Review Spec Ops – The Line: Menggelitik Hati Nurani!
Tidak Ada yang Istimewa di Sisi Gameplay
Seperti layaknya game third person shooter lainnya yang dirilis oleh developer dan publisher yang lain, hampir tidak ada yang berbeda di sisi gameplay Spec Ops: The Line. Ia tetap hadir sebagai sebuah game action yang menuntut Anda untuk menghabisi setiap musuh yang ada dengan berbagai senjata yang disediakan. Cover system juga menjadi satu-satunya mekanisme andalan yang akan membantu Anda menghindari hantaman peluru yang membanjiri posisi Anda. Satu-satunya yang membuatnya berbeda mungkin pada kesan “ simulation” yang cukup kuat di balik gameplaynya yang lebih mengarah pada arcade. Seperti layaknya Ghost Recon: Future Soldier, health dan peluru Anda menjadi sesuatu yang sangat berharga. Beberapa peluru saja sudah cukup untuk menundukkan Anda dan teman Anda, berlaku juga sebaliknya. Peluru juga menjadi sesuatu yang sangat berharga. Oleh karena itu, sebagai seorang pasukan Delta Force, Anda dituntut untuk menggunakan setiap peluru dengan efektif dan efisien.
Selain berperang secara terbuka, Spec Ops: The Line juga menyediakan beberapa efek lingkungan yang tentu akan membantu Anda mengalahkan musuh dalam jumlah besar secara singkat. Sebagian besar efek ini dapat diakses lewat kaca-kaca rapuh yang memuat berton-ton pasir. Memecahkan, menuangkan, dan mengubur musuh-musuh Anda di dalam pasir ini tentu menjadi solusi termudah untuk melewati setiap musuh. Lantas bagaimana jika Anda terkepung dan opsi ini tidak tersedia? Tenang saja, Anda memiliki dua anggota tim yang terhitung cukup cerdas sebagai sebuah AI. Selain secara otomatis bergerak menyerang musuh yang mengancam Anda, Anda juga dapat memerintahkan Lugo dan Adams untuk menembak target yang Anda tentukan dengan satu tombol sederhana. Selain efektif untuk menghilangkan ancaman terbesar, Anda juga dapat menggunakannya secara cover-shot dan menarik perhatian musuh, sehingga Anda bisa melakukan flanking.
Salah satu yang dapat diperhatikan dari Spec Ops: The Line adalah tingkat kesulitannya yang terhitung menantang, bahkan untuk tingkat kesulitan normal sekalipun. Apa pasal? Ada dua alasan utama: jumlah musuh harus diakui terlalu banyak (bahkan untuk game sekelas arcade sekalipun) dan sistem cover yang kurang sempurna. Untuk alasan yang pertama, Anda tentu dapat mengerti bagaimana game arcade seringkali menghadirkan sistem yang serupa. Namun Spec Ops: The Line membawanya satu tingkat lebih tinggi. Musuh akan datang dari segala arah, bahkan dari tempat yang tidak dapat Anda kira sebelumnya. Lengah sedikit saja, beberapa peluru akan membuat Anda mengulang dari checkpoint yang cukup jauh. Lantas, bagaimana dengan alasan kedua? Absennya kehadiran satu tombol khusus untuk memicu gerakan cover tampaknya menjadi bumerang yang fatal untuk Spec Ops: The Line ini. Tidak jarang Anda akan secara otomatis masuk ke dalam sistem cover benda terdekat ketika Anda hanya berkeinginan untuk berlari secepat mungkin. Sistem kamera yang cukup kacau juga semakin memperparah efek yang satu ini. Hasilnya? Daripada senjata dan peluru, Anda justru menjadi mangsa yang lebih empuk untuk granat musuh. Tidak jarang ketika Anda berusaha lahir dari cover untuk menghindari ledakan, Anda justru memicu sistem cover otomatis di tempat terdekat. Hasilnya? BOOM! Frustrasi!
Jika tidak ada yang istimewa dari game yang satu ini, mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game third person shooter yang tidak biasa? Mengapa kami mengkategorikannya sebagai sebuah standar genre yang mungkin akan diikuti oleh developer yang lain? Kita akan membahas fitur utama tersebut di bagian selanjutnya.
Pertempuran Penuh Pilihan – Menggelitik Hati Nurani dan Moral?
Pada awalnya, kami cukup skeptis memainkan game yang satu ini. Pada beberapa jam awal permainan, ia menghadirkan mekanisme gameplay yang hampir serupa dengan game-game bergenre sama yang lain, tanpa sesuatu yang unik untuk dinikmati. Namun anggapan ini lantas berubah ketika Anda mulai mencapai titik plot tertentu di permainan. Yager Development dan 2K Games meramu Spec Ops: The Line dengan sesuatu yang mungkin tidak pernah Anda pikirkan sebelumnya: sebuah pilihan. Namun pilihan ini bukanlah sekedar sebuah pemanis cerita seperti yang pernah ditawarkan oleh game-game serupa di masa lalu. Anda akan dihadapkan pada beberapa pilihan yang akan menuntut Anda untuk mempertimbangkan nilai moral, hati nurani, dan nilai kemanusiaan yang Anda percayai. Hebatnya lagi? Secara real-time!
Terlepas dari brutalitas perang yang ia tawarkan secara eksplisit, pertempuran penuh pilihan ini memang menjadi identitas utama Spec Ops: The Line yang menjadikannya berbeda dengan game third person shooter yang lain. Pilihan seperti apa? Di salah satu bagian cerita, dimana Walker, Lugo, dan Adams terjebak di dalam situasi dimana mereka dihadapkan pada permainan menjadi “hakim” hidup, Anda diharuskan untuk menembak 1 dari 2 orang yang digantung hidup-hidup oleh kaum pemberontak. Satu orang merupakan tentara Amerika yang mengeksekusi 6 orang tidak bersalah tanpa alasan, sementara yang lainnya merupakan seorang konglomerat koruptor yang memeras kaum-kaum kecil, walaupun ia tidak pernah membunuh mereka dengan tangannya sendiri. Siapa yang harus Anda bunuh? Nilai kebenaran seperti apa yang Anda usung? Anda akan menemukan pilihan-pilihan seperti ini di sepanjang permainan. Tidak diragukan lagi, Anda harus menggali dan membongkar nilai-nilai kehidupan, moral, dan bertanya pada hati nurani Anda sebelum Anda menjawab setiap dari “permainan” ini. Lantas seperti apa efek yang Anda temukan jika Anda memilih salah satunya? Anda harus melihatnya sendiri. Anda bahkan memiliki kebebasan untuk menentukan cara bagaimana Anda mengakhir game yang satu ini.