The Dark Pictures: Little Hope Eksplorasi Paranoia Penyihir!
Pada tanggal 11 April 2020 yang lalu, JagatPlay berkesempatan diundang dalam keynote digital yang diselenggarakan Supermassive Games dan Bandai Namco untuk memperkenalkan seri kedua dari The Dark Pictures Anthology mereka – Little Hope. Untuk Anda yang tidak familiar, ia merupakan seri kedua dari saga yang dimulai dengan seri Man of Medan beberapa waktu yang lalu, dimana sang Curator akan berperan sebagai sebuah benang merah. Lewat sesi keynote digital inilah, Supermassive Games menjelaskan beragam hal baru yang hendak mereka suntikkan ke dalam kisah yang kini akan membawa Anda pada terror Witch Trial di masa lalu ini.
Secara mengejutkan, Supermassive Games memulai keynote ini dengan mengakui bahwa seri pertama mereka – Man of Medan bukanlah sebuah game yang sempurna. Mereka memang mendapatkan banyak pujian di sana-sini soal teror yang berhasil mereka racik, namun tetap mengakui bahwa ada kritik pedas yang juga termanifestasi lewat skor review rendah di beberapa lokasi. Oleh karena itu, Supermassive Games melihatnya sebagai feedback dan berkomitmen untuk memperbaiki beberapa hal yang mencederai pengalaman game horror interaktif mereka.
Salah satu yang akan dibenahi adalah sistem QTE yang kini akan mendapatkan peringatan terlebih dahulu agar gamer bisa mengambil ancang-ancang dan bersiap. Hampir semua gamer yang sempat memainkan Man of Medan pasti merasakan frustrasi bagaimana sesi yang bisa berakhir dengan lengkap atau lenyapnya karakter yang ada berjalan tiba-tiba dan terasa begitu cepat. Sedikit melegakan bahwa Supermassive Games akhirnya akan memperbaiki hal tersebut. Mereka juga berjanji akan membuat kontrol terasa lebih halus dan intuitif. Sementara sisanya? Mengikuti formula seperti layaknya Man of Medan dan game horror mereka yang lain: karakter-karakter yang bisa tewas kapan saja, varian ending, multiplayer – offline dan online, dan gameplay berdurasi 4-5 jam dengan replayability tinggi.
Namun ada satu yang menarik dari sisi keynote ini – kesan arah cerita yang dibawa oleh Little Hope lewat sesi gameplay dan porsi cerita yang diperlihatkan Supermassive Games. Tentu saja tanpa spoiler, namun ia terkesan bertolak belakang dengan apa yang ia usung di Man of Medan. Jika Man of Medan masih memberikan ruang besar untuk penjelasan logis soal fenomena supranatural yang terjadi, apa yang kami lihat di Little Hope sejauh ini, benar-benar memberikan celah yang sangat kecil hal tersebut bisa terjadi. Bahwa penampakan hantu, perjalanan penuh kabut, dan alur kisah yang hendak ia usung sepertinya akan sulit terikat dengan penjelasan yang bisa dirasionalisasi. Apakah Little Hope akan menjadi sebuah game horror yang sesungguhnya dengan elemen supranatural berat? Tampaknya demikian. Apalagi Supermassive Games sendiri mengaku bahwa mereka terinspirasi dari game seperti Silent Hill.
Tenang saja, Anda yang masih menyukai sosok Curator juga boleh berlega hati mengingat sang tokoh penyambung antologi ini akan kembali dalam kisah yang akan memerangkap 4 mahasiswa dan 1 dosen ini di kota kecil penuh horror ini. Sumber ketakutan juga tidak lagi terlihat terlalu mengandalkan jump scare (yang benar-benar kami benci), namun juga mengandalkan permainan scene yang jelas tidak bisa dijelaskan dengan logika dan beberapa detail di latar belakang karakter yang siap untuk membuat bulu kuduk Anda merinding. Kerennya lagi? Dari keynote yang kami lihat, opsi yang Anda pilih tidak akan selalu datang dengan konsekuensi jelas hingga kesempatan untuk ekstra plot twist selalu tersedia di sana.
Bandai Namco dan Supermassive Games sendiri berencana untuk merilis The Dark Pictures: Little Hope pada musim panas tahun 2020 ini, masih tanpa tanggal rilis pasti, untuk Playstation 4, Xbox One, dan tentu saja – PC. Tertarik?