Review Knack: Bukan Game Anak-Anak!
Bukan Game Anak-Anak!

Seperti sebuah film Pixar dan Disney, kesan yang satu ini mungkin akan langsung terbesit di pikiran setiap gamer yang menjajal Knack untuk pertama kali. Secara visual, atmosfer kartun yang ia tawarkan memang terasa kentara dan selalu membawa Anda pada ilusi, bahwa game ini memang didesain oleh Sony Jepang untuk menargetkan anak-anak sebagai pasar utama. Ia seolah menjadi alternatif pilihan bagi gamer berada di bawah umur yang tidak bisa mencicipi game-game rilis perdana seperti Killzone: Shadow Fall yang memang ditargetkan untuk gamer yang lebih dewasa. Namun tak ubahnya peribahasa untuk tidak menilai buku dari sekedar sampulnya, Knack sama sekali bukanlah sebuah game yang didesain untuk pasar anak-anak. Ia menawarkan tingkat keseriusan yang justru akan memuaskan hasrat gamer klasik di masa lalu.
Terlepas dari tampilan visual yang ada, Knack adalah sebuah game action hack and slash yang serius. Seperti sebagian besar game yang hadir dengan sistem seperti ini, tujuan Anda tetaplah sederhana, bergerak menuju ke titik selanjutnya, sembari menghancurkan setiap musuh yang menghadang. Setiap musuh akan menempati area tertentu, dan harus Anda tundukkan sebelum bisa bergerak ke area selanjutnya. Kemampuan Knack sendiri sangat terbatas. Ia hanya memiliki empat macam gerakan standar untuk bertarung: menyerang dengan pukulan, melompat, menghindar dengan dash, dan tentu saja kemampuan untuk mengeluarkan serangan spesial. Untuk yang terakhir ini, dengan mengumpulkan cukup power dari kristal kuning bernama Sunstone di sepanjang level, Knack bisa mengeluarkan tiga jenis serangan besar: melakukan shockwave, tornado, dan serangan jarak jauh untuk menghancurkan musuh yang mereka temui secara instan.


Terdengar seperti sebuah game hack and slash standar? Tunggu dulu, Knack menawarkan keunikan tersendiri, terutama di sisi desain. Sebagai sebuah makhluk misterius yang hidup dari kepingan bernama Relic yang tersebar di sepanjang level, Knack dapat menyerap setiap dari mereka. Setiap relic yang Anda dapatkan tidak hanya memulihkan health Anda, tetapi juga membuat Knack sedikit bertambah besar. Semakin besar, semakin alot, dan semakin kuat pula setiap pukulan yang ia lontarkan. Di beberapa level, Knack juga mampu menyerap beragam elemen lain di luar relic, seperti kristal bening, kayu, es, atau bahkan besi yang memberikan sedikit variasi bagaimana Anda harus menangani setiap level yang ada. Setiap elemen ekstra ini akan membuat Knack tampil lebih kuat secara fisik dan mampu melemparkan damage yang jauh lebih destruktif. Namun sayang seribu sayang, konsep relic ini ternyata sangat ter-script oleh gamenya sendiri. Jika Anda berharap Anda bisa mengumpulkan semua relic dalam map dan tumbuh besar secara bebas untuk membuat level Anda lebih mudah untuk dijalani, Anda tampaknya harus kecewa. Setiap pertumbuhan ukuran Knack yang signifikan semuanya diatur oleh script yang ada, dan disesuaikan dengan cerita yang tengah berjalan. Sangat disayangkan. Game ini akan jauh lebih memesona jika ukuran Knack sendiri akan sangat ditentukan oleh seberapa giat atau teledor Anda memainkan game ini sendiri.




