Review COD – Advanced Warfare: Perang Tahunan yang Tetap Seru!
Multiplayer Dengan Akses Vertikal Lebih Luas!

Format futuristik dengan ekstra senjata dan armor masa depan yang memungkinkan karakter yang Anda gunakan untuk mencapai kemampuan di luar batas manusia biasa memang tidak terasa terlalu kentara ketika Anda mencicipi mode single player COD: AW. Dengan garis cerita dan equipment yang sudah ditentukan sebelumnya, Anda tidak pernah punya ruang untuk bereksperimen dengan segudang perlengkapan yang Anda miliki. Satu-satunya medan pertempuran untuk menguji konsep tersebut hanyalah di mode multiplayer yang ada. Kesempatan Anda untuk mencicipi sensasi Advanced Warfare yang sebenarnya.
Seperti halnya game-game multiplayer FPS pada umumnya, Anda akan dihadapkan pada segudang mode permainan untuk mengakomodasi preferensi gamer yang berbeda. Ada mode Uplink Mode, misalnya, yang mirip dengan mode Catch the Flag di game-game mutliplayer klasik yang meminta Anda untuk memindahkan satu objek tertentu ke tempat lainnya, yang tentu saja akan dihalangi oleh tim lawan. Namun harus diakui, terlepas dari semua mode yang ditawarkan, dua mode standar – Team Deathmatch dan Domination tetap menjadi yang paling favorit – sekaligus menawarkan kesempatan bagi Anda untuk mencicipi sensasi Advanced Warfare yang sebenarnya. Dengan mode yang memuat pertempuran tidak lebih dari belasan orang (standar 12 orang – 6 vs 6), Call of Duty: Advanced Warfare tidak banyak berubah dibandingkan seri-seri sebelumnya.



Anda masih akan berhadapan dengan sebuah mode multiplayer beritme cepat yang mengharuskan Anda terus bergerak, melemparkan peluru secepat dan seefektif mungkin ke arah musuh yang Anda temui. Masih belum ada kesempatan untuk menghancurkan lingkungan dan mendapatkan keuntungan seperti halnya seri kompetitor – Battlefield, masih belum ada kendaraan perang yang bisa Anda naiki seperti halnya Planetside 2. Semuanya berjalan seperti halnya sebuah game Call of Duty pada umumnya. Bedanya sekarang, ada sedikit elemen perubahan setting di menit-menit tertentu seperti konsep Levolution dari Battlefield, namun tidak sampai pada batas super ekstrim. Anda akan akan berhadapan dengan tsunami yang hanya membasahi sedikit area pertempuran atau ekstra tempat berlindung yang tiba-tiba muncul di tengah pertempuran sebagai bagian kargo yang diturunkan oleh helikopter raksasa. Namun secara garis besar, ia mengusung mekanik multiplayer yang sama.
Yang membuatnya berbeda? Tentu saja kehadiran sang armor exoskeleton yang kini membuat medan pertempuran lebih luas secara vertikal, walaupun tetap sama secara horizontal. Exoskeleton ini memungkinkan setiap user untuk melakukan double jump, meraih tempat yang jauh lebh tinggi, dan “memanfaatkan”-nya sebagai bagian dari strategi pertempuran. Exoskeleton ini juga memungkinkan Anda melakukan boost gerakan seketika ke sisi kiri dan kanan, sekaligus melompat lebih cepat ke depan, ketika dibutuhkan.


Di atas kertas, gerakan ini diposisikan untuk membantu Anda untuk mengecoh gerak lawan, lari dari bidikan, atau sekedar menghindari peluru yang datang. Namun sayangya, ia tidak mudah dilakukan secara praktek. Dengan empat atau lima peluru cepat yang sudah cukup untuk membuat karakter Anda tewas seketika, hampir mustahil bagi otak untuk memberi sinyal bagi otot jari Anda untuk melakukan gerakan menghindar ke kiri dan ke kanan. Menjadi reaksi yang sangat instingtif untuk langsung ikut mengangkat senjata, bidik, dan bertukar peluru hingga salah satu pihak mati. Dari fungsi standar exoskeleton yang ditawarkan, double jump adalah fitur yang paling memang dirasakan paling mempengaruhi jalannya pertempuran.
Kekurangan di mode single player juga dibayar di mode multiplayer ini dengan memberikan kebebasan bagi Anda untuk mengakses variasi fungsi exoskeleton untuk digunakan di dalam pertempuran, bersama dengan senjata dan item yang lain tentu saja. Di luar double jump dan boost gerakan, Anda bisa memilih satu dari antara fungsi keren yang ada – seperti stealth untuk menghilang, mempercepat gerakan, Stim untuk ekstra regenerasi health super cepat, hingga kemampuan untuk melakukan hover ketika melayang. Tentu saja, Anda tidak bisa mengakses kekuatan ini secara terus-menerus mengingat ia akan memakan daya baterai yang terbatas dan tidak bisa diisi ulang. Kebijakan terbaik adalah dengan mengakses kemampuan ini di saat yang memang dibutuhkan, untuk kepentingan strategis yang jelas. Atau untuk bertahan hidup jika memang dibutuhkan.


