Review Rise of the Ronin: Jepang Membara di Pedang Pengembara!
Kesimpulan

Upaya pertama Team Ninja dan Koei Tecmo untuk masuk ke dalam sebuah game open-world via Rise of the Ronin memang tidaklah sempurna. Untuk sebuah game open-world, ia tidak menghadirkan sesuatu yang benar-benar berbeda ataupun istimewa di formula yang ia tawarkan. Namun pada akhirnya, ia tetap gemilang di sektor yang selama ini memang menjadi kekuatan terbaik Team Ninja itu sendiri – aksi. Sistem pertarungan yang ketat, seru, dengan ragam senjata dan gaya yang bisa Anda manfaatkan tetap menjadi highlight yang sulit untuk dikesampingkan begitu saja. Kisah-kisah yang mengitari Bond Mission yang notabene berfokus pada karakter juga didesain cukup baik, yang juga mengakar pada variasi misi dan visi yang mengikat setiap dari mereka. Dengan tingkat difficulty yang bisa dipilih, ini jadi game entry point yang menarik bagi gamer yang tak terlalu familiar dengan pendekatan Souls.
Akan tetapi Rise of the Ronin bukanlah game yang sempurna. Untuk sebuah game Playstation 5, Team Ninja sayangnya belum mampu mencapai kemampuan teknis setara banyak game generasi terkini, terutama dari sisi visual. Sistem faksi yang ia hadirkan justru membuat cerita menjadi membingungkan, terutama jika bicara soal hubungan sang karakter dengan faksi-faksi yang berambisi menentukan masa depan Jepang ini. Ditambah dengan minimnya mini-game dan berulangnya aktivitas di tiga kota besar yang Anda singgahi, apalagi dengan kuantitas yang ada, Rise of the Ronin juga berpotensi meninggalkan rasa monoton yang pekat begitu misi-misi yang melibatkan aksi bertarung seperti Public Order dan Fugitives sudah Anda selesaikan semua. Kelemahan lain yang pantas dibicarakan? AI. Anda akan bertemu dengan banyak AI yang “bodoh” di sini, dari yang tidak mawas ketika temannya yang lain sudah menembaki Anda dengan panah, yang tidak bisa keluar dari zona tertentu dan selalu ingin kembali, hingga yang tetap berpatroli padahal jelas-jelas Anda tengah bertarung terbuka dengan temannya yang lain dalam jarak yang cukup pendek. Menyedihkan.
Di luar kekurangan tersebut, selama Anda mencari game action yang keren, brutal, menyenangkan, dan menantang, Rise of the Ronin tetap akan memenuhi kebutuhan tersebut. Bahkan Anda yang selama ini kesulitan mencicipi Nioh sekalipun bisa menjadikannya “pintu masuk” untuk membangun memori otot mengingat mekanik yang nyaris serupa. Sayangnya, Anda yang datang karena konsep open-worldnya akan merasa biasa-biasa saja. Pada akhirnya, kisah soal Jepang yang membara karena pedang si pengembara ini bisa jadi biasa atau istimewa bergantung pada siapa yang memerankannya.
Kelebihan

Aksi pertarungan masih menantang dan memuaskan
Brutalitas dan mutilasi eksplisit
Desain karakter wanita dengan visual manis dan kepribadian yang kuat
Tidak perlu mengulang cerita dari awal untuk menikmati alternatif plot yang bisa dipilih
Aktivitas mengalahkan Fugitives dan membersihkan Public Order selalu seru
Tersedia pilihan tingkat kesulitan, sehingga cocok jadi entry point
Varian senjata dan gaya yang bisa dipilih
Glider menambah lapisan strategi untuk menundukkan tantangan, terutama dari sisi stealth
VA Jepang yang asyik
Fitur transmog untuk kosmetik dengan fitur kustomisasi desain karakter yang cukup melimpah
Quality of Life cukup banyak untuk mempermudah aksi Anda
Kekurangan

VA Inggris agak terasa kurang oke
Aktivitas di luar bertarung bisa terasa monoton
Sistem faksi justru membuat cerita membingungkan dan terasa tak koheren
AI yang buruk di banyak skenario
Visual tidak setara dengan banyak game generasi terkini
Cocok untuk gamer: pencinta Nioh, pendatang baru yang ingin menikmati game ala Nioh di tingkat kesulitan lebih rendah
Tidak cocok untuk gamer: yang mengharapkan sensasi serupa Like a Dragon: Ishin, yang menginginkan game open-world “se-magis” Ghost of Tsushima
Screenshot
4K dengan Playstation 5 – Quality Mode








































