Review God of War – Ascension: Kurang Gereget!
Sexist?

Wanita adalah salah satu pesona God of War, siapa yang berani menyangkal hal tersebut. Tidak main-main, mereka bahkan menyisipkan permainan arcade dengan konten seksual implisit dan beberapa adegan wanita tanpa busana untuk menarik perhatian basis fans, yang memang sebagian besar pria. Gamer mana yang tidak terpesona dengan keindahan dan kemolekan tubuh Aphrodite di God of War 3 dan memuji Sony Santa Monica atas desainnya yang luar biasa. Seolah mampu menangkap “keinginan” gamer, kuantitas karakter dengan jenis kelamin ini kian diperbanyak di Ascension. Banyak dalam tingkat tidak masuk akal, mungkin cukup untuk membuat para wanita Feminis merasa tidak nyaman.


Apa pasal? Selain wanita dengan desain memanjakan mata yang tetap dipertahankan di dalamnya, sebagian besar musuh yang Anda hadapi ternyata berjenis kelamin wanita, melihat dari ciri-ciri fisik yang ada, bahkan 80% darinya. Tidak hanya tiga orang Furies: Megaera, Tisiphone, dan Alecto yang kesemuanya wanita, Anda akan bertemu dengan monster-monster berukuran masif yang juga berjenis kelamin sama. Membunuh, memukuli, dan menganiaya mereka dengan cara yang super brutal, tidak akan menjadi sesuatu yang mengejutkan jika God of War – Ascension suatu saat akan dicurigai dan dituduh sebagai sebuah game yang sexist. Bahkan beberapa artikel game dari situs luar negeri juga mulai menyoroti hal yang sama.
Kesimpulan

Berani, ini mungkin kata pertama yang tepat untuk menggambarkan langkah yang ditempuh oleh Sony Santa Monica ketika menelurkan God of War: Ascension. Bagaimana tidak? Seolah sudah mencapai klimaksnya yang luar biasa di God of War 3, hampir tidak mungkin bagi developer yang satu ini untuk melahirkan sebuah seri yang lebih baik, lebih brutal, dan lebih epik. Membungkusnya dengan sosok Kratos yang lebih “manusiawi” tidak membuat Ascension ini tampil lebih maksimal. Beberapa identitas yang tetap dipertahankan, dengan tingkat visualisasi yang luar biasa tentu saja menjadi nilai jual yang akan menarik gamer-gamer setia Playstation 3. Sulit rasanya untuk tidak membandingkan, dan sejauh ini God of War: Ascension memperlihatkan atmosfer God of War yang kurang gereget dibandingkan dengan seri-seri sebelumnya.Terlepas dari QTE-nya yang tetap sinematik dan menawan, ada sensasi yang terasa kurang di seri Ascension yang satu ini.
Ada beberapa kelemahan yang patut dicatat dari seri ini, terlepas dari kurang geregetnya pengalaman yang ia hadirkan. Keputusan untuk hanya menjadikan Blade of Chaos sebagai satu-satunya senjata yang bisa digunakan tentu saja menjadi catatan tersendiri. Sony Santa Monica seharusnya menyisipkan sebuah cerita yang memungkinkan Kratos untuk menggunakan rangkaian senjata dari dewa-dewa lain yang bisa digunakan secara permanen, daripada sekedar menjadikan senjata musuh sebagai alternatif pilihan. Brutalitas yang ditawarkan memang masih penuh darah, namun tidak cukup untuk kejam untuk membuat Anda terkejut dan terpesona seperti layaknya God of War 3 di masa lalu.
Walaupun masih memiliki daya tariknya sendiri, God of War: Ascension terhitung gagal untuk keluar dari bayang-bayang God of War 3 yang tumbuh menjadi standar tersendiri. Gamer yang berharap bahwa seri ini akan mampu tampil lebih wah tampaknya harus bersiap menelan pil pahit, karena terlepas dari serupanya beragam elemen yang ia tawarkan, Ascension gagal tampil dalam kualitas yang lebih mengagumkan dan menjanjikan dibandingkan trilogi sebelumnya. Ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang akan membuat banyak gamer penggemar God of War hanya melihatnya sebagai sebuah prekuel yang tidak terlalu memorable. Sebuah seri yang dengan mudah, lewat begitu saja.
Kelebihan

- Plot
- Visualisasi yang luar biasa
- Musik yang epik
- Kamera sinematik
- QTE yang tetap memanjakan mata
- Tingkat kesulitan yang lebih menantang
Kekurangan

- Variasi senjata yang hanya berfokus pada Blade of Chaos
- Brutalitas yang terasa kurang
- Keseluruhan pengalaman yang terasa kurang memenuhi ekspektasi
- Kehadiaran segudang karakter wanita yang terkesan dipaksakan
Cocok untuk gamer: yang mencintai game hack and slash berkualitas, penggemar God of War
Tidak cocok untuk gamer: yang memuja sosok Kratos sebagai dewa perang brutal yang tidak mengenal emosi lain selain amarah dan balas dendam