Menjajal DEMO Pamali: Horror Indonesia Potensial!
Atmosfer yang Mencekam

Jika harus memilih satu hal yang kami cintai dari demo Pamali ini adalah bagaimana ia berhasil meracik atmosfer mencekam yang tepat. Rasa ketakutan tidak ditawarkan lewat jump scare “murahan” yang sudah pasti mengejutkan siapa saja, tetapi lewat kesunyian dan desain level yang memang pantas diacungi jempol. Dikombinasikan dengan tata suara yang baik dan interpretasi lagu khas Indonesia yang begitu menyeramkan di sini, atmosfer Pamali siap untuk membuat Anda berteriak seperti anak perempuan jika momen itu tiba.
Semuanya ditawarkan dalam bentuk yang tidak eksplisit, dimana rasa “ketakutan” tersebut menyerang dan memicu kewaspadaan Anda di momen yang tidak Anda prediksi sebelumnya. Hal-hal kecil inilah yang membuat demo ini terasa solid. Sebagai contoh? Ketika kami berfokus menghidupkan lampu Petromaks di dalam rumah untuk ekstra penerangan. Dengan begitu banyak lampu minyak tanah yang bisa Anda hidupkan sejak ruangan pertama pintu masuk, ia terlihat seperti sebuah objek yang tidak “mengancam”. Namun segala sesuatunya berubah ketika di salah satu sudut ruangan, ada satu lampu Petromaks yang menolak untuk menyala, terlepas dari apapun hal yang sudah Anda lakukan. Setiap kali menyala, ia akan secara otomatis padam. Otak Anda pun pelan tapi pasti langsung mengasosiasikan padamnya lampu tersebut dengan kekuatan supranatural yang memang tidak bisa Anda lihat. Cukup untuk membuat kami sedikit menahan napas setiap kali bergerak ke sudut ruang tersebut.

Namun acungan dua jempol memang pantas diarahkan pada tata suara yang ada. Memainkan game in dengan headset yang mumpuni dan memberikan Anda kesunyian yang seharusnya akan membantu Anda mendapatkan gambaran yang lebih kuat soal atmosfer mencekam Pamali. Bagaimana suara-suara yang muncul dari sudut tanpa ada sosok yang menemaninya cukup untuk membuat perasaan paranoid Anda tumbuh. Eksekusi nyanyian-nyanyian khas Indonesia termasuk lagu “Nina Bobo” yang mengalun pelan membuat segala sesuatunya berujung lebih menyeramkan dari yang seharusnya. Untuk urusan yang satu ini, pujian memang pantas dilayangkan. Namun sayangya, ada satu masalah besar untuk sisi visualisasinya.
Terlalu Gelap

Satu masalah terbesar Pamali? Ia menjadi game yang benar-benar gelap, bahkan untuk ukuran game horror sekalipun. Meningkatkan brightness hingga 100% di dalam video game tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk jarak pandang Anda. Kami bahkan harus memaksimalkan hal yang sama di televisi kami, mendorong brightness hingga 100% hanya untuk melihat isi ruangan yang ada di titik-titik tertentu. Ini adalah sebuah kondisi yang aneh, mengingat trailer resmi yang dirilis oleh StoryTale Studios jelas memperlihatkan tingkat brightness yang jauh lebih baik dan rasional dibandingkan versi demo yang mereka rilis ini.



Entah apa yang mendasari keputusan untuk menjadikan tingkat kecerahan yang begitu buruk di game ini. Jika ini merupakan keputusan kreatif, ada banyak bukti video game horror di luar sana yang tetap berhasil tampil menyeramkan dengan tingkat kecerahan cahaya yang baik. Walaupun gelap seringkali diasosiasikan dengan misteri, dimana misteri melahirkan ketidaktahuan, dan ketidaktahuan melahirkan kecemasan dan ketakutan, namun ada level yang menurut kami, tetap harus dipertimbangkan untuk membuat gamer merasa nyaman sekaligus memiliki kesempatan untuk menangkap lebih banyak informasi sekilas pandang. Pamali buruk di masalah ini. Jika alasan menggelapkan game ini karena rasa tidak percaya diri dengan detail kualitas visualisasi yang ada, maka ini menjadi alasan yang tidak sepantasnya, ditakutkan.

Seberapa buruk gelap ini? Seburuk kami harus masuk ke aplikasi Photoshop untuk memastikan setiap dari screenshot ini melalui proses pengaturan level Brightness dan Contrast terlebih dahulu sebelum menyajikannya kepada Anda, agar Anda bisa melihat apa yang sebenarnya tengah terjadi di dalam game. Sebuah proses yang tidak pernah kami lakukan dan lewati untuk game ber-genre horror manapun di sepanjang sepak terjang JagatPlay sebagai media game. Mereka butuh mencari titik keseimbangan yang lebih baik soal pencahayaan ini.