Review Scarlet Nexus: Gila Bercampur Seru!
Anime Sangat

Salah satu alasan terkuat mengapa kami begitu mengantisipasi Scarlet Nexus sejak ia diperkenalkan pertama kali juga datang dari pendekatan visualisasi anime kental yang disematkan padanya. Ada rasa penasaran bagaimana ekstra performa yang ditawarkan oleh Playstation 5 dan Xbox Series dialihkan untuk membuat pendekatan visual tak realistis ini terlihat lebih memukau dibandingkan generasi sebelumnya. Memainkan dan menikmati Scarlet Nexus membuka mata kami bahwa perubahan yang ditawarkan memang tidak begitu signifikan. Anda menemukan detail yang diracik lebih baik untuk urusan pakaian atau warna misalnya, namun pada akhirnya daya tarik utamanya justru terletak pada desain dunianya itu sendiri.
Scarlet Nexus terhitung berhasil “menjual” New Himuka sebagai kota raksasa bak negara dengan elemen futuristik di dalamnya. Ia memang tidak serta-merta datang sebagai game open-world dimana Anda bisa berjalan sesuka hati, namun keputusan desain untuk menyertakan bangunan-bangunan berukuran raksasa sebagai latar belakang setiap kali Anda bergerak berhasil menjual ilusi tersebut. Apalagi ketika Anda melihat beragam iklan digital menyeruak dari begitu banyak sisi, dengan hologram penyedia informasi yang juga disertakan di beragam sudut. Setidaknya klaim Bandai Namco untuk menyebut game ini sebagai game bertipe “Brainpunk” bisa sangat dimengerti begitu Anda berdiri di New Himuka. Berita baiknya? Desain urban tidak jadi satu-satunya setting yang Anda temui.


Acungan jempol juga pantas diarahkan kepada desain karakter dan Other yang Anda temui di sepanjang perjalanan. Untuk karakter, hal kecil seperti desain kostum dan pemlihan warna misalnya akan mendukung presentasi lebih esensial seperti animasi gerak serang tiap karakter yang berujung terlihat halus dan mulus. Pendekatan cita rasa anime yang kental dari sisi visual juga melebur bersama keprbadian karakter companion yang juga melekat pada trope anime – dari sahabat masa kecil yang jatuh hati pada Anda, gadis pemalas nan jenius, gadis pemalu yang perlahan jatuh hati pada Anda, karakter “Onee-san” yang sayangnya minim “Ara-Ara’, hingga karakter lawan kompetitif yang selalu hadir menjengkelkan. Semuanya dipermanis dengan desain sang monster – Other yang berhasil membangkitkan rasa misterius dan penasaran lewat kombinasi elemen organik dan objek keseharian yang unik, bahkan untuk level kualitas boss sekalipun.
Satu-satunya hal yang bisa kami keluhkan untuk sisi presentasi mungkin hanya UI Menu yang bisa terbilang terlalu padat, apalagi jika Anda menggunakan kontroler. Berusaha bergerak untuk mencari informasi side quest yang tengah dijalani hingga mencari library monster atas nama berburu material terkadang berujung menjengkelkan. Walaupun demikian, apresiasi pantas diarahkan untuk beberapa upaya meningkatkan QOL, seperti “mengunci” material yang tengah Anda buru supaya notifikasi akan otomatis muncul begitu Anda berhasil mendapatkannya. Kami juga menyukai UI pada saat bertarung yang terasa cukup sederhana, elegan, namun di sisi lain, menyediakan semua informasi yang Anda butuhkan untuk bergerak dan bereaksi dengan cepat.

Sementara untuk urusan suara, tidak ada yang perlu dikeluhkan dari Scarlet Nexus, baik dari sisi voice acting ataupun OST. Soundtrack menjalankan tugasnya dengan baik untuk memastikan atmosfer yang tercipta tepat,baik ketika cut-scene atau menjelajahi wilayah spesifik. Yang menarik adalah keputusan untuk tidak lantas jatuh pada musik EDM yang dominan terlepas dari tema “Brainpunk” yang ia usung. Beberapa musik masih menawarkan cita rasa khas game JRPG yang anehnya, akan mudah menggugah rasa yang begitu familiar. Sementara dari sisi voice act? Kami merasa menikmatinya dalam bahasa Jepang bukanlah sebuah keharusan mengingat VA Inggris yang cukup solid, namun pantas dikejar atas nama Kyoka Eden yang terdengar lebih manis di versi Jepangnya.
Maka dari sisi presentasi, sebagai game anime RPG bergaya anime pertama yang dilepas untuk konsol generasi terbaru, Scarlet Nexus memang tidak terlihat seberapa “gila” dari sisi visual. Namun untuk urusan desain meracik sebuah setting yang misterius di dalamnya, Bandai Namco terbilang melakukan tugas yang fantastis.
Yuito dan Kasane

