Review The Callisto Protocol: Permulaan yang Menjanjikan!

Reading time:
December 7, 2022

Mudah Memancing Frustrasi

The Callisto Protocol jagatplay 19
Jacob = lambat.

Dengan semua hal yang kami bicarakan di atas, The Callisto Protocol memang menyimpan pondasi sebuah game survival horror yang solid, seru, dan unik yang sama karena fokus pada serangan melee yang ia tawarkan. Namun sayangnya, di sisi yang lain, harus diakui bahwa ada begitu banyak pilihan desain eksperimental yang membuat game ini mudah sekali menghasilkan rasa frustrasi, apalagi jika Anda datang dengan mindset hendak memainkannya bak Dead Space 1 atau 2. Keputusan dan pilihan desain yang semoga saja bisa diperbaiki dan disempurnakan jika game ini di masa depan, diberikan kesempatan untuk berlanjut dalam seri sekuel yang siap kami sambut dengan rasa optimis yang kuat.

Salah satu kerentanan sumber rasa frustrasi itu datang dari lambatnya begitu banyak gerakan yang harus dieksekusi Jacob. Ketika para monster datang berjalan dengan kecepatan tinggi plus animasi yang singkat, semua hal yang dilakukan Jacob terasa lambat dan bertele-tele. Serangan melee yang ia eksekusi, normal ataupun Heavy akan dibuka dengan animasi sepersekian detik dulu yang selalu memberikan ruang bagi monster untuk “memasukkan” animasi serangan mereka untuk sedikit mencuri damage dari Anda. Ia juga terkadang mematuhi perintah Anda untuk berlari di lokasi tertentu, namun lebih memilih berjalan santai di titik yang lain, yang tentu saja membingungkan.

Lambatnya ragam animasi ini juga tercermin di dua hal pula – healing dan pergantian senjata api, yang tidak terjadi secara instan. Begitu Anda melakukan aksi healing menggunakan Health Injector yang berperan sebagai item consumables, Jacob akan jongkok lebih dulu, terdiam, mengeluarkan si injector, menyuntikkanya ke leher sembari ditemani animasi bar hijau yang kini akan terakumulasi pada bar hijau darah Anda yang tertempel di belakang. Dengan animasi seperti ini, mustahil Anda bisa melakukan healing pada saat terdesak melawan monster yang mungkin saja datang bertubi-tubi. Di tengah gerakan monster yang cepat dan agresif, ini sama saja dengan aksi bunuh diri. Healing hanya didesain untuk digunakan sebelum bertarung, tidak saat bertarung.

The Callisto Protocol jagatplay 31
Animasi healing butuh beberapa detik untuk dirampungkan, membuatnya mustahil bisa digunakan saat bertarung sengit di tengah kecepatan dan keganasan para monster.
The Callisto Protocol jagatplay 88
Bahkan aksi berganti senjata pun tak akan terjadi instan di sini.

Hal yang sama juga diimplementasikan di sistem pergantian senjata yang secara lore, menggunakan satu basis pelatuk yang sama. Jadi tidak seperti di game action atau survival horror lain, dimana sang karakter akan langsung mengeluarkan senjata yang Anda pilih dari kantong mereka, Jacob harus melewati animasi dulu. Berganti senjata akan memicu animasi bagaimana Jacob harus memisahkan ujung senjata dengan pondasinya lebih dahulu, mengeluarkan ujung yang baru, menempelkannya ke pondasi, dan dikokang sebelum bisa digunakan. Untuk beberapa senjata seperti Riot Gun yang tampil bak shotgun, Anda juga harus melewati proses reload yang juga tak kalah lamanya. Ingat, semua ini harus Anda lakukan di tengah gempuran serangan melee monster yang bisa datang bertubi-tubi.

