Review Legrand Legacy: Sensasi “JRPG” Klasik dengan Cita Rasa Lokal!
Mari, Bicarakan Dua Kekurangan Terbesar..
Namun tentu saja, Legrand Legacy bukanlah sebuah game RPG yang sempurna. Namun bukan karena masalah teknis dan sejenisnya yang secara mengagumkan, tidak kami temui sepanjang proses review yang ada. Tetapi mengakar pada dua hal yang menurut kami terlalu krusial untuk dilewatkan begitu saja. Dua hal tersebut adalah sistem pengaturan berat dan dialog.
Seperti yang kita tahu, sistem pengaturan berat yang membatasi barang bawaan karakter utama / party dalam jumlah tertentu memang bukan mekanisme baru di dunia RPG. Banyak game RPG raksasa seperti Skyrim atau The Witcher 3 mengaplikasikan hal tersebut dan berjalan natural. Legrand Legacy yang menjadikan sistem crafting sebagai cara utama untuk mendapatkan senjata yang lebih kuat dengan tingkat kelangkaan yang berbeda pula sekaligus untuk meracik item ketika Anda tidak punya uang, juga menghadirkan sistem ini. Intinya tentu saja untuk membuat Anda lebih peka mengatur item penting mana yang dibawa, apalagi tengah belasan jenis material yang dibutuhkan untuk proses crafting tersebut. Namun sayangnya, di game ini, ia justru jadi salah satu masalah terbesar yang menyebalkan. Apa yang terjadi?
Sistem berat di Skyrim dan The Witcher 3 bekerja karena satu hal – karena pada dasarnya, Anda yang memilih item mana yang ingin Anda pungut dan mana yang ingin Anda tinggalkan begitu saja. Anda punya kebebasan dan kuasa untuk hal tersebut. Sementara di Legrand Legacy? Ia mempertahankan sistem jatuhnya loot dan material ala game JRPG klasik, dimana semua material yang Anda dapatkan akan otomatis masuk ke dalam tas Anda, menambah beban berat, tanpa ada kesempatan untuk memilih atau menolak sama sekali. Hasilnya? Adalah sebuah mekanisme yang sepertinya, tidak dipikirkan dengan matang. Berita yang bahkan lebih buruknya lagi? Alih-alih menjadikan material-material crafting ini punya berat tidak signifikan sehingga tidak banyak mengganggu, Legrand Legacy memutuskan untuk membuatnya setidaknya punya berat 1. Sekarang bayangkan, jika Anda hanya punya limitasi berat 350 saja di awal permainan, dengan 1 pertarungan yang bisa menjatuhkan material hingga 8-10 berat. Menjelajahi satu dungeon saja, cukup untuk membuat tas Anda penuh, bahkan sebelum Anda bisa menyimpannya di sistem Storage yang disediakan.
Maka tidak jarang Anda bertemu dengan skenario menjengkelkan. Ketika begitu banyak item penyembuh masuk, dari sekedar healing hingga revive yang tidak mungkin Anda buang begitu saja, mulai menyita porsi berat yang bisa Anda bawa. Ketika menjelajahi dungeon, dengan kebiasaan gamer JRPG yang selalu ingin bertarung dengan musuh yang ada untuk proses grinding level, Anda mulai menemukan bahwa material terus otomatis masuk ke dalam tas Anda. Tanpa disadari, Anda menemukan tas Anda penuh. Langkah selanjutnya? Mulai memilah-milih material atau item mana yang harus Anda buang untuk membuat karakter utama bisa lagi berlari, dan tidak sekedar berjalan. Anda akan membuang item yang Anda anggap tidak penting, dan membuka ruang misalnya, 20 ruang berat baru. Sedikit menjelajahi dungeon yang sama, bertarung dengan tiga party musuh, dan voila! tas Anda kembali penuh. Selamat membuang-buang lagi!
Semisoft sebenarnya berusaha membuat pengalaman mengatur berat ini menjadi lebih mudah ditoleransi dengan menyediakan sistem storage dimana saja di dalam kota, yang biasanya diposisikan di dekat beragam merchant yang memang menuntut material di dalamnya, seperti Blacksmith misalnya. Menyelesaikan masalah? Tidak. Menambah rasa jengkel baru? Iya. Mengapa? Karena sistem storage ini tidak terintegrasi dengan sistem crafting yang ada. Jadinya, jika Anda baru mendapatkan resep pedang baru misalnya, Anda harus memeriksa peti Storage Anda apakah Anda memang sudah punya atau tidak material yang Anda simpan atas nama mengosongkan tas tersebut. Caranya? Dengan memeriksanya satu-satu. Memeriksa puluhan material dengan nama dan bentuk aneh, hanya untuk meracik satu senjata, bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Bagi kami, hingga saat ini, sistem pengaturan berat di Legrand Legacy tidak punya kontribusi positif apapun.
Masalah kedua yang serius? Adalah dialog. Cukup dimengerti mengingat ini adalah game racikan developer Indonesia, hingga ada kemungkinan besar apapun yang berbau bahasa Inggris menjadi terasa tidak natural. Mau tidak mau, harus diakui bahwa ini juga terjadi di Legrand Legacy. Bahwa dialog yang tercipta antara beragam karakter yang ada dipenuhi dengan begitu banyak konten yang terasa canggung dan tidak alami. Seberapa buruk? Hingga beberapa titik, karakter yang terlibat seperti artis sinetron bayaran rendah yang tengah membaca script, walaupun tanpa voice acting sama sekali.
