Absen untuk waktu yang sangat lama, lahir kembali dari komitmen mengejutkan Microsoft yang bahkan menugaskan sebuah studio khusus untuk menanganinya, dan tidak pernah gagal untuk tampil mengagumkan di setiap trailer dan screenshot yang mereka lepas ke permukaan, menakjubkan melihat bagaimana nama Flight Simulator kini kembali relevan. Hype yang mengitarinya memang tidak berlebihan, apalagi melihat bagaimana sang developer – Asobo berjuang untuk menyuntikkan beragam fitur ambisius untuk menjadikannya game simulasi terbang terbaik yang pernah ada. Dengan senang hati kami melaporkan, bahwa hype tersebut memang sepadan.

Kesan Pertama

Ada rasa kekhawatiran yang besar memang ketika hendak terjun ke dalam seri Microsoft Flight Simulator terbaru ini? Bahwa terlepas dari ketertarikan untuk menikmati beragam fitur super ambisius yang ia usung, kami belum pernah menjajal game simulasi terbang dengan serius di masa lampau dan besar kemungkinan kami bahkan tidak akan mampu sekadar lepas landas nantinya. Berita baiknya? Microsoft dan Asobo sepertinya memahami kondisi yang satu ini. Mereka kini menyediakan opsi “AI” yang akan membantu Anda menangani dan melewati beragam sisi teknis gameplay-nya. Terdengar aneh memang jika Anda memainkan sebuah game “simulasi” tanpa menikmati sisi simulasinya, namun pada akhirnya, ada daya tarik tersendiri untuk mereka yang datang untuk menikmati sisi presentasi yang ia usung.

Salah satu bagian paling mengagumkan tentu saja datang dari implementasi cloud-processing yang membuat judul ini bisa mengemuka ke pasaran dengan fitur yang seharusnya. Bahwa alih-alih mengandalkan cara konvensional dimana data-data detail peta berujung membuat kebutuhan storage membengkak, Asobo menggunakan kekuatan internet untuk menyajikan detail-detail dunia yang lebih fantastis. Belum sempurna memang mengingat ada beberapa landmark kota, seperti Monas di Jakarta misalnya, yang masih disajikan dalam format “2D” untuk alasan yang tidak jelas. Namun teknologi yang sama membuat lokasi lain seperti Mall Taman Anggrek di Jakarta Barat direpresentasikan dengan bentuk dan model 3D yang sesuai, yang tentu saja bisa Anda temukan di salah satu screenshot di artikel ini. Artikel preview ini juga kami racik dengan lebih banyak berfokus pada area-area memanjakan mata di Tanah Air.

Kesempatan untuk menggunakan Live Weather juga jadi pengalaman yang seru. Bahwa alih-alih sekadar memilih waktu spesifik dan menentukan cuaca yang Anda inginkan, Anda bisa mengambil data dari satelit dan memastikan bahwa rute perjalanan penerbangan Anda akan diwakili oleh kondisi yang tengah terjadi di dunia nyata. Ini memberikan gambaran lebih jelas soal perbedaan waktu dan musim yang bisa saja tengah terjadi di beragam belahan dunia saat ini. Sayangnya, sejauh dari apa yang kami jajal, ada beberapa kekurangan yang pantas untuk dicatat – seperti AI yang terkadang tidak cukup “pintar” untuk membaca topografi daerah atau sekadar bug yang membuat pesawat terjun bebas setelah Anda melakukan skip perjalanan ketika tak lagi sabar menunggu waktu perjalanan, yang memang disajikan dalam format real-time.

Tentu saja, kami jauh dari kata “selesai” dengan Microsoft Flight Simulator untuk melakukan proses review. Walaupun kami pribadi tidak yakin akan menikmati game ini dalam kapasitas game “simulasi” seharusnya, kami kini menjadikannya pondasi untuk menikmati keindahan dunia dan setiap landscape yang ada, apalagi di tengah pembatasan gerak akibat COVID-19 saat ini. Untuk saat ini, izinkan kami meminta lebih banyak waktu untuk mengunjungi lebih banyak lokasi menarik sekaligus berpikir panjang bagaimana caranya mereview sebuah game simulasi terbang tanpa menyentuh sisi “simulasi” kontrol-nya yang notabene menjadi daya tarik banyak gamer pencinta Flight Simulator di luar sana.

RAW Screenshot

4K “Ultra” dengan ASUS ROG Zephyrus Duo 15 GX550