Review Puppeteer: Petualangan Epik di Panggung Boneka!
Kesalahan Terbesar Kami: Memainkan Rayman Legends Lebih Dulu!

Entah sebuah kesalahan besar atau blessing in disguise, fakta bahwa kami memainkan Rayman Legends sebelum menjajal Puppeteer memang harus diakui meninggalkan kontradiksi tersendiri. Hampir tidak mungkin bagi kami untuk tidak membandingkan keduanya, apalagi mengingat kedua game ini merupakan game-game platformer yang paling dinantikan di tahun 2013 ini. Kesamaan mekanik gameplay secara dasar ternyata menawarkan pesona yang berbeda. Namun sayangnya, membuat Puppeteer terlihat tidak terlalu istimewa.
Keunikan tema, visualisasi, dan gaya bermain yang lambat dan penuh kehati-hatian yang ditawarkan Puppeteer memang menjadi nilai jual tersendiri. Apalagi dengan narasi yang kuat. Namun sayangnya, ia tidak mampu menawarkan mekanik gameplay menyenangkan yang akan terus mendorong Anda terus menjelajahi game ini berulang kali, terus menerus, dan tetap terpesona. Keindahan warna, kecepatan bermain, dan begitu banyak elemen yang terasa seperti reward yang diterapkan Ubisoft di Rayman Legends terbukti sebagai formula yang jauh lebih efektif untuk menjual sebuah game platformer. Dunia yang ditawarkan oleh Puppeteer terasa lebih kering, dangkal, dan kurang menggugah terlepas dari keunikan tema panggung boneka yang ada.
Ada sensasi yang kurang di sana dengan varian gaya gameplay yang begitu minim. Melompat, memukul, melawan boss, dan melewati serangkaian rintangan dengan Calibrus, Anda akan mengulang rutinitas ini terus-menerus di Puppeteer. Berpotensi membuat Anda bosan. Tapi bukankah hal yang sama juga terjadi di Rayman Legends? Lingkungan yang dinamis, visual effect, dunia yang lebih cerah, kecepatan gameplay, dan kebebasan untuk memilih level yang Anda inginkan membuat Rayman lebih menarik.
Lantas pengaruhnya pada review ini? Jika membicarakan skenario yang bisa terjadi, kami mungkin akan secara terbuka memberikan nilai yang sempurna bagi Puppeteer jika Rayman Legends tidak pernah hadir. Di tengah kerinduan yang menggebu-gebu untuk menjajal sebuah game platformer, Puppeteer memang menawarkan kualitas sebuah game platformer yang mumpuni. Namun skenarionya terbalik, kami memainkan Rayman Legends terlebih dahulu, kami membangun sebuah standar game platformer yang sulit untuk ditaklukkan, kami terlibat jauh dengan kesempurnaan yang ditawarkan oleh game andalan Ubisoft tersebut. Ini menjadi skenario yang lebih sulit. Di sisi gameplay. terlepas dari keunikan yang ia tawarkan, Anda tidak akan menemukan momen yang akan membuat Anda berdecak kagum.
Kesimpulan

Indah, memesona, dan unik, ketiga kata ini menjadi kesan yang paling tepat untuk menggambarkan apa yang tengah ditawarkan oleh game eksklusif Playstation 3 – Puppeteer ini. Indah dan memesona karena Sony berhasil menerapkan sebuah konsep dunia yang unik lewat cerita panggung boneka dan mengeksekusinya dengan sempurna. Desain karakter, narasi, voice acts, tata cahaya, suara di latar belakang, hingga animasi perpindahan panggung menjadi nilai jual yang membuat Puppeteer tidak hanya berbeda, tetapi juga memesona. Unik karena gameplay yang berbeda, apalagi kehadiran Calibrus dan sistem kepala yang ada, dengan ekstra kemampuan lain yang dapat dimanfaatkan secara strategis. Kehadiran QTE di beberapa event pertempuran boss juga membuat Puppeteer terlihat menawan.
Sayangnya, ada beberapa catatan yang harus diperhatikan Sony terkait Puppeteer ini. Potensi yang hilang begitu saja dari sistem ganti kepala yang tidak berpengaruh langsung pada performa Kutaro tentu saja sangat disayangkan. Narasi yang terlalu bertele-tele bisa membuat gamer yang mudah bosan menyerah di tengah jalan. Terlepas dari kesannya yang terlihat seperti game anak-anak, Puppeteer juga mudah membuat frustrasi karena sistem checkpoint yang tidak bersahabat. Tidak sengaja tewas, Anda harus menempuh kembali perjalanan cukup jauh dari posisi terakhir Anda tewas.
Walaupun terlepas dari semua kekurangan tersebut, Puppeteer harus diakui masih bisa dikategorikan sebagai salah satu game platformer yang paling unik dan menarik. Menjalani petualangan di dalam sebuah panggung boneka dengan atmosfer yang kuat? Ada tantangan dan sensasi tersendiri menjalaninya, terutama di sisi kosmetik. Di sisi gameplay? Sayangnya, tidak terlalu istimewa.
Kelebihan

- Desain dunia yang indah
- Gaya gameplay yang terhitung unik untuk sebuah game platformer
- Plot ala dongeng yang menawan
- Animasi gerak kain yang begitu halus ketika digunting dengan Calibrus
- Desain kepala yang cukup absurd
- Voice acts dan narasi yang “hidup”
Kekurangan

- Potensi fitur kepala yang tidak memberikan efek khusus apapun
- Gameplay yang cenderung berulang, rentan terasa monoton
- Narasi yang kadang terlalu panjang dan bertele-tele
- Voice acts yang mungkin akan terasa mengganggu ketika Anda terus mendengarkannya
- Sistem checkpoint yang tidak bersahabat
Cocok untuk gamer: pencinta genre platformer, pencinta game action 2D
Tidak cocok untuk gamer: yang mudah bosan, game dengan tema yang terlalu “anak-anak”