Review Splinter Cell – Blacklist: Memenuhi Antisipasi Fans!
Mode Multiplayer yang Esensial

Popularitas yang berhasil dibangun oleh Splinter Cell sebagai franchise memang berakar pada kemampuannya untuk menawarkan mode solo campaign dengan jalinan plot sinematik ala Hollywood yang luar biasa. Walaupun Splinter Cell: Blacklist tetap menawarkan pesona tersebut, namun optimalisasi pengalaman justru terletak pada mode multiplayer online yang ia tawarkan, terutama di sisi kooperatif.
Kembalinya mode Spy VS Mercs menjadi pembuka yang manis untuk Splinter Cell: Blacklist. Mode klasik ini memang menawarkan pengalaman multiplayer yang kompetitif, namun di sisi yang lain, tetap meminta Anda untuk berpikir strategis dan membangun kerjasama yang erat dengan teman satu tim Anda. Ketika berperan sebagai Spy, misi Anda terhitung sederhana.


Meretas setiap objektif yang ada dan kemudian mencari tempat bersembunyi terbaik agar tidak dapat terlihat oleh para Mercs yang memburu Anda. Kegelapan akan menjadi teman terbaik Anda, sekaligus juga kebutuhan untuk menguasai medan pertarungan. Ketika berperan sebagai Mercs, Anda akan langsung disuguhi dengan sudut pandang first person dengan satu misi utama: mencegah Spy meretas objektif yang ada. Gameplay yang ditawarkan terhitung seimbang. Spy yang memang tidak memiliki senjata berat sama sekali akan disuguhkan dengan medan penuh area gelap untuk bertahan hidup dan melemparkan serangan balik.
Namun bukan mode kompetitif yang menarik dari fitur online multiplayer yang ditawarkan oleh Blacklist, melainkan mode kooperatifnya. Menyelesaikan sebuah misi bersama dengan gamer lain tentu menghasilkan pengalaman yang jauh lebih berbeda: tidak hanya membuatnya lebih mudah, tetapi juga membuat Anda dapat mengakses beberapa area yang tidak bisa dicapai dengan hanya bermain secara solo. Beberapa side mission, seperti milik Briggs bahkan hanya bisa diakses dengan mode multiplayer kooperatif. Diceritakan dalam bentuk plot berkesinambungan dan melengkapi celah cerita yang ditawarkan solo campaign, side mission Briggs ini terhitung esensial. Menariknya lagi, pengalaman gameplay yang ia tawarkan bahkan lebih beragam, kaya, dan lebih baik daripada mode solo campaign-nya sendiri. Setidaknya cukup untuk menyita waktu kami lebih banyak.

|
|

Walaupun demikian ada beberapa catatan, atau boleh terbilang kekurangan yang pantas untuk diperhatikan dari mode kooperatif online ini. Fakta bahwa Anda akan menempuh misi bersama dengan user misterius lain yang tidak Anda kenal tentu saja mengharuskan Anda untuk membangun komunikasi yang tepat, setidaknya memastikan diri Anda dapat bekerja sama dengan baik. Sayangnya, Ubisoft menawarkan media komunikasi yang sangat terbatas untuk menunjang hal ini. Hanya ada dua cara untuk berkomunikasi dengan teman Anda: text-based atau mic. Text-based tentu saja bukan formula yang tepat untuk memutuskan aksi bersama dengan cepat, dan mic bukanlah peripheral wajib seorang gamer. Hasilnya? Anda akan lebih sering bertemu dengan gamer lain yang cenderung “bisu” tanpa bisa mengkoordinasikan langkah yang Anda inginkan.
Beberapa kekurangan lain? Fakta bahwa pengalaman Anda akan sangat ditentukan oleh seberapa baik teammate yang dipilihkah Ubisoft secara random mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Akan menjadi sia-sia jika Anda berusaha bermain stealth secara konsisten jika gamer lain yang Anda temui ternyata melihat Blacklist tak ubahnya seri Call of Duty yang lain. Hasilnya? Anda akan secara konsisten menjalani perang terbuka. Kami juga sempat menemukan beberapa bug fatal yang membuat Anda tidak bisa melanjutkan side mission yang ada.
Kesimpulan

Memenuhi kebutuhan para fans inti maupun baru Splinter Cell tampaknya menjadi kalimat yang tepat untuk menggambarkan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan oleh Blacklist ini. Di satu sisi, ia menawarkan mekanik gameplay ala Conviction yang cukup kentara untuk membuka lebih banyak alternatif gaya permainan. Sementara di sisi yang lain, suntikan side mission yang memaksa Anda untuk bermain secara stealth seolah menjadi obat rindu bagi para pencinta seri lawas Splinter Cell yang mungkin melihat franchise kian melenceng dari identitas utamanya. Visualisasi sinematik yang apik, kehadiran side mission dan kustomisasi, serta mode multiplayer kooperatif yang luar biasa menjadi alasan ekstra untuk menjajal seri yang satu ini.
Walaupun demikian ada beberapa catatan kekurangan yang pantas untuk diperhatikan. Kami pribadi sendiri tidak terlalu berkeberatan dengan fakta bahwa voice acts ikonik Sam Fisher kini telah berganti. Voice acts yang ditawarkan masih tetap sama baiknya. Namun fakta bahwa pengalaman side mission jauh lebih menantang dan mengguggah daripada mode singleplayer-nya tentu saja menjadi pukulan tersendiri. Plot klise ala Hollywood juga menjadi kekurangan tersendiri. Splinter Cell sebenarnya memuat potensi untuk kembali dilahirkan dalam sebuah alunan cerita yang lebih dalam, tidak hanya sekedar menjual aksi patriotik yang membuat Amerika terlihat kian imbalance.
Namun terlepas dari semua kekurangan tersebut, Splinter Cell: Blacklist mampu memosisikan dirinya sebagai sebuah seri yang pantas untuk dijajal, baik bagi Anda yang mencintai seri Conviction atau seri awalyang lebih menantang. Ada cita rasa yang lebih sempurna lewat serangkaian fitur baru yang ia tawarkan, termasuk mode multiplayer yang ada.
Kelebihan

- Desain setting penuh detail
- Fitur kustomisasi
- Mode multiplayer kooperatif dan kompetitif yang kaya
- Visualisasi sinematik
- Kebebasan gaya gameplay
Kekurangan

- Beberapa bug yang fatal
- Media komunikasi mode multiplayer yang terbatas
- Plot super klise
Cocok untuk gamer: pencinta seri baru dan klasik Splinter Cell, penggemar stealth action.
Tidak cocok untuk gamer: pencinta game action yang lebih terbuka, tidak sabaran.