Review Diablo II Resurrected: Bentuk Baru, Cinta Lama!

Reading time:
September 27, 2021

Visual Lebih Modern

Diablo II Resurrected jagatplay 6
Peningkatan visual yang ditawarkan benar-benar signifikan!

Sebagai sebuah game yang diposisikan sebagai proyek “Remaster” alih-alih Remake, Diablo II: Resurrected memang menjadikann proses modernisasi via visual sebagai daya tarik utama. Mereka bahkan menyediakan sebuah mode terpisah “Legacy Mode” yang bisa Anda akses dengan cepat untuk membantu Anda membandingkan seperti apa tampilan visual antara versi Resurrected dan versi original ini. Sepertinya tidak akan sulit bagi Anda, dengan mata kepala Anda sendiri, untuk membedakan mana yang versi Remaster dan mana yang tidak. Pergantian engine, model karakter, hingga setting yang Anda singgahi memang terasa benar-benar signifikan. Kami menyediakan beberapa screenshot untuk memamerkan perbedaan tersebut.

Kualitas visual baru yang ditawarkan oleh Diablo II: Resurrected memang membuatnya pantas untuk disandingkan dengan rilis game-game RPG isometrik modern sekalipun. Semua hal dirombak, termasuk model karakter untuk tiap kelas yang kini terlihat penuh detail,  lengkap dengan efek serangan dari efek magic api hingga tampilan beragam monster yang bisa dipanggil Necromancer yang kesemuanya juga mendapat perombakan. Penambahan efek tata cahaya baru di beberapa dungeon yang terlihat lebih menyeramkan juga membuat beberapa area bertarung kini terlihat lebih dramatis dibandingkan dengan seri originalnya.

Yang membuat kami terkesima tentu saja adalah efek pantulan bak cermin yang kini tersedia di banyak material “lantai” yang Anda temui di sepanjang proses eksplorasi. Kita bicara dari lantai dungeon bak marmer yang notabene berkilau hingga sekadar genangan darah bak kolam, yang kesemuanya akan memantulkan apapun yang terjadi di atas mereka. Walaupun kami tahu ini tidak berhubungan sama sekali dengan ray-tracing, namun melihat bagaimana lantai-lantai ini berhasil merefleksikan sekadar gerak dari tengkorak yang kami summon sebagai Necromancer, hingga proyektil serangan magic yang mereka lepas benar-benar memanjakan mata. Jelas ada perhatian ekstra dari Blizzard untuk memastikan semua fitur visual modern ini memang tersedia di Diablo II: Resurrected.

Diablo II Resurrected jagatplay 3
Blizzard juga menyuntikkan scene sinematik berbasis CGI yang baru. Ia tentu terlihat lebih indah.

Tenang saja, untuk Anda yang khawatir bahwa proses remaster ini akan “malas” dan sama sekali tidak menyentuh beragam cut-scene sinematik berbasis CGI yang notabene menemani versi originalnya, Anda tidak perlu khawatir. Blizzard mengerjakan kembali semua film sinematik yang sempat tersedia di versi originalnya dengan versi baru yang lebih modern, lengkap dengan beberapa perubahan di dalamnya. Tenang saja, Anda yang dahulu jatuh hati dengan semua adegan yang melibatkan Tyrael akan jatuh hati kembali dengan sinematik baru Blizzard yang terasa lebih “menggelegar” ini.

Salah satu keputusan yang diambil Blizzard dan kami sambut dengan tangan terbuka juga datang dari sisi audio. Bahwa alih-alih mengubah banyak hal, mereka memutuskan untuk mempertahankan nyaris semua suara ikonik yang bisa dibilang “mendefinisikan” pengalaman Diablo II untuk mereka yang sempat mencicipi seri originalnya. Bunyi unik teguk saat Anda menggunakan potion? Bunyi “ting” saat Anda memasukkan gem ke dalam socket equipment Anda? Atau sekadar suara monster yang tengah Anda habisi? Semua suara ini tetap dipertahankan di versi Resurrected ini.  Menarik menemukan telinga Anda tengah bernostalgia dengan mata yang seolah tak lagi familiar dengan apa yang Anda temukan di depan layar televisi / monitor yang ada.

Nyaman dengan Konsol

Diablo II Resurrected jagatplay 25
Pertama kali tersedia untuk konsol, ia untungnya tetap nyaman untuk dinikmati.

Salah satu pertanyaan terbesar yang mungkin menghampiri gamer konsol yang tertarik dengan Diablo II: Resurrected adalah perihal soal kenyamanan. Seperti yang kita tahu, Diablo II original tidak pernah menemukan rumahnya sama sekali di konsol lawas dan hanya tersedia di versi PC saja. Barulah sejak era Diablo III, yang notabene punya cita rasa action yang lebih luwes dan cepat, konsol dilirik Blizzard dengan adaptasi yang terhitung fantastis. Apakah hal yang sama bisa ditempuh untuk Diablo II yang lebih lambat?

Semuanya lebih kompleks mengingat komitmen Blizzard untuk menjaga sensasi bermain Diablo II original yang memang lebih lambat. Berita baiknya? Kami bisa menyebut bahwa memainkan Diablo II: Resurrected di Playstation 5, menggunakan DualSense, berujung terhitung nyaman. Di luar opsi untuk memprioritaskan framerate atau kualitas visual yang secara mengejutkan tersedia di konsol generasi terbaru ini, proses port ke konsol ini memang tidak bisa dibilang sepenuhnya sempurna. Yang terjadi adalah beragam proses kompromi untuk menggantikan fungsi mouse dan keyboard yang notabene lebih fleksibel.

