Politisi Malaysia Sebut GTA V Sebagai Game Anti-Islam
Ketakutan yang berlebih terhadap produk-produk dari industri game tampaknya tidak hanya terjadi di negara-negara di belahan Barat. Dengan popularitas yang kian tinggi dan posisinya sebagai bagian dari industri hiburan yang kian mainstream, tingkah laku video game pun mulai menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Seperti yang ditunjukkan oleh politisi dari negara tetangga kita – Malaysia. Untuk kesekian kalinya, ketakutan ini bahkan diproyeksikan ke urusan yang terlihat tidak relevan – agama. Anehnya lagi? Semua argumentasi yang ia lemparkan di depan pemerintah Malaysia ini didukung dengan fakta yang terbilang salah.
Adalah politisi bernama Reezal Merican Bin Naina Merican, salah satu anggota parlemen yang melemparkan pernyataan kontroversial ini, bahkan sempat disadur oleh situs game luar negeri sekelas Kotaku. Secara terbuka ia meminta pemerintah Malaysia untuk melarang peredaran game-game yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai agama Islam dan menyebarkan kekerasana, sebut saja Devil May Cry 3, Guitar Hero, dan yang paling baru – GTA V. Parahnya lagi? Ia berani mengklaim bahwa GTA V sudah “dilarang” di Amerika Serikat dan Inggris karena konten kekerasan yang ia usung. Padahal kenyataannya? GTA V meraih USD 1 Milyar dalam tiga hari, dengan sumber utama penghasilan dari pasar Amerika Serikat dan Inggris.

Tentu saja, politisi ini mendapatkan kritik pedas dan bahkan cacian dari pada gamer di dunia maya. Ia dianggap tidak punya kapabilitas untuk membicarakan video game, apalagi dengan pengetahuannya yang sangat jelas terlihat terbatas. Berusaha menghubungkan video game dan agama yang hampir tidak memiliki relevansi kuat? Alasan ekstra yang kian menyudutkan posisi gamer di lingkungan sosial masyarakat yang belum mengerti tentang aktivitas yang sebenarnya memiliki banyak efek positif ini.
Reaksi kami? Mungkin poster di bawah ini bisa membantu Datuk Reezal ini untuk mendapatkan perspektif baru dengan pikiran yang lebih terbuka.

Source: Kotaku