Review Demon’s Souls Remake: Kesenangan dalam Penderitaan!
Rilis Next-Gen Tepat Sasaran

Seperti halnya banyak game rilis eksklusif yang sempat ditujukan untuk menemani rilis sebuah konsol generasi terbaru, menjadi tugas dan tanggung jawab besar bagi Bluepoint Games tentu saja, untuk membuktikan apa yang bisa dilakukan oleh Playstation 5. Untuk urusan presentasi, mereka harus diakui melakukan tugas yang fantastis.
Tidak perlu “bermain terlalu jauh” untuk mengapresiasi seberapa besar peningkatan signifikan yang diusung oleh proses remake ini, apalagi jika Anda membandingkannya dengan versi original di rilis Playstation 3 yang terjadi sekitar 11 tahun yang lalu.
Apa yang dilakukan Bluepoint di sini tidak hanya sekadar menaikkan tekstur ke versi definisi yang lebih tinggi saja, tetapi menyuntikkan lebih banyak detail untuk membangun atmosfer yang lebih kaya. Kita bicara dari hal sesederhana menyuntikkan rumput yang merambat liar di dinding, cahaya yang memancar lembut masuk lewat celah, material seperti batu yang kini terlihat lebih detail dan jelas, hingga efek partikel yang menyeruak ketika serangan magis Anda mengenai target musuh yang ada. Hal-hal kecil ini menemani perubahan signifikan yang tetap didesain sedemikian rupa, untuk tidak mengubah desain level dari seri originalnya.


Untuk urusan cipta karakter, Bluepoint juga menyuntikkan sesuatu yang lebih dekat ke seri Souls modern, dimana opsi kustomisasi kini ditawarkan dalam jumlah lebih banyak. Walaupun tidak terasa signifikan untuk sebuah game dimana Anda lebih sering memandang punggung sang karakter di aksi yang nyaris tidak memungkinkan Anda beristirahat untuk “menikmatinya”, Demon’s Souls Remake kini juga datang dengan Photo Mode. Ini berarti , kesempatan untuk menangkap momen indah dengan visualisasi next-gen yang ia usung, kini terbuka lebar. Sementara dari sisi performa, gamer bisa memilih mode “Graphics” di 4K30fps ataupun “Performance” – 4K (Upscale) di 60fps.
Walaupun game Playstation 5 di bawah bendera Sony yang lain seperti Marvel’s Spider-Man: Miles Morales dan Marvel’s Spider-Man: Remastered langsung datang dengan jargon ray-tracing yang saat ini memang mendefinisikan generasi selanjutnya. Demon’s Souls Remake memang tidak hadir dengan fitur tersebut, namun tidak lantas membuat sisi tata cahaya-nya pantas untuk dipuja-puji. Selain berhasil membuat beberapa lokasi terasa lebih dramatis, terutama lorong-lorong di kastil Boletaria, Anda juga bisa melihat bahwa Bluepoint memerhatikan sisi ini dengan serius. Cahaya redup yang memantul indah di baju zirah musuh, sihir api yang akan terus memantulkan sedikit cahaya merah di lantai sesuai dengan jalur geraknya, hingga sekadar cahaya biru lembut yang memantul di sekitar setiap kali Anda meletakkan item Blue Eye Item untuk membantu player lain. Ada perhatian serius di sana.

