Review Plants vs Zombies – Garden Warfare: Sekedar Bersenang-Senang!
Sekedar Fun
Sebuah game yang berbasis pada pengalaman multiplayer saja, konsep yang satu ini tampaknya tengah menjadi tren baru di industri game. Lebih berfokus pada pertempuran epik yang terjadi lewat interaksi antara pemain secara real-time, formula yang satu ini terbukti berhasil melambungkan nama Titanfall sebagai IP baru dengan tingkat popularitas dan performa penjualan yang cukup fantastis di bulan-bulan awal 2014 ini. Ia juga menjadi ujung tombak bagi game berbasis sama – Evolve yang juga berhasil menyandang segudang penghargaan, termasuk game terbaik di event raksasa E3 2014 kemarin dan menjadi salah satu game yang cukup diantisipasi di tahun ini. Namun pertanyaannya kini, mampukah formula yang sama menjadi identitas yang pas bagi “bentuk baru” Plants vs Zombies ini? Jika yang Anda cari adalah sebuah game yang sekedar menawarkan pengalaman yang menyenangkan, Garden Warfare akan memberikan dosis tersebut lebih dari cukup.
Seperti sebagian besar game berbasis multiplayer yang lain, pertempuran tentu saja berjalan antara dua kubu yang bertikai, terlepas dari jelas atau tidaknya latar belakang atau alasan yang mendasari pertikaian ini. Di Garden Warfare, Anda akan bisa berperan sebagai Plants maupun Zombies, yang masing-masing darinya menawarkan diversifikasi kelas yang secara otomatis menyematkan peran yang unik dalam pertempuran. Namun berbeda dengan Battlefield atau Titanfall yang menawarkan variasi kelas yang serupa terlepas dari kubu apapun yang anda pilih, Garden Warfare memastikan bahwa gaya bermain Anda ketika berperan sebagai Zombie maupun Plants adalah dua pengalaman yang berbebda. Dan hal inilah yang membuat Garden Warfare tampil menarik.
Alih-alih tampil sebagai kelas sama yang hanya berbeda skin, baik Plants maupun Zombies memperlihatkan dengan jelas bahwa mereka adalah dua entitas berbeda dengan daya tarik yang unik. Kelas yang ditawarkan masing-masing kubu ini berbeda dengan kubu yang lain, menuntut adaptasi gaya bermain yang berbeda pula. Sebagai contoh? Pasukan terdepan Plants – Peashooter dan Zombies – Foot Soldier, terlepas dari peran utama untuk mendobrak baris pertahanan musuh, harus dimainkan dengan dua gaya yang berbeda. Foot Soldiers yang bersenjatakan machine gun menawarkan efek serangan lebih cepat dan mobilitas yang lebih tinggi, sementara Peashooter mengandalkan kemampuan splash damage dengan tingkat kerusakan yang lebih besar. Belum lagi Plants memiliki Chomper – kelas berbasis melee yang mampu membunuh secara instan di jarak dekat, sesuatu yang tidak dimiliki oleh Zombies. Namun tenang saja, Zombies juga punya kelas Scientist yang mampu melakukan telepor untuk bergerak cepat dari satu tempat ke tempat lain atau sekedar menyelamatkan diri ketika dibutuhkan, sesuatu yang tidak dimiliki oleh Plants. Dua entitas berbeda, dua variasi kelas berbeda, dua gaya bermain yang juga berbeda.
Balancing yang mumpuni, tepuk tangan memang pantas diarahkan untuk PopCap sebagai developer. Karena terlepas dari variasi kelas dua kubu yang hadir dengan keunikan masing-masing, tiap-tiap kelas juga dipersenjatai dengan tiga buah skill berbeda yang dapat dipicu sesuka hati, dengan menjadikan cooldown sebagai satu-satunya penghambat. Dengan diversifikasi inilah, pondasi multiplayer Garden Warfare terbentuk secara otomatis dan berjalan solid. Satu-satunya cara untuk memenangkan pertempuran melawan kubu lain hanyalah memastikan bahwa kerjasama berjalan mumpuni antara beragam kelas yang dipilih dan tentu saja – mengabaikan ego.