Semuanya kemudian diperparah dengan fakta bahwa sistem pertarungan melee The Callisto Protocol tidak lah didesain untuk pertarungan melawan lebih dari 3 monster sekaligus. Pertama, karena lambatnya animasi yang kita bicarakan tadi, dimana monster yang menyerang dari kiri atau kanan Anda, yang tidak akan memicu aksi hindar terlepas dari analog yang Anda tahan, akan selalu punya animasi lebih cepat.

Kedua? Game ini sama sekali tidak punya sistem lock-on, hingga Anda tidak bisa memprioritaskan musuh mana yang ingin Anda getok lebih dulu sampai mati ketika mereka datang bersamaan. Apalagi untuk versi konsol dimana Aim-Assist ditawarkan, tidak jarang skenario dimana senjata api yang Anda tembakkan justru mengarah ke target yang bukan Anda prioritaskan. Bayangkan amarah yang sudah terkumpul di ubun-ubun kami ketika serangan melee kami berhasil tampil desktruktif ke satu musuh hingga mereka berujung mengeluarkan tentakel yang harus dibasmi cepat, dimana kami langsung mengangkat senjata, membidik, dan tiba-tiba aim-assist mengarah ke musuh terdekat yang sehat-walafiat yang berujung kami tembak tanpa signifikansi sama sekali. Semuanya terjadi sembari melihat sang monster dengan tentakel sudah bertransformasi menjadi varian lebih kuat dan mematikan, yang membuat pertarungan semakin sulit.

The Callisto Protocol jagatplay 40
Lock-on? Pfftttt…
The Callisto Protocol jagatplay 115
Akan ada beberapa titik skenario bertarung dimana ia hanya akan menyediakan hanya 1 solusi paling “rasional” dan minim resiko.

Maka konsekuensi dari semua desain ini berujung membuat The Callisto Protocol menjadi game yang “tertutup”. Bahwa Anda akan menemukan banyak situasi dimana satu-satunya solusi untuk bisa selamat dan bertahan hidup adalah dengan mengeksekusi strategi yang benar-benar spesifik di skenario tersebut. Bahwa mencoba jalur yang lain misalnya, terlepas dari seberapa keras pun Anda berupaya, tidak akan membuahkan hasil. Sebagai contoh? Saat Anda melawan monster tanpa mata yang seringkali datang dengan kuantitas besar yang tersebar. Jika Anda menggunakan sekali senjata api atau telekinesis, Anda akan memicu suara dan membuat belasan monster ini sadar. Monster yang akan langsung mengetahui posisi Anda, menyerang Anda bersama-sama, yang tentu saja adalah resep mimpi buruk. Ada pula skenario dimana Anda harus bergerak dari titik A ke titik B menggunakan sebuah lift raksasa, dimana selama proses menunggu, Anda akan diserang oleh 4 monster / gelombang dengan total 4 gelombang. Datang cepat dan beruntun, mustahil Anda bisa mengalahkan mereka dengan serangan melee atau mengandalkan senjata api yang ada. Satu-satunya cara selamat di skenario ini hanyalah menggunakan telekinesis secara efektif untuk melemparkan musuh ke baling-baling belakang lift dan berdoa untuk yang terbaik.

Fakta bahwa ada banyak skenario pertarungan yang memiliki solusi “tertutup” dan terbatas seperti ini tentu saja jadi sebuah desain yang menurut kami mengecewakan. Akan jauh lebih mantap jika The Callisto Protocol melakukan proses balancing lebih jauh untuk memastikan bahwa terlepas dari opsi yang Anda pilih, apakah ia berujung serangan melee, senjata api, atau sekadar telekinesis, ia selalu bisa diandalkan namun dengan level resiko yang berbeda-beda. Untuk saat ini, banyak situasi di dalam The Callisto Protocol yang mengancam berujung menjadi sebuah aksi trial & error hingga Anda menemukan strategi spesifik yang “dituntut” oleh sang developer sebagai solusi terbaik.

