10 Blunder Terbesar di Industri Video Game!
Industri game adalah sebuah bisnis. Bahwa terlepas dari kualitas game yang seringkali berhubungan erat dengan proses pengembangan game itu sendiri di tangan para developer kawakan, ada begitu banyak proses kompleks berjalan di belakang layar untuk memastikan game ini tiba di tangan Anda dengan selamat. Namun terkadang, keputusan tidak selalu hanya bergantung pada apa yang diinginkan dan kebutuhan gamer itu sendiri. Video game tetaplah sebuah industri dan bisnis yang didesain untuk mengejar keuntungan sebanyak mungkin dengan menggunakan resource sekecil yang bisa dihadirkan. Terkadang, konsep ini diaplikasikan terlalu eksplisit hingga gamer bisa “mencium” bau haus uang yang ada. Lebih buruknya lagi? Ketika ia mempengaruhi kualitas akhir game tersebut.
Di luar begitu banyak game keren yang bisa kita nikmati dari hari pertama rilis dan konsol-konsol bertenaga yang membuat kita jatuh hati, tidak sedikit kasus kesalahan fatal terjadi di industri game dari tangan peracik belakang layarnya sendiri, baik itu developer ataupun publisher. Kesalahan-kesalahan yang membuat Anda bingung dan merasa bahwa hal-hal tersebut seharusnya tidak terjadi. Terkadang, kesalahan-kesalahan fatal ini bahkan tidak punya masa pemulihan. Ia bisa menjadi awal atau bahkan pemicu untuk hal yang lebih destruktif di masa depan, dan bahkan berakhir menghancurkannya. Sebuah blunder besar industri game yang akan diceritakan dari masa ke masa.
Lantas, dari semua blunder yang sempat terjadi di industri game, mana saja yang menurut kami pantas dikategorikan sebagai yang terbesar? Berikut adalah versi JagatPlay:
SEGA 32X
Sebuah pemicu? Sebuah tanda bahwa perjuangan hardware SEGA memang akan berakhir? Apapun itu, blunder besar SEGA 32X memang menjadi salah satu strategi paling membingungkan di industri game. Alih-alih membiarkan dan mendukung konsol 16 bit mereka – SEGA Genesis sedikit lebih lama dengan suntikan game-game keren, SEGA memutuskan untuk menjual sebuah hardware tambahan bernama “SEGA 32X” yang diklaim akan membuat game SEGA Genesis terlihat lebih keren. Berita buruknya? Harganya tinggi, tidak semua game berjalan dengan semestinya, ia membutuhkan pengaturan kabel ekstra, tidak ada peningkatan signifikan, di tengah rilis konsol 32 bit mereka – SEGA Saturn yang tinggal menghitung minggu. Gagal di pasaran, ini seperti sebuah langkah yang terbaca jelas sebagai sebuah reaksi panik untuk langkah Nintendo dan Sony yang memang hendak masuk ke pasar yang sama.
Xbox One Reveal
Pernahkah Anda melihat kasus kalah sebelum bertarung di industri game? Tidak ada kalimat lagi yang tepat untuk menjelaskan kompetisi dan Microsoft dan Sony di awal persaingan konsol generasi saat ini. Ketika Sony mengarahkan semua strategi marketing mereka ke arah yang tepat, terutama mempertahankan sensasi konsol konvesional yang seharusnya, Microsoft justru mendorong Xbox One sebagai konsol yang “merepotkan”. Harus online setiap 24 jam sekali, DRM yang membuat gamer tidak bisa sekedar meminjam game orang lain atau menjualnya sebagai barang second, hingga kebingungan untuk ragam fitur yang lain menemani rilis ini. Berita buruknya? President Xbox di kala itu – Don Mattrick justru hadir memperkeruh suasana. Hampir semua pernyataannya berujung menjadi blunder yang kian mempersulit nama Xbox One di pasaran. Sebagai contoh? Ia merekomendasikan gamer tanpa koneksi internet mumpuni untuk mempertimbangkan Xbox 360 saja dan melewatkan Xbox One. What the..
Ouya Console
Padat, murah, revolusioner, dan berperan sebagai mesin gaming yang kabarnya bisa bersaing di pertempuran raksasa industri game, iklan yang dijual untuk Ouya – konsol Android ramping yang satu ini memang begitu memesona. Ia berhasil mencuri perhatian banyak gamer dengan dukungan dana via Kickstarter yang pantas diacungi jempol. Hasilnya? Ia berujung jadi konsol Android “sampah” ketika sampai di tangan para donatur. Kontroler tidak nyaman, game penuh limitasi di sana-sini, kalah kuat dibandingkan smartphone yang sudah tersedia di saat yang sama, Ouya berujung jadi lelucon dan bulan-bulanan di dunia maya.
Red Ring of Death
Tidak ada mimpi lebih buruk bagi para produsen hardware selain menemukan fakta bahwa produk yang mereka lemparkan ke publik ternyata memiliki cacat desain yang fatal. Hal inilah yang sempat terjadi di awal Xbox 360 meluncur ke pasaran. Mimpi buruk inilah yang sempat dialami banyak gamer yang harus menemukan konsol mereka tiba-tiba dihuni lampu merah di sekitar logo Xbox yang mengitari konsol ini. Ini berarti konsol mereka sudah “mati” dan menolak untuk bekerja lagi. Walaupun pada akhirnya masalah ini teratasi di varian Xbox 360 selanjutnya, masalah ini mencatatkan kerugian sekitar USD 1 Milyar untuk Microsoft sendiri. Untuk menjaga nama baik yang ada, Microsoft memutuskan untuk memperpanjang garansi hingga 3 tahun di 2007 dan siap untuk mengganti konsol Xbox 360 manapun yang terkena RROD ini. Langkah baik yang dibayar mahal.