Microsoft: Menjadi Fanboy Konsol atau PC itu Tidak Sehat!

Fanboyism, adalah salah satu fenomena yang cukup memancing banyak tanda tanya, namun secara faktual terjadi di lapangan. Konsumen entah karena alasan psikologis apa, membangun keterikatan emosional yang sangat kuat dengan brand-brand tertentu dan menjadikannya sebagai bagian dari identitas diri. Buruknya lagi? Sikap ini juga diikuti dengan membenci, menghina, atau bahkan berusaha merusak image brand kompetitor yang bergerak di pasar yang sama. Fanboy juga menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari pertarungan “panas” di industri game, antara beragam platform gaming yang ada. Situasi yang menurut petinggi Microsoft – Phil Spencer sangat tidak sehat.
Dalam wawancara terbarunya di ajang SXSW 2014, Phil Spencer membahas bebearpa isu penting terkait Xbox One, termasuk franchise eksklusif Microsoft dan kontroversi Kinect. Menarik lagi? Spencer secara spesifik juga membicarakan isu fanboy yang memang memanas berkat kehadiran Playstation 4 dan Xbox One yang memang sudah lama diantisipasi. Spencer menyebut fanboy sebagai sesuatu yang tidak sehat. Ia mengakui bahwa kompetisi adalah sebuah keharusan, namun Microsoft sendiri sangat menghargai semua orang yang berkecimpung di belakang Sony, Valve, dan juga Nintendo. Karena pada dasarnya, semua perusahaan ini memiliki satu misi yang sama – menciptakan sebuah bentuk media hiburan yang lebih mumpuni.

Oleh karena itu, Spencer tidak bisa mengerti mengapa fanboy bisa tercipta. Ia mengaku bahwa ia sangat mencintai fans-fans Xbox 360 dan Xbox One. Walaupun demikian, ia menegaskan bahwa mencintai produk Xbox bukan berarti tidak bisa mencintai produk gaming yang lain atau bahkan membenci mereka tanpa alasan yang jelas. Spencer mengaku ia sendiri membeli dan memiliki Playstation 4 dan Nintendo Wii, dan sangat menikmatinya sebagai produk gaming sekaligus belajar banyak dari apa yang ditawarkan Sony dan Nintendo di dalam kedua mesin ini.
Harus diakui, logika yang disebutkan oleh Spencer ini memang tepat sasaran, setidaknya menangkap fenomena fanboyism yang seolah tidak pernah lekang dimakan masa. Lantas bagaimana menurut Anda sendiri? Apa yang menurut Anda alasan paling logis sehingga seorang gamer menjadi fanboy “kelas berat”, terutama di Indonesia? Atau jangan-jangan Anda termasuk salah satu di dalamnya? Feel free to share your opinion..