Wawancara dengan Robert Coddington dan Lindsay Thompson (Marvel’s Spider-Man 2)
Menyebutnya sebagai salah satu game yang paling diantisipasi di tahun 2023 memang tidak berlebihan. Setelah apa yang berhasil dicapai oleh Insomniac Games dengan sang seri pertama dan seri tambahan untuk memperkenalkan karakter superhero yang baru, tidak heran jika banyak gamer yang menantikan kehadiran Marvel’s Spider-Man 2. Antisipasi juga semakin tinggi setelah teaser awal langsung mengkonfirmasikan tidak hanya Kraven saja, tetapi juga antagonis ikonik dari semesta sang manusia laba-laba – Venom sebagai ancaman teranyar yang harus Anda hadapi. Kini kesempatan untuk mencicipi game tersebut akhirnya tiba.
Jika ada satu hal yang memesona dari seri pertama dan Miles Morales adalah kualitas animasi yang mengisinya. Tim animator dari Insomniac Games telah melakukan tugas yang fantastis dengan hampir semua hal, dari animasi dan sensasi berayun, gaya bertarung, hingga scene-scene super sinematik yang bahkan siap untuk membuat bulu kuduk Anda merinding.
Menyambut kehadiran Marvel’s Spider-Man 2, difasilitasi oleh Playstation Asia, kami berkesempatan untuk berbicara dengan kedua “dedengkot” tim tersebut – Robert Coddington – Senior Director of Animation dan Lindsay Thompson – Associate Animation Director untuk Marvel’s Spider-Man 2 ini. Dengan waktu yang tersedia singkat dan antusiasme jawaban keduanya, kami berhasil setidaknya melemparkan dua pertanyaan yang paling membuat kami penasaran.
Salah satu yang memancing rasa penasaran terbesar kami tentu saja adalah sosok Kraven yang notabene menjadi salah satu tokoh antagonis utama dari Marvel’s Spider-Man 2. Karena harus diakui Kraven adalah sosok yang “aneh”. Kita bicara soal tokoh antagonis yang punya nilai pemburu tua, namun hidup dan datang dengan persenjataan modern. Masih belum cukup aneh? Ia juga hadir untuk memburu para superhero dan super-villain yang membuatnya kian absurd. Kami penasaran apakah tim animasi Insomniac ini punya perlakuan khusus untuk Kraven? Atau jangan-jangan semuanya sangat bergantung pada si aktor motion-capture?
Lindsay sendiri memberikan pujian tinggi untuk para penulis cerita dan tentu saja sang aktor – Jim Pirri. Pirri benar-benar datang dan langsung “berubah” menjadi Kraven. Ia dan tim penulis cerita secara konstan terus berbicara soal kondisi emosional dan tentu saja motivasi si pemburu yang satu ini. Pirri terus membawa “kondisi” ini pada saat motion capture pada saat mengekspresikan sang Kraven, baik secara eksplisit ataupun implisit.
Bagi Robert, Kraven menjadi karakter yang bisa dipercaya karena cara Insomniac Games memperlakukannya. Bagaimana seperti halnya Miles Morales dan Peter Parker dipotret di seri yang satu ini, Kraven juga “manusiawi”. Ia hadir dengan quest untuk mencari arti hidupnya sendiri, ia hadir dengan rasa penasaran bagaimana kisahnya sebagai pemburu akan berakhir, dan apa sebenarnya tujuan akhirnya dan mampukah ia mencapainya nanti.
Tugas tim animasi hanyalah membayangkan skenario bagaimana scene-scene ini akan terjadi dan seharusnya terjadi, yang kemudian langsung disempurnakan oleh akting sang Jim Pirri. Bahkan ketika ia duduk saja, ia mewakili tingkah laku Kraven. Robert menyebut bahwa seolah-olah Jim menguasai panggung bahkan dengan pakaian spandex untuk mo-cap yang lucu. Tidak hanya itu saja, profesionalitas seorang Jim juga membuat beberapa scene yang sempat diragukan oleh tim penulis berujung tereksekusi dengan baik hingga mereka sendiri tidak bisa mempercayai hasilnya. Ia benar-benar mempermudah pekerjaan para animator.
Kami juga sempat menanyakan soal “kerja” yang mungkin bisa terdengar tak penting, yakni meracik animasi untuk para penduduk kota yang berseliweran di Marvel’s Spider-Man 2. Dengan kekuatan Playstation 5, Marvel’s Spider-Man 2 kini punya kota yang lebih padat, lebih hidup, dan lebih ramai. Pertanyaannya adalah apakah tim animator bekerja lebih keras di seri kedua ini untuk bagian ini? Ataukah karena jarang diperhatikan karena semua player biasanya hanya berayun cepat dari satu tempat ke tempat lainnya, tidak banyak yang ditambahkan?
Keduanya tentu saja membantah hal ini. Seperti halnya seri pertama, Marvel’s Spider-Man 2 juga memiliki tim animator yang memang difokuskan untuk mengerjakan konten open-world saja dengan keseriusan tinggi, dalam hal ini semua NPC yang tengah beraktivitas di dunia yang ada. Robert sendiri menegaskan bahwa ambisi sejak awal selalu hendak membangun sebuah kota New York “versi” Marvel yang hidup dan bisa dipercaya. Membangun sebuah kota yang bisa Anda rasakan sebagai rumah hingga di titik mampu memunculkan sensasi nostalgia di titik tertentu.
Lindsay yang sempat menjadi anggota dari tim animator open-world Spider-Man pertama menyebut bahwa dia sendiri merasakan lompatan signifikan untuk area yang satu ini di Marvel’s Spider-Man 2. Semuanya selalu dimulai dari pekerjaan sederhana, menggerakkan NPC pria dan wanita dalam arah yang gerak lurus. Lalu kemudian tumbuh jadi lebih kompleks, seperti aktivitas misalnya, dimana Anda bisa melihat mereka bermain frisbee. Untuk seri kedua ini, mereka membawanya lebih jauh, seperti karakter NPC yang kini punya aktivitas saat Anda mengintip mereka dari jendela kaca apartemen misalnya.
Satu hal yang paling keren dari video game menurut Robert dan Lindsay adalah fakta bahwa “cerita” itu ada dimana saja. Untuk game open-world seperti Spider-Man 2, ada “cerita” yang bisa Anda temukan di jalanan, interaksi yang bisa Anda picu, memastikan bahwa Anda bisa mengenali bagian kota mana yang tengah Anda eksplorasi hanya berdasarkan aktivitas NPC, dan sebagainya. Lindsay bahkan menyebut dirinya tidak sabar untuk menantikan Spider-Man 2 dirilis dan melihat bagaimana gamer menemukan hal-hal kecil di open-world ini. Mereka akan merasakan “kekayaan” kota yang mereka racik dimana mereka memang memperlakukan New York sebagai karakter yang terpisah.
Marvel’s Spider-Man 2 sendiri rencananya akan dirilis pada tanggal 20 Oktober 2023 ini, eksklusif untuk Playstation 5. Bagaimana dengan Anda? Ikut mengantisipasi seri ini?