Mengapa? Karena pada akhirnya, sinergi kekuatan yang berbeda-berbeda inilah yang akan menjadi kunci kemenangan terbaik. Kubu Plants yang tampil begitu agresif dengan hanya bertumpu pada Peashooter atau Cactus akan hancur berantakan jika tidak ada sang Sunflower – si healer yang harus sigap memberikan support di lini belakang. Zombies yang berfokus pada gelombang serang yang intensif juga akan berantakan jika tanpa Engineer misalnya, sebagai satu-satunya kunci untuk memastikan flow serangan bertahan konsisten via portal yang ia bangun. Berperan sesuai tugasnya masing-masing menjadi sesuatu yang sangat esensial di sini. Atau Anda malas bermain secara aktif? Anda bisa mengakses Boss mode ala Commander Mode di Battlefield dan berperan sebagai komandan yang meluncurkan serangkaian bala bantuan ke dalam medan pertempuran.
Satu hal yang unik, terlepas dari beragam kelas standar yang bisa diusung, PvZ: Garden Warfare juga menawarkan variasi kelas yang juga diperkuat dengan elemen tertentu, seperti racun, api, atau es untuk memberikan sedikit variasi dalam pertempuran. Mengusung gaya bermain dan serangan ala kelas standarnya, kelas elemen yang juga mendapatkan nama berbeda ini, biasanya mengusung kemampuan ekstra dari sekedar serangan fisik. Elemen seperti api atau racun akan memberikan efek damage, sementara es, seperti game-game RPG biasanya, membuat pergerakan sang objek serangan menjadi lambat atau bahkan beku. Namun sebagai kompensasi, damage yang ia hasilkan jauh lebih kecil daripada serangan yang dilontarkan oleh si kelas standar.
PvZ: Garden Warfare sendiri menawarkan beberapa mode permainan berbeda, yang terlepas dari nama yang ia usung, sebenarnya menyandang mekanik standar sebuah game multiplayer yang akan terasa familiar. Ada Team Vanquish, sebuah match ala Deathmatch yang akan menuntut Anda untuk saling “membasmi” satu sama lain hingga mencapai angka tertentu. Poin yang didapatkan akan dianulir jika musuh yang dibunuh ternyata dihidupkan kembali oleh temannya yang lain. Dari semua mode yang ada, pesona utama PvZ: Garden Warfare terletak pada mode Gardens & Graveyards yang sejauh ini, belum pernah gagal menawarkan gameplay yang berjalan epik dan intense, yang sangat bergantung pada kerjasama tim dan hasil yang sulit untuk diprediksi. Inti mekaniknya berbasis objektif, dimana Anda harus menangkap area secara beruntut hingga mencapai objektif akhir yang tampil bervariasi. Zombies menjadi tim penyerang, sementara Plants bertahan. Menariknya lagi? Mode ini selalu hadir dengan ending tersendiri yang cukup mengudang senyum, terlepas apakah tim Zombies berhasil atau gagal menyelesaikan semua objektif yang ada.
Sementara untuk Anda yang lebih senang dengan mode kooperatif, PvZ: Garden Warfare juga menyediakan kesempatan untuk menikmati hal tersebut. Misinya sendiri sangat sederhana, menuntut Anda untuk bertarung dan melindungi Taman utama Anda dari para Zombies yang datang dalam gelombang. Di beberapa titik gelombang tertentu, variasi Zombies yang muncul akan lebih kuat sesuai dengan hasil akhir slot machine yang berputar secara acak. Beberapa Zombies ikonik yang muncul di Plants vs Zombies klasik direka ulang, dengan gerakan unik yang kini menjadi kemampuan serang unik mereka masing-masing. Daripada bertempur habis-habisan melawan player yang lain, mode kooperatif ini memang terasa kurang intes dan menarik.
