GameFight: Ride to Hell VS Fast & Furious: Showdown

Reading time:
July 30, 2013

Music

Ride to Hell - Retribution (40) Fast and Furious Showdown (42)

Fast and Furious: Showdown secara otomatis memenangkan pertarungan yang satu ini. Walaupun tidak menghadirkan kualitas audio menggugah yang mungkin akan membuat Anda jatuh cinta pada pandangan pertama, setidaknya ia tidak menghadirkan kesan looping track yang sangat mengalir kentara di Ride to Hell: Retribution. Setidaknya Anda masih mendapatkan variasi musik yang memadai, daripada musik kacangan yang seolah terus berulang di telinga, bahkan cukup untuk membuat Anda muak dalam waktu singkat. Ada begitu banyak masalah di sisi Ride to Hell: Retribution, dan musik harus diakui, merupakan salah satu yang menonjol di dalamnya. Setidaknya ketika Anda tengah pusing dan tidak mampu lagi bertahan, dan lebih memilih untuk memainkan kedua game ini sembari menutup mata, Fast and Furious: Showdown tidak akan terasa lebih menyebalkan.

Ride to Hell: Retribution (2) VS Fast and Furious: Showdown (3) 

 

World Design

Ride to Hell - Retribution (32) Fast and Furious Showdown (30)

Entah desain dunia seperti apa yang perlu dihadirkan oleh Deep Silver dan Activision untuk setidaknya memastikan, game mereka masing-masing ini  masih memiliki elemen yang masih pantas untuk dinikmati. Namun hal ini tampaknya tidak pernah menyelimuti benak Activision sebelumnya, setidaknya ketika merilis Fast and Furious: Showdown ke pasaran. Apa pasal? Fakta bahwa game ini akan menjadikan jalanan sebagai medan “pertempuran” utama tidak lantas memberikan justifikasi untuk tidak menawarkan hal baru apapun di dalamnya. Selama lebih dari 1 jam, Anda akan terjebak dalam chapter yang menuntut Anda untuk bergerak di dalam jalan yang sama, setting yang sama, varian mobil dan tantangan yang serupa, berulang, dan terus-menerus. Neraka? Setidaknya Ride to Hell: Retribution masih menawarkan varian setting yang lebih beragam di dalamnya.

Ride to Hell: Retribution (3) VS Fast and Furious: Showdown (3)

 

Epicness

Ride to Hell - Retribution (9) Fast and Furious Showdown (14)

Epicness? Jangan bercanda. Kualitas buruk kedua game ini bahkan membuatnya tidak pantas untuk dimainkan. Mengharapkan Anda akan bertemu dengan pengalaman yang epik dan mengguggah dari kehancuran elemen yang berantakan di Ride to Hell: Retribution dan Fast and Furious: Showdown? Potensi untuk mendapatkan sensasi seperti ini akan terbuka lebih lebar ketika Anda memainkan game Dora The Explorer atau Spongebob Squarepants sekalipun. Epicness? Bisa menyelesaikan kedua game ini hingga selesai saja sudah menjadi pencapaian terbesar yang membuat Anda pantas untuk masuk kelompok gamer “kurang kerjaan”. Untuk pertama kalinya dalam sejarah GameFight, skor imbang harus disematkan untuk kategori yang satu ini. Bukan karena keduanya sama-sama epik, tetapi lebih karena alasan sebaliknya.

Ride to Hell: Retribution (3) VS Fast and Furious: Showdown (3)

 

And The Winner is: None!

fast-and-furious-showdown-c retribution-cover

And The Losers are: Both! Ini mungkin kesimpulan yang lebih tepat untuk mengakhiri pertempuran antara kedua game terburuk di tahun 2013 sejauh ini.  Sebagai sebuah game adaptasi film, Fast and Furious: Showdown benar-benar menjadi monumen terbaik bagi para developer dan publisher – apa saja yang harus dihindarkan untuk melakukan proses serupa di masa depan. Sebelum dipusingkan dengan adaptasi seperti apa yang perlu diusung, ada baiknya mereka memerhatikan beberapa hal teknis terlebih dahulu, setidaknya di sisi visualisasi. Gameplay yang terkesan biasa saja hancur berantakan karena ketidakmampuan untuk menawarkan kemampuan grafis yang memadai, dari desain setting, karakter, hingga beragam efek visual yang ada. Cerita mungkin akan berbeda jika Fast and Furious: Showdown hadir dengan tingkat visualisasi sekelas Need for Speed atau Grid, misalnya. Terlepas dari sisi gameplay yang begitu monoton, mungkin masih banyak gamer yang akan melihat game ini sebagai representasi Fast and Furious yang lumayan untuk dinikmati.

Hal yang serupa juga terjadi di Ride to Hell: Retribution. Walaupun kualitas visualnya sedikit lebih baik di atas Fast and Furious: Showdown, namun kualitas gameplay dan musik lah yang membuat game ini jatuh ke dalam jurang yang tak kalah dalam. Gameplay monoton, repetitif, dan sangat sederhana kian diperparah dengan segudang bug dan glitches yang membuat game ini hampir tidak dapat dinikmati. Musik yang terus berulang justru akan menjadi sumber stress tersendiri, atau bahkan membuat Anda lebih kesal daripada sebelumnya. Mimpi buruk adalah kata yang tepat untuk mendefinisikan game racikan Deep Silver yang satu ini. Jika mereka mampu mengakomodasi sedikit kebebasan ala Road Rash dan bug yang lebih minim, walaupun mengusung visualisasi seperti ini, ia mungkin akan menarik basis fans tersendiri.

Fast and Furious: Showdown dan Ride to Hell: Retribution seharusnya menjadi monumen pelajaran bagi publisher dan developer bagaimana seharusnya game tidak dikembangkan. Keduanya seperti game yang baru dikembangkan dalam hitungan minggu atau memang didesain untuk konsol dua generasi sebelumnya. Memilih satu yang terbaik di antara keduanya? Lebih mudah mencari bidadari di ujung pelangi, mencuri selendang, dan kemudian menikah dan hidup bahagia selamanya. Setidaknya terkesan lebih masuk akal daripada menemukan gamer yang secara terbuka memilih yang terbaik di antara yang terburuk.

Duka kami sedalam-dalamnya untuk semua gamer yang sudah menghabiskan uang hasil jerih payah mereka untuk membeli salah satu versi original dari dua game yang di atas. Duka ini juga diarahkan untuk gamer yang menantikan penuh kesabaran dan antisipasi ketika mengunduh versi bajakannya dengan bandwith terbatas dan kecepatan internet rata-rata gamer Indonesia. Congratulations!

Jika Anda termasuk gamer yang pernah memainkan kedua game ini, jangan ragu untuk meninggalkan komentar jika Anda merasa bahwa penilaian di atas menganut indikator yang dirasakan tidak berimbang. Apalagi jika Anda merasa bahwa salah satu dari Fast and Furious: Showdown dan Ride to Hell: Retribution tampil lebih baik dari yang lainnya. Tidak ada yang lebih menarik bagi seorang gamer selain membuka diri dan bertukar sudut setelah kekecewaan mendalam menikmati game-game terburuk tahun 2013 sejauh ini. Please feel  free to discuss!

 

Pages: 1 2
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…