Sudah bukan rahasia lagi sepertinya bahwa Scarlet Nexus akan memungkinkan Anda untuk memilih tokoh protagonis utama Anda di awal permainan – Yuito atau Kasane. Keduanya merupakan prajurit OSF baru yang sama-sama memiliki kemampuan psikokinesis sebagai basis. Pertanyaannya tentu saja satu: apakah keduanya berbeda?
Jawabannya adalah iya, baik dari sisi gameplay ataupun cerita. Dari sisi gameplay, Yuito yang menggunakan pedang diposisikan sebagai petarung jarak dekat, sementara Kasane dengan pisau terbangnya lebih memilih untuk bertarung dari jarak yang lebih aman. Keduanya hadir dengan animasi serangan berbeda dan tentu saja, kombinasi serangan yang berbeda pula. Ada aksi basmi musuh super cepat yang bisa dilakukan Yuito, namun tidak bisa dilakukan Kasane dan sebaliknya. Pohon skill yang tersedia untuk Yuito dan Kasane juga mengusung konten yang tidak sama dan karenanya, membuat masing-masing karakter ini punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sensasi guna unik ini tentu saja melahirkan daya tarik replayability juga, dimana Anda setidaknya akan bisa menyelesaikan game ini dua kali dengan sensasi dan perspektif yang tetap segar.
Perspektif yang tetap segar? Benar sekali, bahwa terlepas dari plot di beberapa chapter awal yang mengindikasikan seolah-olah perjalanan Yuito dan Kasane akan sama, keduanya ternyata menempuh cabang cerita yang berbeda. Garis cerita utama yang tersedia memang sama, dimana Yuito dan Kasane pada akhirnya akan bergerak ke satu titik tanpa multiple ending. Namun Scarlet Nexus menawarkan pendekatan dua perspektif lewat kisah Yuito dan Kasane, yang masing-masing akan menyediakan keping ceritanya sendiri-sendiri. Ini memberikan alasan kuat bagi Anda untuk memainkan dan menyelesaikan Scarlet Nexus setidaknya dua kali.


Pendekatan ini terhitung berhasil karena pada dasarnya basis cerita Scarlet Nexus sendiri sudah terhitung “gila”. Tak ingin memberikan lebih banyak spoiler, namun kita berbicara soal banyak hal dari kolonisasi bulan hingga perjalanan waktu, yang tentu saja melibatkan begitu banyak misteri dan karakter pula. Kecepatan Kasane dan Yuito mendapatkan informasi yang mereka butuhkan juga melahirkan dinamika yang unik, terutama saat Anda menikmatinya dari perspektif karakter yang lain. Sebagai contoh? Di satu titik saat Anda memainkan Yuito, Kasane tiba-tiba datang menyerang dan menjadikan misi untuk membunuh Yuito sebagai prioritas utama yang hendak ia kejar. Dari kacamata Yuito, motivasi Kasane ini tentu saja jadi misteri yang harus ia bongkar. Namun dari kacamata Kasane? Situasi ini akan terasa rasional karena Anda memahami motivasinya sejak awal. Disparitas kecepatan mendapatkan informasi ini menghasilkan dinamika yang unik.
Lantas, apakah ini Anda HARUS memainkan Scarlet Nexus untuk memahami cerita yang ia usung? Untungnya, tidak. Seperti yang kami sampaikan tadi, akan ada satu titik dimana cerita Yuito dan Kasane akan bertemu dan terintegrasi satu sama lain. Sebelum bergerak menuju ke titik ini, Scarlet Nexus akan menyediakan sebuah scene cukup panjang untuk memberikan eksposisi yang Anda butuhkan untuk memahami apa saja hasil proses investigasi dari tim berlawanan. Digabungkan dengan informasi yang Anda dapatkan dari playthrough Anda sendiri, tidak sulit untuk meleburnya dan mendapatkan gambaran lebih jelas soal lore “gila” Scarlet Nexus sebelum Anda bergerak maju menyelesaikannya.


Satu hal yang tidak kalah menarik? Walaupun sama-sama bergabung di OSF, keputusan untuk menggunakan Yuito ataupun Kasane juga akan mempengaruhi karakter companion mana yang akan menemani Anda setidaknya sampai pertengahan progress game. Situasi ini tidak hanya membuat gaya bermain Yuito dan Kasane semakin berbeda saja, tetapi juga bisa berujung jadi salah satu alasan unik mengapa Anda berakhir memilih Yuito atau Kasane di playthrough pertama Anda. Karena jika Anda ingin menyelami cerita sahabat masa kecil yang jatuh hati, maka satu-satunya cara adalah memilih Yuito karena sosok Hanabi yang terus menemaninya. Namun jika Anda ingin charm “Oneesan” super kuat yang menemani hari-hari sulit Anda? Maka pilih Kasane atas nama Kyoka Eden yang akan memainkan peran lebih penting di sini.
Keputusan Scarlet Nexus untuk menawarkan opsi Yuito ataupun Kasane sebagai karakter utama yang bisa dipilih memang berujung mengejutkan bagi kami. Mengapa? Karena di awal, selain beberapa iterasi kecil di dalamnya, kami mengira bahwa keduanya akan datang dengan cerita serupa dimana perbedaan satu-satunya hanya dari sisi gameplay saja. Ternyata oh ternyata, keduanya berujung berbagi cabang cerita berbeda yang menghasilkan gaya cerita yang terhitung unik. Walaupun pada akhirnya semua misteri akan dihancurkan eksposisi pada saat cabang ini melebur, namun tak bisa dipungkiri, ia tetap menghasilkan ekstra replaybility tersendiri.