Kesimpulan

The Callisto Protocol jagatplay 80
The Callisto Protocol tetap berujung menjadi game action survival berbasis sci-fi yang solid untuk dicicipi, dengan daya tarik uniknya sendiri. Saat ini ia terasa seperti sebuah seri yang sudah memiliki pondasi kuat namun masih memiliki beberapa masalah. Masalah yang jika diperbaiki dari sisi desain di masa depan akan membuatnya tampil sebagai produk yang kami optimis, akan membuatnya terasa istimewa alih-alih sekadar “baik” seperti saat ini.

The Callisto Protocol adalah sebuah judul baru yang menjanjikan, tidak ada lagi kalimat yang lebih tepat untuk menjelaskan pesona yang ia tawarkan. Hadir dengan visual memanjakan mata dan sistem pertempuran berbasis melee yang unik, ia juga hadir dengan intensitas tinggi berkat ancaman kematian instan yang bisa saja terjadi jika Anda sedikit saja lengah. Dengan dunia beragam dan penuh detail, ia tampil sebagai sebuah game survival horror yang asyik dan memuaskan di saat yang sama, walaupun harus diakui tak sulit untuk memicu rasa frustrasi karena beberapa desain yang ditawarkan. Ini adalah sebuah permulaan menjanjikan untuk sebuah seri yang bisa kami lihat berpotensi tampil lebih keren dan sempurna jika sebuah sekuel mengemuka di masa depan. Tentu saja, selama Striking Distance menerima dan memperbaiki feedback dari seri pertama ini.

Namun seperti yang kami bicarakan sebelumnya pula, ada begitu banyak hal di dalam The Callisto Protocol yang pantas untuk dikategorikan sebagai kelemahan. Dari minimnya sensasi horror yang berhasil ia ciptakan, rasa frustrasi yang mudah muncul dari beragam pilihan desain, hingga minimnya varian boss / mini-boss yang Anda lawan di sepanjang permainan berkontribusi pada cederanya pengalaman yang ada. Kami juga sedikit menyayangkan karakterisasi dan sisi cerita sci-fi yang terasa klise, alih-alih sesuatu yang tergali lebih detail atau dalam.

Walaupun demikian, The Callisto Protocol tetap berujung menjadi game action survival berbasis sci-fi yang solid untuk dicicipi, dengan daya tarik uniknya sendiri. Saat ini ia terasa seperti sebuah seri yang sudah memiliki pondasi kuat namun masih memiliki beberapa masalah. Masalah yang jika diperbaiki dari sisi desain di masa depan akan membuatnya tampil sebagai produk yang kami optimis, akan membuatnya terasa istimewa alih-alih sekadar “baik” seperti saat ini.

 

Kelebihan

The Callisto Protocol jagatplay 69
Animasi kematian brutal yang setidaknya menarik di awal..

Visual memanjakan mata

Sistem bertarung melee yang unik

Sinematik yang didesain dengan kualitas tinggi

Upgrade yang dilakukan pada senjata atau equipment terasa signifikan dan memuaskan

Setiap pertarungan melawan monster apapun terasa intens

Eksplorasi singkat ke jalur alternatif selalu menghasilkan reward sepadan

Variasi lingkungan yang Anda kunjungi dari awal hingga akhir permainan

Ragam animasi kematian nan brutal yang menarik, setidaknya di awal

 

Kekurangan

The Callisto Protocol jagatplay 110
Mini boss yang “Lu lagi.. Lu lagi..”

Tak terasa horror

Animasi lambat yang gampang membuat frustrasi

Cerita dan karakter terasa klise

Tanpa sistem lock-on

Beberapa skenario bertempur hanya punya satu solusi spesifik

Minim variasi mini-boss / boss

 

Cocok untuk gamer: yang menginginkan game dengan tema sci-fi yang keren, merindukan sesuatu yang mirip dengan Dead Space

Tidak cocok untuk gamer: yang ingin mendapatkan ketakutan maksimal, yang mengharapkan sesuatu yang “Dead Space-banget”

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…