Lantas apa yang membuat kami menyebut Knack bukanlah sebuah game anak-anak, terlepas dari tampilan visualnya yang mungkin mengindikasikan hal tersebut? Tenang saja, kita tidak tengah membicarakan konten sugestif eksplisit seperti ketelanjangan atau brutalitas penuh darah. Kesimpulan ini diambil jika bercermin dari tingkat kesulitan yang ditawarkan oleh Knack itu sendiri. Seperti membawa Anda, terutama yang sudah menikmati video game sejak zaman NES, bernostalgia. Yang membedakan keberhasilan dan kegagalan Anda untuk menyelesaikan setiap chapter hanyalah dua pukulan saja. Benar sekali, Anda bisa hancur dengan satu atau dua kali pukulan, tanpa ampun. Dengan level yang terus melompat dari satu pertarungan ke pertarungan yang lain, game ini memang didesain untuk memaksa Anda menerima damage seminimal mungkin atau bahkan menihilkannya ketika bertarung. Sebuah mekanisme yang akan membuat Anda seringkali kembali ke titik checkpoint tertentu dan berteriak penuh rasa frustrasi. Game anak kecil? Jika berkaca dari pengalaman kami, anak kecil akan kesulitan menikmati game yang satu ini.

Karena tingkat kesulitan inilah, Knack menawarkan sebuah daya tarik unik untuk genre yang selama ini diidentikkan dengan button mashing, dimana Anda bisa menyelesaikan banyak pertarungan dengan hanya sekedar asal menekan tombol. Dengan nyawa Anda yang bisa dihabisi dengan satu atau dua pukulan saja, akan menjadi lebih rasional untuk bermain dengan penuh kehati-hatian dan strategi, apalagi ketika Anda bertemu dengan varian musuh yang banyak dalam satu wilayah. Alih-alih bergerak frontal dan langsung menyerang membabi buta, Knack mengandalkan timing dan counter-attack. Menghindar ketika musuh menyerang, dan masuk menyerang ketika pertahanan mereka terbuka. Hal ini mungkin terasa sangat sulit di awal-awal permainan. Namun seiring perjalanan, dengan gaya bertarung varian musuh yang sudah Anda kenali, Knack tidak akan lagi terlihat sebagai sebuah game yang mustahil untuk diselesaikan.
Memaksakan Replayability

Ini mungkin menjadi salah satu sumber frustrasi kami, di luar tingkat kesulitan yang memang terhitung tidak bersahabat di chapter-chapter awal permainan. Knack menawarkan sistem collectibles yang sayangnya, sangat memaksa gamer untuk terus memainkan game yang satu ini, berulang ulang. Apa pasal? Menemukan chest yang memberikan power up atau serangkaian skill memang bukan lagi pemandangan yang asing di sebuah game hack and slash. Namun menyuntikkan sistem random di dalamnya? Ini menjadi catatan tersendiri, dan untuk pertama kalinya diterapkan oleh Knack. Kita tidak hanya menemukan serangkaian parts yang bisa dirakit menjadi item dan menghasilkan efek khusus untuk pertarungan Knack, tetapi juga beragam varian crystal yang jika dikumpulkan dalam jumlah tertentu, akan memungkinkan Anda untuk menggunakan varian Knack dengan ekstra kekuatan dan kelemahan saat memainkan game ini kembali.

Karena sifatnya yang acak, Anda tidak pernah tahu apa yang akan bisa Anda dapatkan dari setiap chest rahasia yang Anda temukan di Knack. Bisa jadi, setelah mendapatkan semua chest yang ada, Anda justru mendapatkan rangkaian item acak yang belum bisa memenuhi syarat agar Anda bisa mengakses mode atau wujud Knack tertentu. Hasilnya? Anda harus memainkan ulang game ini, membuka kembali semua chest, dan berharap agar setiap isinya kali ini akan berbeda dibandingkan dengan item yang sudah Anda dapatkan di permainan Anda sebelumnya. Kami sendiri bahkan tidak mendapatkan crystal sama sekali di permainan pertama kami, dan lebih banyak disuguhi oleh parts item. Penasaran setelah membaca list trophy, kami pun mengandalkan Google untuk mencari jawaban akan apa yang sebenarnya harus kami tempuh supaya bisa mengakses mode Knack yang lain. Hasilnya? Tidak sedikit jawaban yang mendorong untuk melakukan proses restart level setiap kali Anda gagal mendapatkan item crystal yang Anda inginkan. Apalagi tipe Diamond yang begitu jarang.
Proses ini mungkin terasa cukup mendorong Anda – para pemburu Achievements untuk terus memainkan game ini berulang-ulang dan akhirnya, menjajal serangkaian variasi Knack yang ada. Namun untuk gamer yang memiliki waktu sangat terbatas, replay value seperti ini terasa sangat dipaksakan.