GameFight: Destiny vs Borderlands The Pre-Sequel

Reading time:
October 30, 2014

Audio

Destiny_20140911012538Borderlands pre sequel fragrap jagatplay (20)

Audio, baik dari sekedar sound effect senjata, kejernihan dialog, hingga soundtrack yang mengalun di belakang aksi Anda yang penuh lompatan dan ledakan tentu saja menjadi salah satu elemen krusial yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Audio tidak pernah menjadi kekuatan utama Borderlands, di seri manapun. Anda mungkin akan bertemu dengan voice acts yang lebih hidup seperti Claptrap yang terus mengoceh tanpa arah dan Nisha yang mengumpat tanpa alasan yang jelas, namun sayangnya, tidak didukung dengan music yang membantu membangun atmosfer yang ada. Sementara di sisi lain, Destiny, walaupun di awal tidak terlalu berkesan, namun seiring dengan progress permainan, terutama ketika Anda mulai berhadapan dengan sumber segala masalah yang mengancam eksistensi bumi, Anda mulai akan disuguhkan dengan music-music epik yang keren. Pertempuran dengan sound effect senjata-senjata yang tidak kalah keren membuat perjalanan Anda setidaknya, sedikit terobati.

Destiny (2) vs Borderlands: The Pre-Sequel (3)

 

World Design

Destiny_20140912235258Borderlands pre sequel jagatplay (117)

Bertempur di luar angkasa, inilah kesamaan tema yang ditawarkan oleh Destiny dan Borderlands: The Pre-Sequel ini. Namun siapakah yang berhasil memvisualisasikan hal ini lebih baik? Jika berbicara soal ini, maka makhota kemenangan memang pantas diarahka kepada proyek racikan Bungie – Destiny. Tidak hanya berhasil menghadirkan kualitas tata cahaya dan detail lingkungan yang lebih baik, Destiny juga berhasil menciptakan identitas yang berbeda-beda untuk setiap planet yang Anda singgahi, termasuk bulan di dalamnya. Bersama dengan reruntuhan stasiun luar angkasa yang menjadi jejak tersisa peradaban manusia, Venus hadir dengan desain ala hutan hujan dengan dominasi warna hijau, Mars terasa gersang dan keras, dan bulan tetap sama misteriusnya, dengan Merkurius yang memungkinkan Anda untuk berhadapan langsung dengan matahari yang begitu masif. Sementara di sisi lain, Borderlands memang membawa Anda ke sebuah dunia yang berbeda dengan Pandora selama ini – Elpis. Sayangnya, bulan yang satu ini tidak hadir dengan desain yang cukup memorable. Anda mungkin akan bertemu dengan jurang-jurang besar dengan cairan lava yang mengalir di bawahnya, namun semua desain yang ia tawarkan terhitung “standar” untuk game-game yang mengambil tema luar angkasa. Untuk urusan yang satu ini, Destiny memimpin.

Destiny (3) vs Borderlands: The Pre-Sequel (3)

 

Epicness

Destiny_20140911212117Borderlands pre sequel jagatplay (49)

Apa yang mendefinisikan pengalaman yang epik di sebuah game FPS – RPG yang menjadikan pengalaman multiplayer sebagai fokus utama seperti ini? Tentu saja kesempatan untuk saling bahu-membahu melawan para monster-monster raksasa bengis yang terlihat mampu menundukkan Anda dengna mudah. Dengan mode Strike 4 orang dan Raid 6 orang yang butuh strategi untuk diselesaikan, di atas kertas, Destiny mungkin terdengar seperti game yang akan dengan mudah membuat Anda mencapai pengalaman ini.

Namun sayangnya, tidak selalu berakhir demikian. Semua misi Strike dan Raid ini, dengan update yang ada, justru terlihat memang sengaja dipersulit oleh Bungie. Boss dengan darah tebal yang memakan waktu lama untuk disakit, damage yang terlalu gila, pertempuran melawan monster-monster ini terasa seperti sebuah rutinitas, sebuah pekerjaan melelahkan yang akan membuat Anda tersenyum karena berakhir. Bukan karena Anda puas atau senang, tapi hanya lega ia sudah berakhir. Sementara di sisi lain, Borderlands hadir dengan pendekatan yang lebih rasional soal hal ini. Meningkatkan tingkat kesulitan sesuai dengan jumlah pemain yang ada, para Boss ini tidak terlihat mustahil untuk ditundukkan tanpa ada usaha untuk “dipersulit” menjadi sebuah pertempuran panjang. Selama Anda punya senjata yang cukup kuat, kerjasama yang solid, Anda akan bisa menyelesaikannya semuanya dengan cepat. Dengan kepastian bahwa loot yang Anda dapatkan adil dan selalu berbeda, kepuasan menjadi sesuatu yang pasti didapatkan. Apalagi dengan ekstra scene pengenalan setiap boss yang kocak. Jika harus berbicara soal pengalaman epic yang ditawarkan, Borderlands: The Pre-Sequel adalah jawaranya.

