Review Kunitsu-Gami: Antara Suka Atau Benci!
Antara Cinta atau Benci

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Kunitsu-Gami: Path of the Goddess ini? Mengapa kami beranggapan bahwa alih-alih di tengah, game seperti ini hanya akan menimbulkan dua reaksi sepadan dari dua jenis gamer: antara sangat suka atau sangat benci dengannya. Benar sekali, semuanya mengakar pada mekanik dan gameplay yang ia usung.
Bahwa Kunitsu-Gami adalah sebuah game dengan genre spesifik yang memang ditawarkan untuk gamer spesifik pula. Kami yakin bahwa gamer-gamer yang berujung cinta dengan game ini adalah mereka yang sempat menikmati genre Tower Defense di masa lalu dan tidak berkeberatan dengan semua kekurangan yang ia miliki. Ini berarti, bahwa fokus gameplay ini tidak pernah berkutat dan berpusat untuk menjadikan Soh sebagai satu-satunya ujung tombak untuk memastikan keselamatan Yoshiro. Soh adalah satu dari sedikit elemen yang mesti Anda pilih, atur, dan posisikan untuk memastikan diri selamat dari serangan para Seethe di setiap level, di setiap malam, dan di setiap lokasi yang ada.

Akan tetap di sisi lain, kami sendiri tidak akan heran jika ada banyak gamer yang berusaha menjajal Kunitsu-Gami dengan pikiran terbuka dan membencinya karena ekspektasi yang keliru. Karena untuk sebuah game tower defense sekalipun, Kunitsu-Gami punya beberapa kelemahan yang membuat pengalamannya berujung tak semenarik dan semenyenangkan yang dibayangkan.
Pertama? Kecepatan. Soh memang bisa bergerak cepat untuk melakukan tugasnya di siang hari, dari membersihkan defilement hingga membebaskan warga yang ada. Namun sayangnya, hampir keseluruhan proses yang terikat pada siklus siang dan malam-nya terkadang hadir sebegitu lambatnya hingga Anda berujung merasa frustrasi. Kelambatan ini terasa di hal esensial, seperti kecepatan gerak Yoshiro menyusuri Spirit Path dengan tariannya yang benar-benar terasa sangat memakan waktu. Tidak jarang Anda melihat bahwa hanya dalam satu putaran siang misalnya,ia bahkan tidak mampu menjangkau Torii Gate utama yang secara jarak, bisa Anda dekati sebagai Soh hanya dalam hitungan menit saja. Untungnya, setidaknya di sini ada tomboll mempercepat waktu jika Anda merasa yang Anda butuhkan hanya melihat Yoshiro tiba di titik terakhir sebelum malam.


Masalahnya, opsi untuk mempercepat waktu tersebut tidak tersedia ketika malam tiba dan aksi bertarung dengan Seethe dimulai. Terlepas dari betapa fantastis dan percaya dirinya Anda pada komposisi tim warga desa yang Anda bangun, Anda tetap harus melewati setiap siklus malam ini dengan kecepatan waktu yang sudah dipersiapkan dan ditentukan oleh Kunitsu-Gami itu sendiri. Ini berarti ia bisa berujung makan waktu cukup lama untuk kembali ke titik terang, yang nantinya akan ditutup kembali ke arah malam karena gerak Yoshiro yang lambat. Harus melewati satu level dengan beberapa siklus siang dan malam membuat kami sempat mau berhenti mencicipi Kunitsu-Gami karena rasa malas dan frustrasi. Sejujurnya kami lebih memilih sistem hanya satu malam per level, yang dibuat sepanjang dan sekompleks mungkin alih-alih harus berkali-kali di satu level.
Gamer yang datang dengan ekspektasi action yang berlebihan juga bisa berujung benci dengan game yang satu ini. Soh memang bisa ikut bertarung dengan aktif, namun jangan berharap bahwa yang Anda dapatkan adalah sebuah aksi bertarung pedang dengan serangan kombinasi ala Devil May Cry misalnya. Yang Anda dapatkan dari sini adalah sebuah game action dengan kombinasi sederhana antara serangan biasa dan spesial yang akan Anda eksekusi berulang-ulang sampai Anda bosan. Kombinasi ini akan Anda pakai untuk melawan Seethe paling dasar, Seethe spesial, hingga pertarungan boss sekalipun. Mengingat Anda juga tak bisa berganti senjata dan terperangkap dengan katana, sensasi aksi ini akan cepat terasa monoton.


