Review Resident Evil Village (VR): Panik? Panik Lah!

Reading time:
March 15, 2023

Bukan Port “Malas”

Resident Evil Village VR jagatplay 13
Berita baiknya? Ini bukan sekadar port mengubah perspektif orang pertama menjadi VR saja.

Dengan popularitas yang sudah diraih Resident Evil Village, Capcom sebenarnya punya ruang yang besar untuk membuat mode VR untuk Playstation VR2 ini berujung jadi port super malas yang sekadar mengubah perspektif orang pertama menjadi perspektif VR tanpa menambahkan apapun. Bahkan dengan hanya ekstra perubahan perspesi yang kini menawarkan dunia 360 derajat di sekeliling Anda untuk Anda jelajahi dengan gerak kepala Anda saja, sudah cukup untuk membuat pengalaman VR ini satu tingkat lebih tinggi dari gaya bermain konvensional biasanya. Namun untungnya, Capcom hadir dengan sebuah usaha yang benar-benar serius.

Memanfaatkan ekstra fitur Playstation VR2 berarti memanfaatkan ragam teknologi yang berpotensi untuk membuat pengalaman horror dari kacamata orang pertama ini terasa kian imersif. Hal pertama yang mereka lakukan? Menerjemahkan sensasi Haptic Feedback dan Adaptive Trigger dari DualSense biasa ke Playstation VR2 Sense Controller, yang berarti akan menerjemahkan tuntutan tekan trigger senjata yang berbeda-beda untuk menghasilkan sensasi yang lebih asyik di tangan. Kerennya lagi? Hal ini juga mereka implementasikan pada headset PSVR2 itu sendiri, yang notabene  memang sudah didukung fitur haptic feedback. Menggunakan senjata lebih berat seperti Shotgun dan Sniper Rifle akan menghasilkan getaran di kepala Anda, membuat kesan bahwa recoil yang mereka hasilkan memang kuat.

Resident Evil Village VR jagatplay 3
Headset Anda ikut bergetar saat Anda menggunakan senjata lebih berat seperti shotgun.
Resident Evil Village VR jagatplay 55
Anda tetap disajikan opsi untuk membuat pengalaman VR Anda lebih nyaman, seperti metode reload misalnya.

Tidak hanya satu, namun hampir semua elemen gameplay yang ditawarkan oleh mode VR ini memang diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan VR yang sesungguhnya alih-alih mempertahankan gaya konvensionalnya. Sebagai contoh? Alih-alih menggunakan sekadar tombol untuk berganti senjata, Anda kini harus melakukan gesture tertentu untuk mengeluarkan senjata atau menggunakan perlengkapan yang lain. Pisau kini terletak di pergelangan tangan, pistol di pinggang, shotgun di bagian punggung, senter di jaket sebelah kanan, dan granat di jaket sebelah kiri yang menuntut Anda untuk menggunakan tangan Anda di lokasi yang seharusnya untuk mengambil setiap dari mereka. Bahkan Anda kini butuh mengakses gesture tersendiri untuk menggunakan First Aid Anda, yang juga melibatkan kebutuhan untuk melakukan gesture menuangnya ke bagian tangan Anda yang terluka.

Berita baiknya? Capcom juga memberikan opsi yang fleksibel untuk mengatur sendiri “seberapa VR” Anda ingin pengalaman VR Resident Evil Village ini terjadi. Untuk pengalaman yang sepenuhnya VR, Anda bahkan harus mengambil sendiri magazine senjata Anda untuk dimasukkan secara manual ke senjata, mengongkangnya secara manual, sebelum Anda bisa menembakkannya ke target. Lebih imersif memang, namun ini berarti ekstra kesibukan hanya untuk bisa melakukan aksi sederhana. Untuk Anda yang tidak ingin direpotkan, Capcom juga menyediakan opsi untuk melakukan proses reload menggunakan tombol yang akan membuat semua proses tersebut terjadi secara otomatis. Ini akan membuat segala sesuatunya lebih cepat untuk Anda, terutama saat merepson keadaan yang genting.

