Review The Last of Us – Left Behind: Bermain dengan Emosi!
Ellie Bukanlah Joel!

Ini mungkin menjadi judul chapter yang terdengar sedikit aneh, namun kesan inilah yang mengalir kuat ketika Anda memainkan Left Behind. Mengapa? Sebagai DLC yang memang berfokus pada sosok Ellie dan menjadikannya sebagai satu-satunya karakter yang Anda gunakan di sini, Ellie bukanlah Joel ketika Anda mulai masuk ke dalam sisi aksi yang ada. Walaupun cerita masa lalu yang membahas hubungan antara Ellie dan Riley hampir tidak memiliki sisi aksi sama sekali, namun chapter dimana Ellie harus berjuang menyelamaktan Joel, Anda masih akan disuguhi dengan cita rasa original The Last of Us. Ini berarti, Anda harus bertempur melawan para Stalker, Clicker, dan tentu saja kelompok survivor brutal yang memang tengah mengincar sosok Joel. Di sinilah, cita rasa gaya bermain antara Joel dan Ellie terlihat jauh berbeda.
Sama seperti seri pertamanya, Ellie memang masih memiliki kemampuan untuk melakukan crafting untuk menghasilkan item esensial untuk membantu Anda mengatasi setiap ancaman yang ada. Namun tidak seperti Joel yang bisa dengan mudah mengambil senjata-senjata dari tanah, merombaknya menjjadi sesuatu yang lebih mematikan, dan membunuh siapapun dengan kekuatan serangan meleenya, Ellie membutuhkan pendekatan yang lebih stealth. Walaupun ia bersenjatakan pisau permanen yang tidak mudah rusak begitu saja, Ellie tidak bisa melawan dengan kekuatan fisik secara frontal, melawan para survivor, stalker, ataupun clicker. Oleh karena itu, pendekatan stealth menjadi sesuatu yang jauh lebih rasional.



Membunuh musuh dari belakang akan membuat perjalanan Anda menyelesaikan Left Behind jauh lebih minim resiko. Dengan menggunakan kemampuan pendengaran yang hampir sama tajamnya dengan yang dimiliki Joel, Anda bisa mengetahui titik lokasi musuh, arah mereka menghadap, dan tentu saja – kesempatan untuk menyayatkan pisau Anda dan menghabisi mereka satu per satu. Namun terkadang, menghindar dan sekedar bergerak ke jalan utama terkadang menjadi pilihan yang lebih rasional. Jika terdesak, Anda tetap punya opsi untuk mengeluarkan semua jenis senjata cadangan Anda, dari pistol hingga busur-panah, dan mulai bertarung secara frontal. Namun satu yang pasti, Anda tidak bisa menyerang secara frontal dengan serangan melee. Kecuali Anda memang ingin melihat animasi Ellie yang tewas dengan mengerikan.


The Last of Us – Left Behind juga hadir dengan beberapa puzzle yang tidak butuh banyak berpikir. Dengan sedikit eksperimen dan observasi yang tajam, tidak sulit untuk menentukan apa yang harus Anda lakukan.
Bermain-main Dengan Emosi Anda

Game ini tidak akan berhak memuat nama “The Last of Us” jika ia tidak memuat konten cerita yang cukup kuat untuk membuat Anda berdecak kagum, sekaligus merasakan pengalaman emosional yang luar biasa. Dan untuk kedua kalinya, Naughty Dog berhasil melakukan tugas tersebut dengan sangat baik. Keberanian untuk membawa cerita ini ke masa lalu dan menjadikan hubungan antara Ellie – Riley sebagai fokus utama, dengan pendekatan yang sangat berbeda dibandingkan dengan interaksi dengan Joel, benar-benar menghasilkan pengalaman yang luar biasa, dan berani. The Last of Us – Left Behind hadir dengan sebuah konsep cerita yang belum pernah diekspos oleh developer lainnya dan mengeksekusi hal tersebut dengan sempurna: sebuah kehidupan remaja.
Berapa banyak game, terutama yang sudah pernah Anda mainkan, yang benar-benar merepresentasikan interaksi dua remaja wanita yang normal dan berakar pada realitas? Dua orang remaja yang saling berhsabat untuk waktu yang cukup lama, yang harus hidup dalam fakta bahwa mereka bisa saja tewas kapanpun mereka lengah, namun di saat yang sama, berjuang untuk hidup sebagai “remaja normal”, untuk sedikit bersenang-senang di sebuah dunia yang bahkan mulai kehilangan harapan. Interaksi inilah yang tercemin kuat antara Riley dan Ellie. Anda akan menemukan alasan yang kuat mengapa Ellie melihat Riley sebagai salah satu orang terpenting dalam hidupnya, sebelum ia bertemu dengan Joel, tentunya.




Anda bisa merasakan kedekatan ini lewat serangkaian aktivitas keduanya yang dibangun dengan sangat manis oleh Naughty Dog. Tidak seperti Joel yang penuh aksi, brutalitas, dan darah, Riley dan Ellie menjalani sebuah “petualangan” kecil sebagai seorang remaja. Anda akan disuguhkan dengan begitu banyak “misi menyenangkan” melawan Riley, dari sekedar berlomba melempar bata untuk menghancurkan kaca mobil, berperang dengan senapan air, sekedar mendengarkan musik, dan berdansa. Anda bisa melihat, bahwa terlepas dari perbedaan mereka, Riley menjadikan Ellie sebagai prioritas dalam hidupnya, dan begitu juga dengan Ellie. Keduanya begitu bahagia di sebuah dunia tanpa harapan, saling melindungi dan menyayangi. Dan satu kejadian kecil di dalam cerita ini akan membuat Anda memahami seberapa penting artinya Riley bagi Ellie, sekaligus memancing tanda tanya lebih besar di saat yang sama.


Semua momen bahagia ini akan senantiasa membuat Anda tersenyum dan ikut bahagia melihat bahwa Ellie, salah satu karakter yang memiliki keterikatan emosional yang kuat dengan Anda, ternyata pernah merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Riley bahkan mengajarkan beberapa hal yang dilakukan Ellie kepada Joel, seperti membacakan buku lelucon, misalnya. Namun di sisi lain, semakin bahagia perasaan Anda, semakin rentan pula emosi Anda akan jatuh. Karena Anda mengerti dan memahami, sejak awal, bahwa tidak ada akhir yang bahagia untuk keduanya. Dan The Last of Us – Left Behind memainkan dilema tersebut dengan sangat baik.