang gamer lain masuk, namun tidak pernah membuahkan hasil. Ini seolah membuktikan bahwa Bandai Namco sendiri terlihat masih belum siap untuk membawa Climax Fighters naik ke level lebih tinggi, sebuah game fighting menarik yang tidak hanya mengandalkan basis penggemar Kamen Rider sebagai fans. Percaya atau tidak, kami bahkan belum pernah mendapatkan match satupun di mode Ranked.












