Review Ride to Hell – Retribution: Lelucon Besar!

Reading time:

Kesan Pertama yang Berantakan

 

Tidak usah jauh-jauh, kesan pertama yang ditawarkan game ini sudah hancur berantakan.
Tidak usah jauh-jauh, kesan pertama yang ditawarkan game ini sudah hancur berantakan.

Entah bagaimana caranya menikmati sebuah game jika kesan pertama yang ditawarkan saja sudah cukup untuk membuat kami pribadi, merasa ingin mengasingkan diri dari game ini sejauh mungkin. Namun akhirnya tuntutan review lah yang akhirnya memaksa kami untuk terus bertahan menahan semua lemparan omong kosong yang dilemparkan oleh Deep Silver di Ride to Hell: Retribution ini. Seberapa hancur kesan pertama yang ada? Kami akan mendeskripsikannya dengan ekstra detail untuk Anda.

Ada begitu banyak elemen yang tidak bekerja dengan baik di Ride to Hell: Retribution ini, bahkan jika tidak ingin dikatakan sebagai hancur berantakan. Memainkannya di Xbox 360, sisi visual yang ditawarkan sudah menjadi salah satu celah terburuk yang pantas untuk dikomentari. Kualitas grafis yang ada memang berada di bawah kualitas yang menjadi standar konsol generasi saat ini, bahkan mendekati visualisasi ala konsol satu generasi sebelumnya. Tidak ada akan ada detail yang akan cukup untuk menarik mata Anda dan memukaunya.

Ride to Hell - Retribution sama sekali tidak merepresentasikan kualitas visual standar generasi saat ini.
Ride to Hell – Retribution sama sekali tidak merepresentasikan kualitas visual standar generasi saat ini.
Rambut seperti ini sebagai veteran perang Vietnam? Tidak masuk akal.
Rambut seperti ini sebagai veteran perang Vietnam? Tidak masuk akal.
Dat hair..
Dat hair..

Sisi visual ini kian diperburuk dengan desain karakter dan dunia yang juga tidak kalah menyedihkan. Semua karakter didesain dengan porsi tubuh yang tidak proporsional, seperti Anda tengah berhadapan dengan segerombolan gorilla yang akhirnya menemukan cara untuk bergerak dan bertarung dengan kedua kakinya. Tidak hanya itu saja, seolah menjadi kebalikan dari Tomb Raider yang menawarkan kualitas detail rambut yang luar biasa lewat teknologi Tress FX yang ia usung, Ride to Hell: Retribution menjadi contoh bagaimana seharusnya developer meluangkan waktu untuk menangani hal yang satu ini. Desain rambut Jake – sang karakter utama terlalu absurd, hingga membuat latar belakangnya sebagai seorang veteran perang Vietnam terlihat tidak masuk akal. Deep Silver seolah tidak peduli.

Jika visualisasi sudah menjadi salah satu kelemahan yang pantas untuk dikritisi, hampir semua elemen yang lain juga menawarkan sensasi yang sama. Di sisi audio yang diwakili oleh soundtrack dan voice acts, Ride to Hell: Retribution adalah sebuah blunder. Voice acts yang sama sekali tidak menawarkan emosi dipadukan dengan desain wajah dan reaksi yang datar membuat Ride to Hell: Retribution sama sekali tidak menggugah. Begitu juga dengan sisi soundtrack yang akan menemani Anda di sepanjang petualangan. Anda akan disuguhi dengan track-track pendek standar yang terus di-looping, terus-menerus, di sepanjang level.

Voice acts datar dan soundtrack yang monoton, Ride to Hell - Retribution adalah mimpi buruk.
Voice acts datar dan soundtrack yang monoton, Ride to Hell – Retribution adalah mimpi buruk.
Game ini akan mengajak Anda tertawa terbahak-bahak selama menjajalnya. Sebuah lelucon besar.
Game ini akan mengajak Anda tertawa terbahak-bahak selama menjajalnya. Sebuah lelucon besar.

Kualitas visualisasi yang buruk, desain karakter dan dunia yang memunculkan kesan bahwa game ini baru memasuki tahap awal pengembangan, voice acts yang datar, dan musik yang terdengar seperti kaset rusak mungkin cukup untuk membuat banyak gamer mundur dan membuang game ini jauh-jauh. Namun bagi Anda yang terus memilih bertahan, Anda akan mendapatkan sebuah reward yang layak untuk diantisipasi – lelucon terbesar setelah game adaptasi film Fast and Furious: Showdown yang sempat dirilis oleh Activision beberapa bulan yang lalu. Bersiaplah untuk tertawa!

Lelucon Besar di Sisi Gameplay!

Kesan pertama yang buruk? Tunggu hingga Anda menjajal aspek gameplay-nya.
Kesan pertama yang buruk? Tunggu hingga Anda menjajal aspek gameplay-nya.