Tentu saja selain kebutuhan untuk melakukan gesture demi mengakses senjata dan ragam item Anda, mode VR ini juga mengubah keseluruhan user-interface yang ada. Untuk inventory misalnya, Anda kini disajikan satu bagian khusus untuk memperlihatkan bagian tubuh Ethan dan dimana ragam item tersimpan. Item-item yang terletak di jaket Ethan misalnya memang hanya bisa Anda akses dengan menggunakan gesture spesifik – mendorong jaket menjauhi Anda hingga item tersebut terlihat secara visual, sebelum Anda bisa mengambil dan menggunakannya. Anda juga akan dihadapkan pada UI yang berbeda ketika berbelanja misalnya, yang kini membutuhkan Anda mengarahkan dan menunjuk PSVR Sense Controller Anda. Perubahan ini tidak merepotkan, tetapi tetap butuh sedikit penyesuaian.

Resident Evil Village VR jagatplay 63
UI juga ikut menyesuaikan.
Resident Evil Village VR jagatplay 39
Dual-wield atau aksi lempar pisau? Kenapa tidak!

Satu yang menarik dari implementasi VR ini adalah fakta bahwa ia juga membuka potensi gaya bermain baru yang tidak akan Anda dapatkan di mode konvesional. Sebagai contoh? Mengingat Anda kini bisa menggunakan tangan kiri dan kanan Anda secara interaktif, Anda akan bisa menggunakannya untuk dua hal yang berbeda. Ini membuka kemungkinan Anda untuk melakukan aksi dual-wield, dimana Anda bisa menggunakan dua buah senjata berbeda sekaligus untuk ekstra damage yang mungkin dibutuhkan. Atau menggunakan tangan kiri untuk mengaktifkan senter, sementara tangan kanan Anda untuk senjata. Atau yang lebih gilanya lagi? Mengingat item penting yang terbuang dari tangan Anda akan selalu kembali secara otomatis, Anda kini bahkan bisa melemparkan pisau Anda ke musuh berulang kali tanpa konsekuensi sama sekali, membuat Anda merasa seperti versi Ethan Winters yang lebih mematikan.

Maka dengan semua perubahan yang ia tawarkan, tentu menjadi sesuatu yang membahagiakan dan sekaligus melegakan bahwa Capcom menangani mode VR yang notabene ditawarkan sebagai DLC cuma-cuma ini dengan serius. Bahwa sensasi imersifyang ia tawarkan tidak hanya datang dari peningkatan sisi visual saja, tetapi juga dari sisi gameplay yang kini disesuaikan untuknya.

Panik? Panik Lah!

Resident Evil Village VR jagatplay 15
Saatnya panik!

Dengan perspektif orang pertama yang gerak kepalanya kini mengikuti gerak kepala Anda serta senjata yang kini juga akurasi bidikannya bergantung pada seberapa baik Anda menargetkannya, Resident Evil Village dalam mode VR terdengar seperti sebuah pengalaman horror yang terdengar jauh lebih menyenangkan dan mudah dibandingkan dengan mode konvensional. Setidaknya misalnya, Anda tidak perlu lagi harus dipusingkan dengan akurasi gerak tembak menggunakan analog DualSense yang tentu saja tidak secepat dan sereponsif langsung mengarahkannya dengan Playstation VR2 Sense Controller Anda misalnya. Namun percaya atau tidak, pengalaman horror yang ditawarkan justru terasa lebih menyeramkan.

Ada dua hal yang berkontribusi pada hal tersebut, yang kesemuanya dihadirkan berkat fitur dan jeroan terbaru yang ditawarkan Sony di Playstation VR2. Pertama? Tentu saja layar OLED yang kini menjadi jendela dunia Anda untuk menikmati dunia yang ditawarkan Resident Evil Village. Apa hubungannya? Tepat, OLED menawarkan warna hitam yang jauh lebih gelap dan pekat, yang tentu saja merupakan situasi yang seringkali Anda temukan di game yang satu ini. Ini membuat beberapa situasi pertempuran menjadi jauh lebih menegangkan dan menyeramkan, bahkan cukup untuk membuat kami mau tidak mau harus terus menggunakan senter di salah satu tangan. Ada kepanikan tersendiri ketika Anda mulai mengarahkan senter ke lokasi lain, sementara tangan satunya lagi bersiap menembak sembari membidik lokasi sebaliknya untuk mengantisipasi apa yang mungkin terjadi. Ini membuat situasi-situasi yang terasa biasa saja di mode konvensional terasa begitu memukau di VR.

