10 Alasan Mengapa The Legend of Dragoon Butuh Remake!
Kini dengan Bluepoint Games

Di masa lalu, kata remake dan remaster memang lebih seringkali mengundang cemooh daripada decak kagum. Namun untuk beberapa tahun terakhir, dengan lahirnya developer-developer yang jelas mengerti apa yang harus mereka lakukan untuk proyek seperti ini, maka pelan tapi pasti, apreasiasi dan antisipasi pun tumbuh. Di Activision, kita bertemu dengan Vicarious Visions yang sejauh ini menjalankan tugas mereka dengan baik. Di Sony? Walaupun belum resmi masuk dalam hitungan studio first party, muncul nama Bluepoint Games yang berhasil melahirkan kembali Shadow of the Colossus dalam kualitas luar biasa dan kini – Demon’s Souls Remake yang akan menemani rilis Playstation 5. Kemampuan mereka untuk mengerti apa yang membuat sang seri original menarik, mengubah dan memperkaya sisi presentasi yang ada, dan berujung menghasilkan produk yang membuat fans lama dan baru jatuh cinta? Di atas nama Bluepoint Games, kita berharap!
Suara Aktif Fans

Mengitari sosial media setiap kali post terkait game Remake mengemuka, apalagi ketika Sony melakukan polling untuk sekadar bersenang-senang, maka mustahil Anda belum pernah mendengar atau membaca nama The Legend of Dragoon sebelumnya. Suara yang meminta aksi remake ini sudah santer terdengar selama beberapa tahun terakhir ini, dengan gaung yang nyaris tercipta di hampir semua kesempatan. Mengingat bahwa proses serupa ini juga yang membuat Sony tertarik untuk membangkitkan Crash Bandicoot bersama Activision, dan kemudian Medievil dan Demon’s Souls Remake, bukan tidak mungkin gaung ini kemudian diterjemahkan sebagai “ketertarikan-pasar-yang-punya-potensi-menguntungkan” di mata para eksekutif Playstation.
Cerita Fantasi yang Masih Relevan

Mulai dari misi menyelamatkan kucing dan berakhir dengan usaha untuk membunuh Tuhan di akhir, “scaling” soal cerita kepahlawanan karakter-karakter protagonis di game JRPG memang sempat jadi lelucon. Ia memang bukannya tidak beralasan mengingat sebagian besar game JRPG di luar sana, terutama yang lahir sebagai produk lawas, memang hadir dengan pendekatan cerita seperti ini. The Legend of Dragoon juga terikat pada konsep yang nyaris sama, namun menawarkan lore dunia yang begitu menarik untuk diikuti. Kita bicara soal ras-ras pejuang masa lampau yang bertahan hidup di era dunia yang bahkan tidak lagi banyak mengingat soal mereka. Kerennya lagi? Kekuatan sebagai Dragoon juga tidak terkunci dan bisa diwariskan ke orang lain. Dengan semua kombinasi ini, apalagi dengan dinamika antar karakter, ia dibangun di atas cerita fantasi penuh tragedi. Tragedi adalah resep cerita sukses di era masa kini, sebuah fakta yang tidak tergoyahkan.
Final Fantasy VII Remake Jadi Bukti

Rasa optimisme untuk kualitas sebuah game The Legend of Dragoon Remake melonjak begitu tinggi setelah melihat eksekusi fantastis yang berhasil dilakukan Square Enix dengan Final Fantasy VII Remake. Square Enix membuktikan bahwa untuk sebuah game legendaris yang sudah melekat di hati banyak gamer, yang punya status ikonik sekalipun, bisa tampil dengan kualitas yang bahkan lebih tinggi jika ditangani dengan baik. Seperti banyak game JRPG lawas, The Legend of Dragoon juga dibagi ke dalam banyak keping disc dengan cerita yang panjang. Kini, opsi untuk membaginya ke dalam beberapa bagian, dengan fokus lebih banyak pada karakter dan interaksi mereka serta membuat beberapa scene lawas semakin sinematik bisa jadi pendekatan rasional. Gamer tidak akan berkeberatan bahkan meninggalkan apresiasi lebih tinggi, jika mereka mencapai eksekusi yang nyaris serupa.