Lantas, dari semua yang ia tawarkan di atas, mengapa kami menyebut PvZ: Garden Warfare sebagai sebuah game yang sekedar fun? Karena pada dasarnya, untuk itulah yang ia ciptakan. Kita tidak hanya membicarakan desain dunia, karakter, atau gameplay-nya sendiri, tetapi fakta bahwa tidak ada elemen kompetitif yang kentara di sana.Tidak ada sistem recoil atau strategi jangka panjang yang harus Anda khawatirkan. Pertempuran berjalan cepat dan frontal, berusaha melemparkan serangan secepat dan seefektif mungkin, itu saja. Dengan semua elemen yang ia tawarkan, sangat jelas bahwa PvZ: Garden Warfare memang ditujukan untuk menawarkan pengalaman yang lebih cenderung sekedar menyenangkan, daripada kompetitif. Tidak ada beban, hanya tawa.
Berburu Item Acak
Berapa banyak dari Anda yang sudah muak mendengar kata “Micro-transaction” hingga saat ini? Terlepas dari fakta bahwa Anda membeli sebuah game dengan harga penuh, sang developer seolah tidak pernah merasa canggung untuk menyuntikkan sebuah mekanisme yang memungkinkan player dengan ekstra uang untuk mencapai progress yang Anda perjuangkan selama berbulan-bulan secara instan. Sistem ini memang juga diterapkan di PvZ: Garden Warfare, namun tidak sampai meninggalkan perasaan “tercurangi”. Kesempatan untuk membeli mata uang dalam game menggunakan uang nyata tidak berpengaruh besar pada jalannya pertempuran. Mengapa? Karena terlepas dari serangkaian item kosmetik yang bisa didapatkan, kesempatan untuk membuka karakter baru juga berjalan acak. Lagipula, Anda masih tetap bisa menikmati semua hal tersebut tanpa mengeluarkan uang sepeser pun.
Untuk setiap pertempuran yang Anda menangkan, Anda akan mendapatkan sejumlah uang koin perak sebagai reward. Fungsi utamanya? Tentu saja untuk memborong beragam sticker pack yang tersedia lewat menu toko di menu utama. Dengan harga yang bervariasi, setiap pack akan berisikan dua jenis item utama – variasi item kosmetik yang bisa digunakan oleh kelas yang berbeda-beda atau part-part terpisah yang butuh Anda lengkapi untuk membuka variasi karakter yang baru. Untuk Anda yang lebih mengejar karaker baru, PopCap juga menyediakan satu pack spesifik berharga lebih mahal untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut. Berita buruknya? Semua yang Anda dapatkan akan hadir dalam acak.
Terlepas menjamin micro-transaction yang lebih “adil”, random loot ini juga justru membuat PvZ: Garden Warfare kehilangan satu hal yang sebenarnya esensial di dalam sebuah game multiplayer, sense of purpose. Bersenang-senang dari satu medan pertempuran atau mode yang satu ke mode lainnya memang menyenangkan di awal Anda memainkannya, namun terasa kosong karena tidak ada yang benar-benar Anda kejar dan tuju selain jumlah uang koin perak di akhir pertempuran. Game seperti Battlefield atau Titanfall menawarkan tingkatan senjata yang bisa Anda buka ketika mencapai level kelas tertentu, sesuatu yang dilupakan PopCap di sini. Hasilnya? Ketika Anda begitu tertarik untuk menggunakan satu kelas unik yang baru, Anda tidak punya media untuk secara spesifik mengejar dan membuka kelas tersebut. Yang bisa Anda lakukan hanyalah dengan membeli lebih banyak pack berharga 40.000 koin silver secara terus-menerus, hingga ia menawarkan apa yang Anda inginkan. Sayang sekali.