Bentuk microtransactions seperti apa yang sebenarnya yang layak didukung atau berujung layak ditentang? Pertanyaan seperti ini biasanya akan membuat gamer terpecah ke dalam beberapa kelompok. Ada yang merasa bahwa ia hanya boleh disuntikkan di game-game free to play saja, sementara tidak sedikit yang juga terbuka selama ia berujung menjadi item kosmetik di game berformat rilis apapun. Namun sepertinya sebagian besar gamer setuju bahwa developer seharusnya jujur sejak pertama kali game dirilis bahwa ia akan menawarkan microtransactions di dalamnya. Tidak seperti yang dilakukan Capcom dengan Resident Evil 4 Remake saat ini.

Secara tiba-tiba, bersama dengan DLC Mercenaries yang mereka hadirkan sebagai DLC gratis, Capcom berujung menyuntikkan microtransactions di Resident Evil 4 Remake. Gamer-gamer yang malas melakukan grinding untuk membuka upgrade terkuat masing-masing senjata kini bisa membeli Upgrade Ticket yang di Playstation Indonesia, dijual dengan harga Rp 96.000,- untuk tiga buah Ticket yang bisa digunakan di tiga buah senjata berbeda. Resident Evil 4 Remake sendiri memiliki setidaknya 23 buah senjata jika Anda ingin meng-upgrade kesemuanya.

Penambahan microtransactions secara tiba-tiba ini tentu saja memancing beragam reaksi di internet. Ada yang tidak berkeberatan mengingat Resident Evil 4 Remake adalah sebuah game single-player dan jelas bahwa opsi ini diberikan untuk gamer-gamer sibuk yang tidak ingin direpotkan dengan masalah grinding. Namun tidak sedikit pula yang melihat bahwa aksi Capcom ini terhitung “curang” dan “manipulatif”. Apa pasal? Mereka dengan sengaja menyuntikkan microtransactions setelah semua review dari ragam media sudah dirilis ke pasaran, membuatnya tidak bisa dijadikan poin negatif bagi para reviewer yang berkeberatan.

Resident Evil 4 Remake sendiri saat ini sudah tersedia di pasaran dan terus terjual dengan kecepatan tinggi yang tentu saja terasosiasi dengan keuntungan finansial bagi Capcom. Bagaimana menurut Anda situasi yang satu ini?