Review Asura’s Wrath: Sebuah “Film” Interaktif
Kesimpulan

Dunia akan jauh lebih indah jika semuanya dapat berjalan sesuai dengan ekspektasi yang kita inginkan. Begitu juga dengan Asura’s Wrath ini. Datang dengan harapan akan memainkan salah satu game hack and slash terbaik di tahun ini, saya justru menghadapi kenyataan bahwa game tersebut kini berakhir menjadi sebuah produk yang lebih pantas untuk disebut sebagai sebuah interactive drama. Capcom dan CyberConnect2 tampaknya punya sudut pandang yang berbeda untuk mendefinisikan “keinginan” gamer akan sebuah game yang berkualitas. Apakah mereka tidak memiliki kekuatan untuk menghasilkan sebuah game hack and slash yang menarik? Sama sekali tidak. Beberapa bagian gameplay di Asura’s Wrath ini sendiri memberikan bukti yang nyata bahwa game ini berpotensi menjadi sebuah game action yang menarik. Sayangnya, Capcom tidak mewujudkan hal tersebut.
Kecewa? Sudah pasti. Namun jika kita melepas kacamata subjektif dan kembali pada ranah yang lebih objektif, maka Asura’s Wrath bukanlah sebuah game yang buruk dan tidak pantas dimainkan. Aksi yang muncul memang terkesan repetitif, namun ia akan menjadi “primadona’ bagi gamer yang mencinta game-game dengan cut-scene yang mengagumkan dan epik. Ia tampil bak sebuah film interaktif berkualitas dengan pertarungan dan efek kehancuran yang memanjakan mata. Sayangnya, ia tidak didukung dengan voice acts yang cukup kuat untuk mampu membuat gamer terserap dan merasa menjadi bagian dari petualangan Asura sendiri. Sesuatu yang seharusnya menjadi fokus perhatian Capcom sejak awal.
Namun terlepas dari kekurangan dan gameplay yang diusungnya, Asura’s Wrath tetap menjadi sebuah game yang pantas untuk dimainkan. Setidaknya, untuk menikmati sebuah cerita langka dan visualisasi indah yang cukup menghibur.
Kelebihan:

- Plot
- Cut-scene sinematik dan epik
- Mode hack and slashnya yang menarik
- Desain karakter dan dunia yang indah
- Syarat achievement / trophy yang unik
Kekurangan:

- Porsi gameplay aktif yang terlalu kecil
- Mode shooter yang repetitif
- Voice acts Inggris yang buruk
- Active cut-scene yang lebih terasa sebagai “kosmetik”
Cocok untuk gamer: yang mencintai game dengan cut-scene yang memanjakan mata
Tidak cocok untuk gamer: yang ingin menekan joystick lebih banyak daripada sekedar diam menatap layar.