Destiny (3) vs Borderlands: The Pre-Sequel (4)

 

And The Winner is: Borderlands – The Pre-Sequel!

 destiny cover borderlands the pre-sequel cover

Dengan budget hingga USD 500 juta yang diklaim sebagai game termahal yang pernah dikembangkan sepanjang sejarah industri game, tentu sesuatu yang sangat rasional untuk mengharapkan sesuatu yang lebih dari Destiny. Namun konsep “Shared World Shooter” yang ia tawarkan justru tampil jauh lebih maksimal di Borderlands: The Pre-Sequel. Ia mungkin tidak hadir dengan visual, desain dunia, atau audio yang akan membuat Anda terpesona, namun Gearbox tahu betul apa itu definisi adiksi dan daya tarik dari game seperti ini. Jumlah loot yang lebih masif, pertempuran Boss yang tidak terkesan “dipersulit” hanya untuk memperpanjang waktu permainan, cerita dan karakter yang lebih berkesan, dunia open-world yang memang terbuka untuk dijelajahi, dunia yang terasa lebih hidup, dan fitur yang memang mendukung identitasnya sebagai game yang lebih cocok dimainkan secara multiplayer membuat Borderlands: The Pre-Sequel memenangkan pertempuran yang satu ini. Destiny mungkin akan terus berkembang, dengan update-update terbaru dan DLC yang sudah direncanakan di masa depan. Namun untuk sementara ini, di kondisinya saat artikel ini ditulis, ia masih menyisakan banyak persoalan yang membuatnya gagal menetapkan standar baru untuk sebuah game “Shared World Shooter”.

Jika Anda termasuk gamer yang pernah memainkan kedua game ini, jangan ragu untuk memberikan komentar jika Anda merasa bahwa penilaian di atas kurang objektif dan ada indikator yang dirasa tidak berimbang. Apalagi jika Anda termasuk gamer yang merasa bahwa Destiny tampil lebih baik daripada Borderlands: The Pre-Sequel. Tidak ada yang lebih menarik bagi seorang gamer selain bertukar sudut pandang ketika menikmati karya besar di industri ini. Feel free to comment and share your opinion!

Pages: 1 2
Load Comments

PC Games

January 20, 2023 - 0

Review A Space for the Unbound: Standar Tertinggi Game Indonesia Saat Ini!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh A Space for the Unbound?…
October 18, 2022 - 0

Review Uncharted Legacy of Thieves (PC): Drake Pindah Rumah!

Seperti apa performa dan fitur yang ditawarkan oleh Uncharted Legacy…
September 23, 2022 - 0

Review IMMORTALITY: Misteri Dalam Misteri Dalam Misteri!

Apa yang sebenarnya  ditawarkan oleh IMMORTALITY? Mengapa kami menyebutnya game…
August 19, 2022 - 0

Review Cult of the Lamb: Menyembah Setan Sambil Bertani!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Cult of the Lamb ini?…

PlayStation

March 15, 2023 - 0

Review Resident Evil Village (VR): Panik? Panik Lah!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Resident Evil Village dalam mode…
February 28, 2023 - 0

Wawancara dengan Naoki Yoshida (Final Fantasy XVI)!

Kami berkesempatan untuk mewawancarai otak Final Fantasy XVI - Naoki…
February 28, 2023 - 0

Impresi Final Fantasy XVI: Langsung Kandidat Game of the Year 2023!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Final Fantasy XVI? Mengapa kami…
February 24, 2023 - 0

Review Like a Dragon – Ishin: Drama Samurai yang Ramai!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Like a Dragon: Ishin? Lantas,…

Nintendo

November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…
August 4, 2022 - 0

Preview Xenoblade Chronicles 3: Seperti Sebuah Keajaiban!

Kesan pertama apa yang ditawarkan Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…
April 6, 2022 - 0

Review Kirby and The Forgotten Land: Ini Baru Mainan Laki-Laki!

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Kirby and the Forgotten…