Maka dengan semua kombinasi, mustahil Anda bisa mendefinisikan game Souls dari From Software tanpa membicarakan sisi musik-nya yang fantastis. Seperti halnya di sisi visual, Bluepoint juga memutuskan untuk menggubah musik original Demon’s Souls dengan aransemen yang terasa lebih kompleks dan “megah” di saat yang sama. Dengan melibatkan lebih banyak tim orkestra, sebagai gamer yang tidak punya banyak memori dan keterikatan dengan seri originalnya, kami menikmati musik-musik ini dengan begitu maksimal. Seperti yang bisa diprediksi, beberapa di antaranya tidak hanya akan siap memompa adrenalin Anda untuk pertarungan apapun yang Anda temui saja, tetapi juga membuat bulu kuduk Anda merinding.
Untuk sebuah game yang didesain untuk menemani rilis Playstation 5, Demon’s Souls Remake datang dengan presentasi yang nyaris sempurna. Peningkatan sebegitu signifikannya dibandingkan versi original di Playstation 3, sembari mempertahankan desain gameplay dan dunia yang seharusnya, kembali membuktikan taji Bluepoint Games yang memang punya posisi istimewa setiap kali kita membicarakan game seperti ini. Bagi Sony, ini jadi keputusan fantastis untuk melibatkan judul ini dan Bluepoint sebagai unjuk awal performa yang bisa ditawarkan Playstation 5, apalagi jika kita bicara soal game eksklusif untuknya. Keringat Anda akan mengucur dengan mata yang secara konsisten termanjakan.
Kesenangan dalam Penderitaan

Sebagai seri yang bisa dibilang “melahirkan” konsep Souls dan Souls-like ke industri game, yang juga ditangani Bluepoint dengan niat jelas untuk mempertahankan banyak elemen originalnya, Anda masih akan bertemu dengan sensasi Souls yang seharusnya. Ini berarti kita bicara soal game dengan tingkat kesulitan tinggi yang siap menghukum setiap kesalahan kecil yang Anda buat, tanpa kompromi. Kita bicara soal serangan musuh yang bisa berujung menghabisi Anda dengan satu sampai dua jenis serangan saja. Belajar membaca gerakan musuh atau bahkan mengambil langkah inisiatif untuk melukai mereka terlebih dahulu, akan jadi bagian yang esensial. Anda yang sempat mencicipi seri Souls akan memahami pengalaman seperti apa yang ditawarkan oleh Demon’s Souls Remake.
Semuanya tetap dibalut dengan kesempatan untuk membangun karakter sebebas yang Anda inginkan, yang Anda harapkan sesuai dengan gaya gameplay Anda. Dengan memilih job di awal, Anda bisa mendapatkan atribut yang lebih dominan untuk mendorong gameplay lebih efektif, yang tentu saja biasanya, mempengaruhi seperti apa senjata yang akan Anda pilih. Atribut yang bisa ditingkatkan berdasarkan jumlah Souls yang berperan bak EXP Points, akan mempengaruhi tidak hanya status, tetapi juga senjata yang bisa Anda manfaatkan secara maksimal. Anda ingin memainkan karakter Knight tanky dengan melee sebagai fokus? Bisa. Anda ingin mendistribusikan sedikit porsi atribut ke Faith atas nama magic healing tanpa item? Bisa. Anda ingin meracik karakter full mage yang berperan sebagai glass canon yang rapuh? Opsi tersebut selalu tersedia.