Salah satu kenyamanan yang berhasil mereka tawarkan adalah konsep looting. Anda kini bisa mengaktifkan fitur Auto-Loot Gold yang akan otomatis membuat Anda mengumpulkan semua gol yang Anda temukan begitu saja tanpa perlu menekan apapun. Di versi konsol, dengan banyaknya jumlah loot yang jatuh saat bertarung, mereka menyediakan juga ekstra tombol khusus untuk memberikan highlight seperti halnya versi PC untuk memberikan informasi apa saja mereka.

Proses looting sendiri dilakukan dengan menggunakan sistem kedekatan, dimana Anda hanya perlu bergerak mendekati loot yang Anda inginkan, sedikit menggeser karakter hingga item yang Anda inginkan ter-highlight. Sejauh kami mencicipinya, sistem ini bekerja dengan sangat baik. Kompleksitas datang ketika Anda mungkin salah memicu portal di dekat loot-loot ini, mengingat tombol untuk mengambil loot dan terjun ke dalam portal adalah tombol yang sama. “Tidak sengaja menekan tombol” adalah sesuatu yang sering terjadi.

Diablo II Resurrected jagatplay 18
Proses looting berbasis kedekatan karakter Anda dengan item untungnya, cukup membantu.
Diablo II Resurrected jagatplay 14
Proses mengatur inventory dengan kontroler memang harus diakui, merepotkan.

Kompromi terberat yang perlu dipikul gamer konsol, terlepas dari sistem yang sebenarnya bekerja baik, adalah proses management inventory. Tombol klik mouse di versi PC kini harus diterjemahkan ulang menjadi beberapa fungsi tombol berbeda untuk menggunakan, memindahkan, atau sekadar membandingkan item yang Anda dapatkan. Anda kini harus menahan tombol untuk menggunakan / memasang item dan sekadar menekan untuk memindahkan mereka ke posisi yang Anda inginkan. Berita baiknya? Setidaknya untuk shortcut beragam item penyembuh yang ingin Anda akses secara instan, semuanya bisa diletakkan di tombol d-pad. Namun sekali lagi, ini berarti Anda harus mengulang rutinitas memindahkan potion setiap kali Anda kehabisan.

Diablo II Resurrected jagatplay comparison 10
Anda bisa menyuntikkan skill ke tombol apapun dan kombinasi L2 + tombol.

Sementara untuk tombol skill, Anda tidak perlu banyak khawatir. Terlepas dari apapun kelas karakter yang Anda pilih, Diablo II Resurrected versi konsol akan memastikan Anda bisa memasangkan skill ke semua tombol yang tersedia sekaligus kombinasi L2 + tombol. Ini berarti, terlepas dari kelas karakter yang mungkin memiliki banyak skill aktif seperti Sorceress misalnya, Anda tetap akan terfasilitasi. Proses binding setiap skill ini ke skema kontroler juga bisa dilakukan dengan mudah via menu Skill Tree yang ada. Saran kami? Segera ganti tombol serangan biasa dari “X” ke “Kotak” jika Anda memainkan ini di Playstation untuk mencegah kemungkinan salah tekan, dari ingin menyerang berujung mengambil loot. Ini akan mencegah proses bolak-balik menyusun inventory bisa dihindari.

Sisa perjalanan Anda memainkan game ini di konsol, terlepas dari kompromi yang kami bicarakan di atas, akan terasa senyaman game RPG isometrik pada umumnya. Walaupun geraknya tak secepat game-game sejenis yang mulai lebih dominan sisi aksi-nya, namun ia akan memastikan aksi gerak Anda, arah yang Anda targetkan untuk menyerang dengan magic, atau sekadar proses looting berjalan sebaik yang bisa dilakukan sebuah kontroler.

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

PC Games

February 6, 2024 - 0

Menjajal Honkai Star Rail 2.0: Selamat Datang di Penacony, Semoga Mimpi Indah! 

Honkai Star Rail akhirnya memasuki versi 2.0 dengan memperkenalkan dunia…
December 14, 2023 - 0

Menjajal Prince of Persia – The Lost Crown: Kini Jadi Metroidvania!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh 5 jam pertama Prince of…
December 13, 2023 - 0

JagatPlay: Menikmati Festival Kenangan Teyvat Genshin Impact di Jakarta!

Seperti apa keseruan yang ditawarkan oleh event Festival Kenangan Teyvat…
December 7, 2023 - 0

Preview Zenless Zone Zero (ZZZ) Closed Beta 2: HoYoVerse Naik Level!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh masa closed beta 2 Zenless…

PlayStation

April 11, 2024 - 0

Review Dragon’s Dogma 2: RPG Tiada Dua!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dragon’s Dogma 2? Mengapa kami…
March 27, 2024 - 0

Menjajal DEMO Stellar Blade: Sangat Berbudaya!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh demo Stellar Blade ini? Mengapa…
March 22, 2024 - 0

Review Rise of the Ronin: Jepang Membara di Pedang Pengembara!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Rise of the Ronin ini?…
March 21, 2024 - 0

JagatPlay: Wawancara Eksklusif dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda (Rise of the Ronin)!

Kami sempat berbincang-bincang dengan Yosuke Hayashi dan Fumihiko Yasuda terkait…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…