Resident Evil Village VR jagatplay 49
Memang sulit ditangkap dalam bentuk screenshot, namun pengalaman real-time Anda dengan layar OLED PSVR2 akan membuat beberapa situasi yang gelap terasa lebih mencekam karena hitam pekat yang ia usung atau situasi dengan cahaya minim terasa lebih dramatis.
Resident Evil Village VR jagatplay 53
Audio yang datang dari beragam penjuru akan terus membuat Anda waspada.

Hal yang kedua dan juga ikut berkontribusi tentu saja implementasi 3D Audio yang kini langsung bisa dinikmati secara optimal menggunakan headset bawaan Playstation VR2 yang bisa Anda sematkan tanpa kerepotan apapun. Earphone in-ear yang satu ini memang bukanlah sebuah perangkat audio yang istimewa, namun ia cukup efektif untuk memblokir suara dari luar untuk memastikan pengalaman lebih imersif sembari memastikan bahwa detail-detail suara kecil terus “terpancar” dari beragam arah ketika Anda berpetualang. Berjalan tenang dan kemudian mendengar tawa anak-anak para Dimitrescu dari kejauhan atau sekadar suara sepatu langkah si “mami raksasa” saat mencari Anda akan menambah ekstra ketegangan. Hal yang sama juga terjadi pada saat Anda berjalan-jalan dan tak sengaja mendengar erangan musuh dari lokasi yang tak Anda ketahui dari mana, cukup untuk membuat Anda langsung waspada dan mengantispasi ancaman yang mungkin terjadi.

Terlepas dari beragam desain yang membuatnya nyaman untuk dimainkan dalam mode VR, dari kesempatan untuk tetap mencicipinya dalam posisi duduk, gerak kamera yang sejauh ini cukup efektif untuk mencegah rasa pusing yang seringkali identik dengan pengalaman VR, hingga penyesuaian beragam UI yang ada, Resident Evil Village sayangnya tetap bermasalah di satu situasi. Benar sekali, ia terkadang kesulitan membaca gesture dengan tepat dan cepat, yang membuat situasi yang genting kini menghasilkan rasa panik tersendiri.

Resident Evil Village VR jagatplay 67
Di mana granatku??!!

Sebagai contoh? Pada saat melawan salah satu anak Dimitrescu misalnya, yang menuntut Anda untuk melontarkan granat di dinding yang sudah mulai runtuh untuk membiarkan angin dingin masuk agar bisa melukainya. Di gaya bermain konvensional, perpindahan dari sekadar melemparkan granat untuk merobohkan dinding dan mengganti ke senjata api hanyalah masalah tombol belaka.

Di VR? Pada saat Anda secara aktif diserang oleh si anak Dimitrescu ini, Anda harus membuka jaket Anda di sebelah kiri terlebih dahulu, cukup jauh hingga si granat terlihat secara fisik, mengambilnya dengan tangan, dan kemudian melemparkannya ke lokasi yang seharusnya, melihatnya meledak, melakukan gesture mengambil senjata, dan beraksi. Bayangkan jika satu langkah saja tak terbaca dengan baik? Anda akan terus mendapatkan serangan dari sang musuh walaupun Anda juga dibekali dengan kemampuan  untuk melakukan block atas nama mengurangi damage yang ada. Kami sempat panik dan bingung di pertarungan ini ketika jaket kami untuk alasan yang tidak jelas, sama sekali tidak memperlihatkan si granat yang harus dilempar. Ternyata oh ternyata, kami tidak menarik jaket tersebut sejauh yang seharusnya.

Pages: 1 2 3
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…