Satu-satunya hal yang harus dibiasakan oleh gamer Dark Souls ataupun seri Souls-like yang belum pernah mencicipi Demon’s Souls sebelumnya adalah tata letak “bonfire” yang ia usung. Hadir dengan sistem dunia yang memang tidak terhubung satu sama lain seperti halnya Dark Souls, “bonfire” yang notabene jadi tempat aman dan nyaman untuk rehat dari ancaman konsisten seri Souls bukanlah sesuatu yang akan sering Anda temui di Demon’s Souls Remake ini. Bahkan ia datang dengan konsep dimana bonfire hanya akan Anda temui setelah Anda berhasil menundukkan boss di area tersebut.
Hasilnya adalah sebuah tantangan ekstra yang membuat kematian kini punya konsekuensi lain yang lebih fatal daripada sekadar kehilangan Souls yang baru saja Anda kumpulkan jika Anda tidak berhasil mengumpulkannya kembali. Anda kini harus bergerak dari bonfire yang letaknya super jauh, melewati semua musuh yang kini hidup kembali, dan berharap Anda akan mampu menundukkan si boss yang terkadang super sulit dengan harapan bisa membuka bonfire terbaru tersebut. Jika gagal? Anda harus mengulangi perjalanan panjang ini, lagi dan lagi. Berita lebih buruknya lagi? Terlepas dari seberapa buruk performa Anda, perjalanan panjang seperti ini juga akan pelan tapi pasti menghabiskan beragam item penyembuh yang Anda miliki.
Untungnya? Demon’s Souls Remake datang dengan sistem item penyembuh yang mirip dengan Bloodborne alih-alih Dark Souls. Ini berarti alih-alih item penyembuh terbatas yang butuh di-regenerasi di bonfire, item penyembuh di Demon’s Souls hadir sebagai item yang jumlahnya akan dibatasi oleh status karakter Anda, alih-alih mekanik dasar si game itu sendiri. Sistem seperti ini, apalagi diperkuat dengan informasi jelas soal monster mana saja yang punya probabilitas tinggi untuk menjatuhkan item penyembuh, kebutuhan untuk melakukan farming selalu diakomodasi. Tentu saja, di tengah aksi farming ini, Anda akan bertemu dengan banyak resource lain, dari yang menawarkan ekstra Souls hingga material yang bisa dialokasikan untuk memperkuat equipment Anda. Di sepanjang perjalanan, ada pula NPC yang akan menawarkan misi sampingan dan juga, berperan sebagai merchant yang menjual aksesoris, senjata, armor, hingga sekadar item penyembuh.
Maka seperti halnya seri Souls pada umumnya, ragam “misi sampingan” yang melibatkan karakter-karakter NPC yang mungkin ikut bergabung dengan Anda di The Nexus ini tidak akan disajikan layaknya game-game action RPG modern “manja”. Tidak ada akan daftar quest yang bisa Anda selesaikan dan butuh Anda selesaikan, tidak ada jalur tertera jelas soal point-point penting mana saja yang harus Anda kunjungi, dan tidak ada informasi soal apa saja yang butuh Anda lakukan untuk memicu interaksi dengan mereka. Berita baiknya? Mengingat kontennya sendiri sama dengan seri original di era Playstation 3, yang notabene sudah dirilis 11 tahun yang lalu, walkthrough yang menyebar di internet saat ini selalu bisa diandalkan, yang bahkan hadir dengan informasi super lengkap terlepas dari apapun yang Anda cari. Setidaknya Anda bisa mengandalkan hal tersebut.


Satu pendekatan menarik lain dari Demon’s Souls yang memang jadi seri pertama untuk semua seri Souls, adalah caranya menangani konsep boss itu sendiri. Hampir sebagian besar boss yang Anda temui biasanya memiliki satu atau dua trik super aman untuk dihabisi, tanpa harus melewati proses menjengkelkan menghindar dan menyerang di timing yang tepat. Bahkan salah satu pertarungan boss terakhir muncul dalam bentuk tak bedanya dengan “QTE” yang hanya butuh beberapa proses sederhana untuk menundukkannya, alih-alih bertarung secara terbuka. Satu hal yang bisa Anda pelajari dari Demon’s Souls Remake? Terkadang, penampilan bisa menipu.
Seperti sensasi seri originalnya, Demon’s Souls Remake menawarkan kepada Anda yang tidak terlalu familiar, sebuah seri yang bisa dibilang “memulai segalanya”. Sebuah seri dengan tingkat kesulitan tinggi yang mengusung sensasi Souls yang bisa dipahami mereka yang mencintainya, game penuh siksaan yang siap menawarkan kepuasan tidak tergambarkan setiap kali Anda berhasil mencapai hal kecil sekalipun. Bahwa semua penderitaan tersebut pada akhirnya, selama ditemani dengan konsistensi, akan selalu terbayar manis.