Review The Last of Us: Kandidat Game Terbaik Tahun Ini!
Jujur, Brutal, Emosional

Jika ada satu aspek yang berhasil ditawarkan dengan sangat sempurna oleh The Last of Us? Maka representasi dunia post-apocalyptic yang ia usung harus diakui menjadi salah satu daya tarik terbesar. Naughty Dog membangunnya dengan sangat jujur, brutal, dan emosional, tanpa harus membatasi diri dan justru mencederai atmosfer luar biasa yang sudah terbangun sejak awal.
Sebagian besar game yang mengusung tema seperti ini biasanya hanya menekankan sisi aksi dan bagaimana Anda harus bertarung melawan lusinan makhluk aneh sembari bertemu dengan dunia luluh lantak yang tidak lagi berfungsi. Namun di The Last of Us, kiamat bukan soal bagaimana dunia hancur, bagiamana Anda tidak lagi melihat aktivitas manusia yang signifikan, bukan lagi sekedar bagaimana Anda harus hidup berdampingan dengan para Infected, tetapi soal dinamika dari kehidupan manusia itu sendiri untuk bertahan hidup. Kami menyebutnya jujur, karena Naughty Dog tidak ragu untuk memvisualisasikannya tanpa harus menahan diri dengan membatasi konten yang mungkin dianggap tidak pantas. Mereka memperlihatkan semuanya secara eksplisit, hingga ke titik detail sekalipun.



Satu-satunya cara untuk bertahan di dunia yang tidak lagi mengenal belas kasih adalah dengan tidak berbelas kasihan. Selain sistem pertempuran sinematik yang akan memperlihatkan aksi Joel yang tidak ragu untuk mengucurkan darah para musuh untuk sekedar bertahan hidup, brutalitas juga menjadi salah satu poin utama Naughty Dog untuk memperlihatkan horror di balik sebuah dunia yang didesain tanpa peraturan dan hanya bergerak atas insting dasar semata. Mayat dan darah adalah hiburan. Sebagai contoh? Kelompok manusia yang mengelompok menjadi Hunter tidak hanya membunuh manusia yang lain untuk sekedar untuk sumber daya, tetapi juga bahan makanan. Kebutuhan protein dan kelaparan menjadikan mereka sebagai kanibal. Kerennya? Naughty Dog tidak ragu memvisualisasikan hal tersebut. Di salah satu adegan, Anda akan melihat secara eksplisit bagaimana manusia-manusia ini diposisikan tak ubahnya binatang buruan, dipotong untuk dijadikan sebagai bahan makanan.
Dengan semua kekejaman dan dunia yang seolah didesain untuk mengakhiri hidup Anda ini, sebuah jalinan cerita penuh emosi pun mengemuka. Disempurnakan dengan teknologi mo-cap dan voice acts luar biasa yang mampu mewakili setiap emosi karakter yang ada, Naughty Dog berhasil mengeksplotasi hubungan antara Joel dan Ellie sebagai bumbu untuk menciptakan keterikatan secara emosional. Joel seolah melihat sosok Sarah – anaknya yang tewas di sisi Ellie, namun di saat yang sama, harus memastikannya mampu bertahan hidup. Seorang anak wanita berumur 14 tahun yang belum pernah melihat dunia luar kini dipaksa untuk dewasa lebih cepat. Dengan semua brutalitas yang terjadi di sekitarnya, Ellie ditempa untuk membela diri, membunuh tanpa belas kasih, bahkan melindugi Joel. Tangan kecilnya menggenggam pisau dan rifle yang sudah menuntut puluhan nyawa.



Dengan kekejaman yang harus ia saksikan dan lewati di usianya yang masih muda, serta lewat serangkaian cerita yang ada, Anda akan perlahan namun pasti, berusaha untuk melindungi Ellie dan mengembangkan keterikatan emosional dengannya. Ada keinginan untuk setidaknya memberikan sedikit rasa bahagia untuk jiwanya yang malang. Setiap dari Anda akan secara otomatis tersenyum ketika Ellie untuk alasan yang sangat sederhana, mengembangkan senyum manisnya. Seperti seorang ayah, Anda juga akan ikut bahagia ketika Ellie tidak sabar lagi ingin membaca komik yang ia temukan di perjalanan, atau menemukan mesin arcade gaming yang sudah lama ia impikan. Ellie akan tumbuh menjadi alasan utama untuk bertahan hidup.
Semuanya ini ditutup dengan sebuah ending yang akan menjadi justifikasi mengapa game ini pantas untuk diberi nama “The Last of Us”.
Kesimpulan

Melebih ekspektasi, ini mungkin kalimat yang tepat untuk menggambarkan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan oleh The Last of Us. Setelah menciptakan trilogi Uncharted yang luar biasa, Naughty Dog berhasil menciptakan standar sebuah game action / survival horror yang bahkan jauh lebih tinggi dengan The Last of Us ini. Visualisasi yang indah, proses mo-cap dan voice acts yang membuatnya kian “hidup”, gameplay unik nan menantang yang tetap bertahan pada akar utama genrenya, AI yang dinamis, serta representasi dunia post-apocalyptic yang brutal dan kejam tanpa ragu membuat The Last of Us tampil sebagai satu dari dua game terbaik yang pernah kami cicipi di pertengahan tahun 2013 ini. Apalagi mengingat semuanya dipaduka dengan alunan musik yang menggugah. Sebuah masterpiece yang luar biasa dari Naughty Dog dan tentu saja monumen yang paling tepat untuk mengukuhkan masa keemasan Playstation 3.
Apakah ini berarti The Last of Us datang tanpa kekurangan? Satu-satunya yang pantas untuk menjadi catatan hanyalah kekurangan di sisi AI. Walaupun tampil dinamis dan adaptif terhadap situasi yang tengah Anda hadapi, fakta bahwa AI musuh seringkali mengabaikan eksistensi AI karakter utama terkadang menghancurkan atmosfer intens yang tengah terbangun ketika Anda terlibat dalam gaya permainan stealth. Agak sedikit sulit untuk tidak memerhatikan bahwa Ellie ataupun Tess dapat berlari dengan begitu gegabah tanpa memancing perhatian ketika dikepung oleh para Runners maupun Hunters.
Namun terlepas dari satu-satunya kekurangan tersebut, The Last of Us adalah sebuah epitome untuk sebuah game action survival horror yang mungkin akan sulit untuk diraih dan ditundukkan oleh franchise kompetitor yang lain. Tidak berlebihan rasanya untuk menobatkannya sebagai salah satu kandidat game terbaik tahun 2013 ini. Seberapa baik? Kami bahkan tidak ragu untuk menyarankan Anda untuk membeli Playstation 3 di masa depan hanya untuk mencicipi pengalaman game yang satu ini. Luar biasa!
Kelebihan

- Visualisasi yang luar biasa
- Voice acts dan akting karakter yang hidup
- AI karakter yang dinamis dan adaptif
- Musik yang menggugah
- Gameplay dengan cita rasa survival-horror yang intens
- Mode eksplorasi beragam, dari berenang hingga berkuda
- Brutal dan emosional
- Plot yang luar biasa
Kekurangan

- Interaksi antara AI yang belum sempurna
Cocok untuk gamer: yang memiliki Playstation 3, pencinta game action berkualitas, survival horror, penggemar game dengan kualitas plot yang menggugah.
Tidak cocok untuk gamer: yang hanya memilik PC atau Xbox 360, penggemar action yang lebih menitikberatkan aspek tembak-menembak.