Secara kasat mata, Ride to Hell: Retribution sudah menawarkan kesan yang tidak menggugah sama sekali. Namun begitu Anda menjajal versi gamenya, maka Anda mungkin akan tertawa terbahak-bahak. Selamat datang di salah satu game lelucon terdahsyat yang pernah kami temui di industri game selama beberapa tahun terakhir ini. Satu-satunya game yang akan membuat game sekelas Aliens: Colonial Marines terlihat layak untuk dinikmati, atau setidaknya tandingan terberat Fast & Furious: Showdown sebagai calon game terburuk tahun 2013 ini.

Sejak awal permainan, dipadukan dengan kualitas visualisasi yang buruk, Anda sudah disuguhkan betapa aneh dan tidak menariknya sisi gaemplay yang ditawarkan oleh Ride to Hell: Retribution ini. Antisipasi bahwa Anda akan mendapatkan game sejenis dengan kualitas GTA IV: Lost and Damned seolah runtuh begitu saja. Deep Silver seolah tidak serius mengembangkan game yang satu ini atau terpaksa merilis Ride to Hell: Retribution dengan kualitas tak ubahnya sebuah game berada dalam masa beta test secara komersial. Ada begitu banyak yang salah dengan sisi gameplay yang ia tawarkan.

Sebagai pemimpin dari geng motor legendaris – Retribution, Jake menjadi serigala penyendiri yang ditakuti dengan satu tujuan – mencari dan membalaskan dendam kematian sang adik. Setidaknya konsep ini terdengar bagus, hingga Anda menjajal presentasi yang berusaha disuntikkan Deep Silver untuk mewakili plot yang satu ini. Berjalan sebagai sebuah game linear, ada tiga jenis gameplay yang bisa Anda temukan di game yang satu ini: balapan motor, fighting, dan shooting. Deep Silver tampaknya punya bakat untuk menghancurkan elemen apapun yang berusaha ditawarkan oleh Ride to Hell: Retribution. Ketiga jenis gameplay ini juga jatuh dalam kualitas yang tidak kalah buruk.

Mengendari motor besar di tengah padang gurun? Deep Silver justru membuat aspek gameplay Ride to Hell - Retribution yang satu ini tak ubahnya Mario Kart.
Mengendari motor besar di tengah padang gurun? Deep Silver justru membuat aspek gameplay Ride to Hell – Retribution yang satu ini tak ubahnya Mario Kart.
Bertarung di atas motor? Jangan berharap ada kebebasan aksi ala Road Rash. Anda hanya akan diminta menekan satu tombol berkali-kali. Sangat repetitif. Desain musuh yang ditawarkan juga serupa.
Bertarung di atas motor? Jangan berharap ada kebebasan aksi ala Road Rash. Anda hanya akan diminta menekan satu tombol berkali-kali. Sangat repetitif. Desain musuh yang ditawarkan juga serupa.

Mengendari motor gede sembari mengenakan jaket geng Retribution yang terlihat sangat, aspek gameplay balapan di Ride to Hell: Retribution harus diakui terlihat “cupu”. Mengendarai motor dalam mekanik sederhana dari satu titik ke titik lainnya, Anda akan menemukan desain jalur yang terhitung absurd. Seolah tengah menikmati game Mario Kart, Anda akan berhadapan dengan rintangan-rintangan tidak masuk akal seperti truk yang menghalangi jalan, papan triplek yang didesain sebagai pondasi untuk melompat, hingga berbagai penghalang jalan yang tidak punya fungsi apapun. Parahnya lagi, menabrak aau terhalang semua rintangan ini tidak akan memberikan konskuensi apapun. What’s the point? Deep Silver berusaha meramu aspek ini dengan menyuntikkan sedikit elemen aksi dengan memuat pertarungan di atas motor. Namun alih-alih bertemu dengan gameplay ala Road Rash yang memungkinkan Anda untuk melontarkan serangan senjata dan pukulan secara bebas, Ride to Hell: Retribution hadir dengan satu mekanik gameplay bodoh: meminta Anda menekan tombol yang sama berulang-ulang untuk mengatasi musuh yang menghadang. Dan BAM!, tanpa alasan yang jelas, motor musuh meledak. What the………………….

Seperti segerombolan gorilla yang bertarung - kombo sangat terbatas. Sistem pertarungan tangan kosong Ride to Hell - Retribution sangat tidak menarik.
Seperti segerombolan gorilla yang bertarung – kombo sangat terbatas. Sistem pertarungan tangan kosong Ride to Hell – Retribution sangat tidak menarik.
Menyuntikkan sisi sinematik tidak membuat game ini lebih baik.
Menyuntikkan sisi sinematik tidak membuat game ini lebih baik.

