Penelitian: Karakter Cewek Seksi Tidak Bikin Gamer Pria Seksis dan Misoginis

Menyalahkan video game untuk beragam masalah sosial yang terjadi sepertinya adalah “jalan keluar” termudah bagi orang-orang awam setiap kali kasus kontroversial mengemuka ke permukaan. Video game dilihat sebagai biang yang harus diatur bahkan, dibasmi atas nama kehidupan sosial yang lebih baik. Padahal sudah berulang kali, melalui penelitian-penelitian yang melewati proses metode yang valid dan kredibel, semua hal tersebut dibantah. Selalu berkutat pada masalah kekerasan, penelitian yang satu ini datang dengan masalah yang lebih menarik.
Hampir semua penelitian terkait video game selalu membahas soal keterkaitan antara video game dan perilaku kekerasan di dunia nyata, yang selalu berujung pada kesimpulan yang sama – bahwa keduanya tidak berhubungan. Namun penelitian yang dilakukan oleh Prof Christopher J. Ferguson dari fakultas psikologi Stetson University ini berusaha menjawab pertanyaan berbeda. Apakah game-game dengan sensualitas berlebih akan membuat pandangan pria menjadi lebih seksis dan misoginis terhadap perempuan? Apakah gamer perempuan akan mengalami ketidakpuasan pada citra fisik mereka dan beragam masalah mental lainnya setelah memainkan game-game ini?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Ferguson melakukan metoda meta-analisisi terhadap kurang lebih 18 penelitian yang sempat dirilis untuk tema yang sama. Kesimpulannya? Seperti halnya kekerasan, kedua hal ini tidak berhubungan. Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap gamer yang seksis atau misoginis dengan video game penuh sensualitas yang mereka mainkan. Tidak ada pula hubungan antara rasa percaya diri gamer wanita dengan konten sensualitas karakter wanita dari game yang mereka mainkan.
Kesimpulan Ferguson juga ditutup dengan pernyataan yang sepertinya sudah seringkali kita dengar, bahwa sudah saatnya masyarakat tidak selalu menjadikan video game sebagai “kambing hitam” untuk beragam masalah sosial yang ada. Anda yang tertarik membaca penelitian ini lebih mendalam bisa menuju ke tautan berikut ini.
Source: Psypost