Review Heroes of the Storm (Alpha): Ini Baru MOBA Beda!
Microtransactions

Sebagai sebuah game yang rencananya akan didistribusikan sebagai sebuah proyek free to play, Blizzard tentu saja tetap butuh mendulang uang dari Heroes of the Storm ini. Developer ini bukanlah sebuah yayasan sosial yang menginvestasikan uang dan waktu mereka tanpa mengharapkan balasan yang setimpal. Pertanyaannya kini tentu saja satu – seberapa efektif mekanisme microtransactions yang akan disuntikkan oleh game yang satu ini? Apakah ia memuat sistem League of Legends yang menuntut Anda membeli karakter yang sering Anda gunakan atau seperti DOTA 2 yang sekedar menjual barang-barang kosmetik atau tiket online? Jawabannya, kombinasi antara keduanya – namun lebih cenderung ke League of Legends.


Sistem distribusi hero acak setiap beberapa minggu sekali akan memungkinkan Anda untuk tetap menikmati game ini secara cuma-cuma. Namun untuk Anda yang sudah jatuh hati pada karakter tertentu dan tidak tersedia di masa acak tersebut, terlepas dari sekedar desain atau karena kemampuannya untuk memfasilitasi gaya unik permainan Anda, Anda punya opsi untuk membelinya secara permanen. Anda bisa membelinya dengan menggunakan uang nyata atau mengumpulkan Gold in-game yang bisa didapatkan dalam jumlah cukup signifikan ketika menang, menyelesaikan quest harian, atau mengalami kenaikan level. Jumlah yang dibutuhkan cukup tinggi dan hampir mustahil dicapai dari hanya sekedar mengumpulkan uang dari menyelesaikan pertandingan. Hero termahal saat ini berada di kisaran 10.000 Gold – dengan beberapa fase kenaikan level bisa menghadiahkan Anda 1.000 – 2.000 Gold. Sementara menyelesaikan pertempuran hanya akan menghadiahi Anda 20-30 Gold. Butuh waktu memang.

Namun tidak hanya karakter unik yang bisa Anda buka secara permanen, sistem microtransactions ini juga diterapkan untuk Anda yang ingin membeli alternatif kostum setiap karakter dan beragam variasi Mount keren yang bisa Anda tunggangi dalam pertarungan in-game. Tidak main-main, Blizzard mendesain setiap alternatif kostum ini dengan desain super keren dengan Mount yang tidak kalah garang. Setelah berhadapan dengan banyak game MOBA di luar DOTA 2 dan LOL yang harus diakui, gagal untuk membuat kami berniat mengeluarkan isi dompet, Heroes of the Storm menjadi sedikit yang berhasil menggoda insting gamer kami. Desain dan keunikan setiap karakter yang ada, sulit untuk ditolak.
Kesimpulan

Luar biasa, kata yang satu ini pantas untuk menggambarkan pengalaman yang ditawarkan oleh Heroes of the Storm ini, walaupun ia masih berada di masa alpha. Setelah harus berkutat dengan game MOBA tidak kreatif dan tidak inovatif yang secara jelas meniru DOTA 2 dan League of Legends, Heroes of the Storm tampil seperti sebuah oase yang sudah lama kita nantikan – sebuah game MOBA yang benar-benar unik, sebuah konsep yang tidak pernah ditempuh sebelumnya, namun dengan hasil akhir yang sangat manis. Tidak hanya dari keunikan tiap karakter yang tetap menjunjung identitas franchise originalnya, Blizzard juga mampu menciptakan sebuah game MOBA yang memang lebih berfokus pada pengalaman bertempur satu sama lain daripada farming – sembari memastikan pengalaman setiap pertandingan yang ada, berbeda. Salah satu mekanik terbaik game ini adalah fakta bahwa setiap map datang dengan identitasnya sendiri dan mampu menawarkan beragam alternatif skenario yang bisa terjadi, sulit diprediksi, dan seru. Ditambah dengan sistem microtransactions yang juga bisa disimpulkan cukup rasional, Heroes of the Storm adalah kekuatan baru dalam dunia MOBA yang tidak bisa dipandang sebelah mata.

Sayangnya, ada satu kekurangan yang menjadi catatan tersendiri di impresi kami yang satu ini – efek visual yang muncul. Memainkan sebuah game MOBA dengan kualitas detail karakter yang baik adalah sebuah anugerah, namun dengan efek serangan yang terlalu bombastis? Mimpi buruk. Dengan pertempuran 5 vs 5 yang sering terjadi, efek skill yang muncul setiap kali hal ini terjadi boleh terbilang sedikit berlebihan. Lompatan cahaya di sana-sini, dengan ekstra ledakan, bunyi, dan percikan yang ada, tidak hanya membuat PC Anda tiba-tiba berteriak keras karena harus melakukan proses rendering semua efek tersebut, tetapi juga membuat mata Anda kewalahan. Sulit untuk melihat dengan jernih apa yang tengah terjadi dan apa yang harus Anda lakukan. Kami bahkan sempat sulit untuk mendeteksi dimana sebenarnya posisi karakter kami karena efek-efek ini.
Namun terlepas dari kekurangan ini, Heroes of the Storm, walaupun masih berada di masa alpha, mampu membuktikan diri sebagai salah satu pesaing di dalam genre MOBA yang harus “ditakuti”. Kemampuannya untuk menawarkan pengalaman yang berbeda dengan DOTA 2 dan League of Legends, dunia yang meleburkan semua franchise raksasa milik Blizzard, dan pertarungan yang terus memacu adrenalin Anda tanpa henti membuatnya sulit untuk ditolak. Saran kami? Sebelum Anda skeptis hanya karena ia tidak mengusung sistem item atau uang, Anda harus menjajal sendiri game ini dan membuktikan apa yang tengah kami bicarakan. Ini baru MOBA yang BEDA!
Sayangnya, Blizzard sendiri masih belum memberikan kepastian kapan Heroes of the Storm ini akan memasuki masa open beta atau target rilis yang ada. Heroes of the Storm saat ini hanya tersedia via sistem undangan lewat Battle.net.