 

Oke, lupakan sementara aspek balap yang luar biasa hancur, kita meluncur ke aspek gameplay utama lainnya dari Ride to Hell: Retribution – pertarungan tangan kosong. Hasilnya? Tidak banyak berbeda. Melemparkan pertarungan tangan kosong dan kombo sederhana yang bisa dieksekusi dengan hanya menekan tombol serangan tiga atau empat kali, Deep Silver berusaha mempermanisnya dengan sedikit elemen counter attack ala  Batman: Arkham City. Seperti tengah menikmati sebuah game action kualitas rendah di zaman Playstation pertama dulu, tidak ada yang bekerja dengan baik di Ride to Hell: Retribution ini. Pertarungan tangan kosong ini tidak menggugah sama sekali, terlalu sederhana, bahkan lewat beberapa elemen sinematik yang berusaha ditawarkan di dalamnya. Berita lebih buruk? Anda akan bertemu dengan begitu banyak glitch yang bahkan membuat serangan tangan Anda tidak mengenai musuh hanya karena masalah jarak. Mendorong musuh ke titik tertentu, mereka akan berhenti bergerak dan terdiam melihat Anda. Another what the…….

Ada sedikit elemen shooting disuntikkan untuk menambahkan lompatan adrenalin. Hasilnya? Lebih banyak tawa!
Ada sedikit elemen shooting disuntikkan untuk menambahkan lompatan adrenalin. Hasilnya? Lebih banyak tawa!
Terdesak? Coba lakukan blind fire! Maka Anda melihat bagaimana Jake dengan bodohnya menembak kotak di depan mata dan bukannya mengarahkannya ke arah musuh. HAHAHAHAHA!
Terdesak? Coba lakukan blind fire! Maka Anda melihat bagaimana Jake dengan bodohnya menembak kotak di depan mata dan bukannya mengarahkannya ke arah musuh. HAHAHAHAHA!
Lihat betapa "pintarnya" AI ini? HAHAHAHAHAHA!
Lihat betapa “pintarnya” AI ini? HAHAHAHAHAHA!

Satu-satunya harapan kini terletak lewat sisi gameplay yang lain – shooting. Tidak hanya bertarung tangan kosong, sebagai veteran dari perang Vietnam, Jake memang juga lihai menggunakan senjata. Kehebatan dan efektivitas senjata kini tentu sangat bergantung pada kemampuan Anda sebagai gamer untuk menggunakannya, itupun jika Anda tertarik untuk menggunakannya. Recoil yang tidak masuk akal, kondisi Jake yang seolah tahan peluru, dan efektivitas peluru yang dipertanyakan membuat aspek yang satu ini bahkan jatuh ke dalam lubang yang lebih mematikan dibandingkan dua aspek gameplay yang lain. Hal ini diperparah dengan AI yang sangat tidak responsif. Beberapa musuh yang kami hadapi bahkan sekedar menatap kami dengan tatapan nanar, meminta kami untuk meluncurkan satu peluru ke kepala mereka.

Glitch terburuk yang pernah kami lihat. Tidak sengaja mati dan harus respawn dari awal level, kami menemukan level seperti ini. Semua desain elemen yang seharusnya menghiasi level ini lenyap begitu saja.
Glitch terburuk yang pernah kami lihat. Tidak sengaja mati dan harus respawn dari awal level, kami menemukan level seperti ini. Semua desain elemen yang seharusnya menghiasi level ini lenyap begitu saja.

Hancur di semua aspek gameplay, ada satu alasan ekstra yang membuat pengalaman Ride to Hell: Retribution kian hancur berantakan. Bagaimana mungkin mereka menghancurkan game ini lebih jauh? Jawabannya: Glitch. Seperti layaknya tengah menikmati sebuah game yang belum selesai, glitch di sebagian aspek gameplay yang ada benar-benar tidak bisa ditolerir. Separah apa? Di salah satu level awal pertama, ketika kami terpaksa mengulang level dari awal lagi tanpa alasan yang jelas, kami menemukan semua elemen di dalam desain level hilang begitu saja. Yang kami temukan? Sebuah lapangan kosong tak berisi apapun. WE HAD ENOUGH WITH THIS GAME!

Pages: 1 2 3
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…
July 3, 2024 - 0

Review Wuthering Waves: Penuh Pasang dan Surut!

Apa yang ditawarkan oleh Wuthering Waves? Mengapa kami menyebutnya sebagai…
June 28, 2024 - 0

Impresi Zenless Zone Zero (Build Terbaru): Lebih Cepat, Lebih Ketat!

Kami berkesempatan menjajal build terbaru Zenless Zone Zero. Apakah kami…

PlayStation

December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…
November 13, 2024 - 0

Review Dragon Age – The Veilguard: Seru Tanggung karena Canggung!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dragon Age: The Veilguard ini?…
November 1, 2024 - 0

Preview Dragon Quest III HD-2D Remake: Sebuah Mesin Waktu!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Dragon Quest III HD-2D Remake?…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…