Masalah lainnya yang bisa terjadi juga datang dari gameplay loop yang ia usung, terutama terkait dengan opsi bangun kembali desa yang menjanjikan begitu banyak reward yang terlalu sayang untuk dilewatkan. Fakta bahwa progressnya tidak terikat pada pergerakan waktu secara natural melainkan jumlah misi dan pertarungan boss yang sudah Anda selesaikan, maka Anda tidak akan jarang bertemu dengan situasi dimana Anda menjajal kembali level yang sudah Anda selesaikan atau boss yang sudah Anda basmi hanya untuk membuat fasilitas-fasilitas ini terbangun. Ini berarti Anda akan berujung melawan boss tercepat yang bisa Anda bunuh untuk menghemat waktu, berkali, kali, kali, kali, dan kali hanya untuk mengejar pembangunan kota kembali. Tentu saja, Anda bisa mengejar progress secara alami dengan bergerak ke level selanjutnya setiap kali ia terbuka. Namun kami sendiri percaya Anda tidak akan melakukannya dan lebih memilih menyelesaikan kota Anda dengan cara pengulangan yang ada.
Namun jika Anda merasa bahwa pergerakan karakter lambat, sistem tower defense yang terasa dragging di beberapa level awal, dan gameplay loop yang bisa membosankan ini bukan masalah besar bagi Anda, Anda akan mencintai apa yang ditawarkan Capcom di sini. Namun jika Anda seperti kami sempat merasakan kebosanan tiada tara di awal dan bahkan sempat berpikir untuk tidak pernah menulis review ini, maka besar kemungkinan Anda akan berujung berhenti begitu saja. Kami sendiri merekomendasikan Anda untuk terus berlanjut hingga menundukkan boss ketiga sebelum mengambil keputusan final.
Kesimpulan

Apresiasi besar memang pantas diarahkan kepada Capcom yang dengan kesuksesannya justru berujung berani melahirkan sebuah proyek eksperimen berbasis gameplay tower defense unik seperti Kunitsu-Gami: Path of the Goddess yang notabene juga merupakan IP baru ini. Walaupun tercermin jelas bahwa budget yang dialokasikan tentu tidak sebesar Monster Hunter atau Resident Evil, ia tetap jadi game yang jelas terasa dibangun dengan energi kreatif yang penuh cinta. Ia hadir dengan estetika budaya dan mitologi Jepang yang unik, atmosfer mencekam, desain level yang begitu beragam dan menyegarkan, desain monster dan karakter yang keren, hingga pilihan musik yang mengejutkan. Anda yang menantikan sebuah game yang unik dan berbeda bisa saja terpuaskan dengannya.
Namun seperti judul yang kami ambil, ada beberapa keputusan yang membuat Anda justru berujung membenci game yang satu ini, di luar konsep Tower Defense yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang Anda butuhkan saat ini. Fakta bahwa sisi aksi gameplay action sebagai Soh yang ayunan pedangnya tak terasa sehalus dan sedinamis banyak game modern saat ini tentu saja mengecewakan. Pace pergerakan Yoshiro dalam level yang lambat hingga gameplay loop terkait perbaikan kota yang bisa terasa menjengkelkan juga jadi catatan ekstra di mata kami.
Jadi apakah Kunitsu-Gami: Path of the Goddess berujung kami rekomendasikan? Sebagai gamer yang menikmati sensasi tower defense yang ia tawarkan, kami tidak akan ragu untuk menyarankan Anda menjajalnya. Namun jika apa yang kami tuliskan di atas sama sekali tidak membuat Anda tertarik, maka jelas, apalagi jika Anda mencari sebuah game action yang mengalir dan kompleks, maka jelas ini bukan untuk Anda. Petualangan Soh dan Yoshiro di sini adalah sesuatu yang bisa membuat Anda jatuh hati dan ketagihan di saat yang sama atau membenci dan mengabaikannya begitu saja.
Kelebihan

Estetika memanjakan mata
Presentasi musik mengejutkan
Desain level beragam sehingga tidak monoton dan membosankan
Kebutuhan untuk aktif mengatur dan berstrategi dengan unit yang Anda miliki
Tingkat kesulitan cukup menantang
QOL untuk mengatur, menentukan peran, dan menyuntikkan perintah ke unit dengan mudah
Desain para Seethe yang keren dan menakutkan di saat yang sama
Kekurangan

Gerakan lambat Yoshiro di level bisa memicu rasa jengkel tersendiri
Gameplay loop soal aksi bangun kota bisa membosankan
Sisi aksi Soh terasa kaku dan tidak sehalus banyak game aksi modern
Cocok untuk gamer: yang mencintai genre Tower Defense, menginginkan game strategi yang unik
Tidak cocok untuk gamer: yang menginginkan sensasi action yang kental dan halus, butuh gameplay loop yang adiktif