Review Deadpool: Hanya Menjual Karakter!
Gameplay yang Dangkal dan Repetitif

Seorang pembunuh yang efektif menggunakan senjata apapun untuk menghancurkan lawannya, High Moon Studios tentu saja tidak memiliki alternatif opsi selain mengadaptasikan mekanisme gameplay hack and slash untuk game yang satu ini. Dengan mekanik seperti ini, gamer tentu diharapkan dapat merasakan atmosfer pertempuran Deadpool yang sesungguhnya. Sayangnya, dengan minimnya inovasi yang ditawarkan, sisi gameplay ini justru terasa dangkal dan akhirnya menuju pada satu lubang jebakan yang fatal – atmosfer yang repititif. Kelemahan yang akhirnya menyeret Deadpool ke dalam jurang kualitas yang tidak berbeda dengan sebagian besar game hack and slash kelas dua yang bertebaran.
Diperkuat dengan dua serangan – light dan heavy attack seperti standar sebuah game hack and slash, Anda memang dimungkinkan untuk mengkombinasikan kedua serangan ini menghasilkan damage seefektif mungkin. Untuk memastikan kombo Anda terus berjalan, Deadpool juga dapat melakukan counter-attack yang serupa dengan mekanik Batman: Arkham City. Musuh yang siap untuk menyerang Anda akan memperlihatkan sebuah tombol sederhana di atas kepala mareka. Dengan menekan tombol tersebut, Anda bisa melakukan serangan counter secara efektif, tidak hanya untuk menangkal serangan yang ada, tetapi juga membuka ruang untuk melancarkan kombinasi serangan selanjutnya. Anda juga akan disuguhi dengan bar HP untuk memperlihatkan sisa nyawa musuh yang masih harus Anda babat.



Deadpool juga akan diperkuat dengan beragam serangan spesial yang disebut sebagai Momentum Attack untuk mengirimkan damage melee dalam ruang yang lebih luas, dan tentu saja lebih mematikan. Bar Momentum Attack ini akan terisi penuh seiring dengan frekuensi kombo serangan melee yang Anda lontarkan. Sementara di sisi defensif, Deadpool dibekali dengan kemampuan evade berupa teleport yang tidak hanya membuatnya dapat bergerak lebih cepat, tetapi menghindari beragam serangan yang tidak bisa di-counter atau mengambil keuntungan tersendiri ketika berhadapan dengan lawan dalam jumlah yang besar. Tidak hanya serangan melee, Deadpool juga dibekali dengan senapa untuk serangan jarak jauh dan combo Gunkatas yang memperlihatkan aksi akrobatik sang anti-hero nyentrik ini.
Lantas apa yang membuatnya terasa dangkal dan repetitif? Fakta bahwa yang perlu Anda lakukan sepanjang permainan hanyalah menekan tombol serangan kuat, lemah, dan mengkombinasikannya dengan beberapa kali evade dan senapan untuk menghancurkan setiap musuh yang ada. Tidak ada musuh yang menuntut Anda untuk menempuh strategi atau gaya bertarung khusus untuk dapat dikalahkan. Kesan repetitif muncul dari desain musuh serupa yang terus muncul berkali-kali dan bahkan hadir dalam bentuk gelombang. Tidak ada variasi yang berarti, seperti yang Anda rasakan juga di animasi serangan milik Deadpool sendiri. Ketika pertama kali menjajalnya dan mencicipi tajamnya katana yang ia hunuskan lewat beragam kombo dan serangan momentum, perlahan namun pasti, Anda akan mulai merasa bosan dengan minimnya animasi serangan yang ditawarkan. Satu-satunya yang mampu mengatasi kebosanan ini hanyalah animasi stealth-kill brutal yang siap untuk memanjakan mata Anda.



Sebagian besar game saat ini memang menawarkan character progression sebagai elemen untuk membuat gamer merasa lebih terikat dengan karakter utama yang ditawarkan oleh developer. Hal yang serupa ini juga disuntikkan High Moon Studios untuk Deadpool. Mengumpulkan poin yang cukup dari bertempur dan mengalahkan musuh yang ada, Anda berkesempatan untuk menjadikan Deadpool lebihn kuat dan mematikan. Dengan “mata uang” yang satu ini, Anda dimungkinkan untuk membuka ragam senjatan yang lebih luas, memberikan efek tersendiri terhadap senjata yang sering Anda gunakan, dan tentu saja memperkuat sosok Deadpool sendiri. Dengan terbukanya pilihan, Anda bisa menyelesaikan game ini sesuai dengan gaya bermain Anda sendiri.
Dari sisi gameplay, Deadpool sama sekali tidak menawarkan keistimewaan apapun, bahkan terasa sangat dangkal dan repititif. Membabat setiap musuh dengan menekan kombinasi tombol yang ada secepat mungkin tanpa strategi, dengan varian animasi gerakan dan desain musuh yang terbatas, atmosfer monoton terasa kentara di sisi yang satu ini.
Hanya Menjual Sang Karakter Utama – Deadpool!

Jika tidak mampu menghadirkan mekanik gameplay yang berkesan, apakah High Moon Studios terhitung gagal untuk melemparkan sebuah game Deadpool yang menarik? Tanggung jawab ini kini terletak hanya pada satu pundak – kemampuan High Moon untuk mengadaptasikan karakter Deadpool yang selama ini mampu menarik hati basis fans Marvel yang masif. Untuk urusan yang satu ini, acungan dua jempol pantas untuk diarahkan kepada High Moon.
Karakteristik menabrak dinding keempat bahkan sudah mampu diciptakan dengan sangat baik sejak awal permainan. Deadpool yang menyadari bahwa dirinya berada dalam video game dan secara konsisten mengeluarkan guyonan yang ditujukan secara langsung kepada gamer (kita) yang tengah memainkannya sudah menutup salah satu identitas utamanya. Selanjutnya? Tinggal menyuntikkan humor yang melekat dengan karakter yang satu ini, sesuatu yang kembali berhasil dihadirkan oleh High Moon. Dua kepribadian yang secara konsisten berkomunikasi di dalam kepala Deadpool dan sikapnya yang mata keranjang memang membuat game yang satu ini terasa lebih menyegarkan.




Bagian terbaiknya? Bahwa High Moon juga berhasil menghadirkan beberapa parodi yang menggelitik, dari tercetusnya ucapan “Shoryuken” dari mulut Deadpool, lelucon tentang QTE tak mungkin diselesaikan, hingga kesempatan untuk menampar Wolverine – sosok yang ditakuti sebanyak yang kita inginkan. High Moon seolah mengerti bahwa tidak ada batas yang “tidak pantas” untuk sosok Deadpool yang memang tergolong gila ini dan tidak segan untuk melemparkan kreativitas mereka di sisi cerita. Namun sayangya, tidak ada konsistensi efek ini di sisi gameplay. Sempat bertemu dengan dunia 8 bit dan gameplay side-scrolling yang menyegarkan, Deadpool justru terjebak menjadi sebuah game hack and slash standar di ujung-ujung permainan.