Review Max Payne 3: Tetap Seperti Payne yang Kita Kenal!
It’s Still The Old Max Payne!
Rockstar sepertinya mengerti benar apa keinginan dan harapan para gamer untuk seri Max Payne yang ketiga ini. Walaupun mengalami perombakan visualisasi besar-besaran dan Payne kini tampil sebagai pahlawan yang tidak lagi muda, ia tetaplah sosok Payne yang selama ini Anda kenal. Terlepas dari kedua elemen ini, Max Payne 3 tidak jauh berbeda dibandingkan dua seri awalnya yang sempat dirilis di awal tahun 2000-an silam. Ia tetap tampil sebagai sebuah game action yang berfokus pada penggunaan senjata yang menuntut Anda untuk memuntahkan semua peluru yang ada ke semua manusia selain diri Anda sendiri. Mereka yang familiar dengan seri Max Payne akan melihat game ini sebagai sebuah game nostalgic, tetapi dalam tampilan yang baru.


Seperti kedua seri sebelumnya, Max Payne 3 juga tetap akan berfokus pada pertempuran senjata api. Anda akan berhadapan dengan begitu dengan anggota gang dan pasukan militer bersenjata berat yang tidak akan segan memuntahkan semua pelurunya untuk membunuh Anda. Payne sendiri dapat memperkuat dirinya dengan tiga senjata: dua senjata ringan dan satu senjata rifle yang membutuhkan dua tangan untuk dioperasikan. Ia juga tetap mampu mengoperasikan kedua senjata ringan ini dalam mode dual-gun. Di game third person lain Anda mungkin akan meremehkan fungsi ini, namun di Max Payne 3, cover akan menjadi salah satu elemen yang akan menentukan keberhasilan Anda menyelesaikan setiap level. Mengapa? Karena Anda dapat tewas dengan hanya 5-6 peluru dengan tanpa sistem health-regen sama sekali. Bertahan dan menunggu timing yang tepat untuk menyerang akan berkontribusi besar pada kemenangan Anda. Bergantung pada painkiller? Not an option..
Jika kita membicarakan salah satu mekanisme gameplay yang identik dengan franchise Max Payne, maka kita tentu akan langsung menuju pada sistem “Bullettime” nya yang unik. Tanpa sistem ini, Max Payne tidak akan menjadi sebuah game Max Payne dan tampaknya Rockstar memahami dengan benar identitas ini. Rockstar tetap menghadirkan konsep yang sama persis untuk Max Payne 3 ini. Untuk mendapatkan keuntungan dalam pertempuran, Payne masih memiliki kemampuan bullet-time nya yang epic untuk melambatkan waktu dan menembak lebih cepat dan akurat. Anda juga masih dapat melakukan berbagai gerakan akrobatik sinematik khas Max Payne dalam mode bullettime ini. Namun berhati-hatilah ketika Anda melakukan lompatan sambil menembak ini karena Payne bukanlah Payne muda yang dulu. Mekanisme yang baru tidak memungkinkan Payne untuk terus-menerus melompat kemanapun ia mau. Seperti orang yang melompat di dunia nyata, Payne juga membutuhkan waktu untuk bangun kembali sehingga justru membuatnya lebih rentan diserang. Tidak hanya itu saja, berusaha melompat di tempat yang sempit juga justru akan membuat Payne terantuk dan rentan.


Walaupun hadir dengan berbagai elemen klasik Max Payne yang menantang, Rockstar memang harus diakui “mempermudah” seri terbaru ini agar dapat lebih dapat dinikmati oleh gamer yang terbiasa dengan konsep third person shooter masa kini. Ia memang tidak menghadirkan health-regen atau karakter yang terkesan “anti-peluru”, namun ia menghadirkan hal lain yang akan membuat pertempuran Payne lebih mudah. Rockstar menambahkan sistem soft auto-aim untuk memudahkan Anda mengganti target tembakan sehingga Anda mampu menghabisi musuh-musuh yang ada dengan cepat. Painkiller kini juga akan berfungsi tidak hanya sebagai item penyembuh, tetapi juga “nyawa kedua” Anda ketika kritis. Tidak langsung tewas begitu saja, Anda akan diberi kesempatan untuk hidup kembali jika Anda berhasil menghabisi musuh yang terakhir kali menembak Anda. Apakah Anda pernah merasa frustrasi karena tidak mampu menyelesaikan sebuah chapter di game Max Payne terdahulu? Seberapa banyak pun Anda mengulang, Anda seolah dihadapkan pada masalah tanpa jalan keluar. Di Max Payne 3, Rockstar akan memberikan ekstra kemudahan setiap kali Anda melakukan retry setelah mati: peningkatan health bar, penambahan jumlah painkiller, dan ammo yang terisi penuh.

Walaupun hadir dengan gameplay yang jauh lebih mudah, Rockstar harus diakui berhasil menghidupkan sebuah franchise luar biasa yang seolah sudah berada di ujung hidupnya. Kehadiran Max Payne 3 mampu menampilkan sebuah kesan nostalgia, sekaligus juga sebuah konsep Payne yang baru. Perubahan plot, desain karakter, bahkan sedikit elemen gameplaynya sama sekali tidak mengubah identitas game ini sama sekali. Sebuah surga bagi para gamer yang sudah pernah mengenal seri game ini sebelumnya.
Semakin Tua, Semakin Brutal
Hampir tidak ada yang berubah pada karakter Payne sendiri di seri ketiga ini. Ia masih tampil sebagai “Shakespeare” yang mendeskripisikan semua tragedi yang menimpa dirinya dalam bahasa-bahasa yang indah. Ia tetap seorang polisi yang tidak segan untuk menembakkan peluru kepada siapapun yang mengganggu kehidupannya. Ia masih menjadi magnet masalah besar dan tragedi. Apakah Rockstar hanya mengubah karakter ini dari segi fisik karena usianya yang kian menua? Ternyata tidak. Tampaknya Payne yang sudah lama “makan garam” dari berbagai macam pertempuran dan baku tembak ini menemukan sebuah sifat baru untuk beradaptasi dengan lingkungan Sao Paulo – Brazil yang keras. You can now call him – Max Brutal!


Payne akan mendapatkan sebuah adegan sinematik ketika berhasil membunuh musuh terakhir yang berada di dalam setiap area dan chapter. Seperti layaknya bullettime, scene sinematik ini akan memperlihatkan aksi-aksi keren Payne dengan peluru-peluru yang meluncur dengan pelan dan indah menuju ke sasaran tembak. Namun tidak hanya sekedar sinematik, Anda juga dapat menyarangkan sebanyak peluru yang Anda inginkan selama scene ini walaupun sang musuh sendiri sudah tewas. Hasilnya? Bayangkan apa yang akan terjadi pada sebuah kepala jika 30 peluru senapan mesin berebut bersarang di dalamnya? Benar sekali, akan ada banyak darah, pecahan tubuh, dan bagian tubuh yang tidak dapat lagi dikenali. Awesome!