Sebagai contoh? Pernahkah Anda dan teman Anda, Joni yang tengah bercakap-cakap misalnya, terus menyebut nama satu dengan yang lainnya selama proses dialog yang sudah berjalan lebih dari 5 menit, misalnya? Bukan nama panggilan pula, tetapi nama langkap? Sekarang Anda bayangkan, seberapa naturalnya percakapan seperti ini jika ia terjadi selama 5 menit,
- “Halo, Joni”
- “Halo, Plad”
- “Kau sudah makan, Joni?”
- “Sudah Plad, kau bagaimana Plad?”
- “Sudah juga. Kau sudah dengar berita terbaru soal Kerajaan A, Joni?”
- “Iya aku sudah tahu, Plad. Tetapi aku memutuskan untuk mengabaikannya”
- “Mengapa begitu, Joni?”
- “Karena begini, Plad..”
Apakah percakapan di atas ini terasa natural untuk Anda, atau terdengar seperti satu di antara dua hal: dua manusia yang tidak pernah belajar atau mengerti bagaimana caranya berbincang-bincang, atau mereka berdua tengah mereka ulang adegan dalam sebuah script yang sayangnya harus diakui, ditulis dengan buruk. Percakapan dibangun seolah tanpa dasar pengetahuan bagaimana seharusnya manusia bercengkerama, membuat koneksi terhadap karakter menjadi jauh. Karena terlepas dari betapa keras usaha mereka untuk menciptakan sebuah koneksi emosional, Anda seperti menonton sebuah sinetron dengan akting setengah hati. Sulit membangun koneksi ekstra dengan karakter ada. Yang lebih buruk lagi? Sebagian besar karakter yang ada di Fatebounds, ditulis dengan cara yang tidak simpatik. Terlalu banyak mengulang hinaan, terlalu keras kepala untuk mendengar opini, terlalu berlebihan bereaksi pada satu situasi tertentu, dan sejenisnya.
Buruknya penulisan cerita yang cukup disayangkan mengingat lore yang fantastis ini, tidak hanya berhenti di sana saja. Ada banyak momen canggung yang tidak jelas tujuannya, dan tidak jelas pula apa signifikansi yang hendak dikejar. Sebagai contoh? Bayangkan, dalam perjalanan menyelamatkan dunia, di tengah kondisi dunia yang tengah kritis, di tengah sebuah kondisi terburu-buru untuk bergerak ke tempat selanjutnya, salah satu karakter tiba-tiba berceloteh tentang masalah Keperawanan. Benar sekali, Anda tidak salah membaca, KEPERAWANAN. Ada dialog cukup panjang membahas keperawanan, siapa yang perawan di dalam party, hingga momen ala “Cie-cie-cie” anak remaja ketika karakter yang lain sempat bermalam dan “bersenang-senang” dengan karakter wanita NPC yang lain. Muncul tiba-tiba dan sama sekali acak, momen seperti ini terasa begitu canggung karena timing dan momenya yang sama sekali tidak mendukung itu. Atau bagaimana, tanpa progress emosional yang jelas, seorang karakter wanita tiba-tiba berubah haluan dan terlihat menyimpan perasaan pada karakter pria yang lain setelah ia begitu keras sejak awal permainan. Tsundere? Bahkan karakter dengan trope tsundere di anime pun, punya progress tersendiri untuk dikenali. Datang dari mana perasaan ini, kami tidak tahu. Penulisan karakter dan dialog untuk game ini, memang masih butuh dibenahi.
Sistem pengaturan berat dan penulisan dialog / karakter Legrand Legacy di mata kami, adalah kelemahan terbesar game yang satu ini.
OST yang Keren!
Berbicara soal salah satu elemen ekstra yang juga membuat kami jatuh hati pada Legrand Legacy tentu saja mengakar pada soundtrack yang ia tawarkan. Kita semuanya sepertinya sudah tahu bahwa Semisoft berhasil menggaet penyanyi OST NieR Automata yang terkenal lewat Chaos Language andalannya – Emi Evans ke dalam jajaran pengisi soundtrack mereka. Kerjasama keduanya melahirkan lagu “Suteki na Mono” yang siap untuk membuat bulu kuduk Anda merinding. Berita lebih baiknya lagi? Itu bukanlah satu-satunya OST keren yang Anda dengar selama perjalanan Anda menyelamatkan Legrand.
Legrand Legacy dipenuhi dengan banyak OST keren yang memang selama ini, menjadi salah satu bagian terbaik game-game JRPG klasik. Sesuai dengan momen yang Anda temui, akan ada musik pengiring memanjakan telinga yang juga cocok dengan apa yang tengah Anda lihat di layar, bahkan di kondisi pertarungan yang menegangkan sekalipun. Suteki na mono ini sendiri muncul dalam versi instrumental untuk memperkuat momen-momen personal antara beberapa karakter yang ada. Dunia fantasinya yang magis juga terkadang membawa soundtrack penuh chant-chant misterius yang siap untuk membuat bulu kuduk Anda merinding atau sekedar, menenangkan jiwa Anda.
Acungan dua jempol memang pantas diarahkan otak kreatif di balik musik-musik Legrand Legacy ini. Keren!