Dan seperti halnya game-game Call of Duty sebelumnya, Anda tentu akan punya kesempatan untuk membuka serangan “khusus” yang lebih kuat jika Anda berhasil mengumpulkan point dalam jumlah tertentu sebelum tewas. Memilih sendiri Scorestreak yang Anda butuhkan, tiga slot disediakan untuk menawarkan Anda ekstra keuntungan dalam pertempuran dengan efek yang spesifik. Tersedia dalam berbagai level point, Anda bisa mengakses scorestreak yang berfungsi sekedar sebagai recon seperti Drones, yang mengacaukan kemampuan musuh seperti System Hack untuk merusak HUD yang ada, hingga yang mematikan seperti Warbird yang siap melemparkan hujan peluru kaliber besar tanpa ampun. Kesempatan untuk mengakses scorestreak juga akan menjadi motivasi tersendiri untuk bermain dengan lebih cermat dan hati-hati. Karena begitu Anda tewas, point yang sudah sempat Anda kumpulkan akan direset ulang, dan Anda harus memulainya kembali dari awal.

Senjata yang lebih kuat atau variasi dengan status yang berbeda di beberapa titik akan didapatkan dari random loot atau sebagai reward dari kenaikan level dan beragam achievement yang berhasil Anda telurkan. Terbagi ke dalam beberapa kategori yang berbeda, setiap senjata ini juga bisa dipasang attachment untuk menghasilkan boost status tertentu atau sekedar efek buff permanen. Dengan slot beberapa kelas untuk Anda modifikasi, kesempatan untuk menciptakan kelas sendiri yang menurut Anda mungkin bisa beradaptasi dengan beragam skenario yang ada menjadi sesuatu yang sangat esensial.
Salah Satu Tokoh Villain Terbaik!
SPOILERS AHEAD! CAREFUL!
Siapa tokoh antagonis terbaik dari franchise Call of Duty di mata Anda? Jika Anda termasuk gamer yang cukup mengenal franchise ini, maka pilihan pertama mungkin akan langsung jatuh pada sosok Makarov yang menjadi tokoh “sentral” dari trilogi Call of Duty: Modern Warfare. Aksinya di “No Russian” mungkin menjadi yang paling memorable, membuktikan betapa dingin dan tidak mengenal kata komprominya karakter yang satu ini. Makarov siap untuk mehalalkan segala cara untuk menempuh visi jangka panjangnya, yang sayangnya, tidak terlalu jelas dan lebih banyak dihiasi oleh ambisi pribadi yang egois. Satu yang pasti Anda dan kami setuju, Makarov adalah tokoh militan yang berbahaya.

Lalu datanglah Jonathan Irons yang diperankan sangat manis oleh aktor Hollywood kawakan – Kevin Spacey. Berbeda dengan Makarov yang dipenuhi dengan dendam pribadi, Irons adalah tokoh antagonis pertama Call of Duty dengan kepribadian yang boleh terbilang “abu-abu”. Ia hadir sebagai seorang visioner dengan kekuatan militer dan kekayaan yang tidak terbatas untuk sebuah tujuan yang sebenarnya mulia – menciptakan sebuah dunia yang lebih damai. Irons bertarung tidak hanya dengan senjata, tetapi melalui ilmu pengetahuan, politik, dan pendekatan sosial. Ia menyoroti fungsi PBB yang begitu minimum untuk menjaga perdamaian dunia dan sikap Amerika Serikat sebagai negara superpower yang gila perang. Dengan Atlas, ia jadi punya kemampuan untuk membawa stabilitas dunia tanpa omong kosong, yang selama ini selalu dipengaruhi politik uang dan kepentingan. Sayangnya, dengan metode yang sangat radikal.

Dengan kejelasan motif yang ingin ia capai, Jonathan Irons hadir sebagai tokoh antagonis yang sangat mudah dipahami dan dimengerti di saat yang sama. Ia melambangkan sebuah langkah ekstrim untuk mengubah cara dunia bekerja, setidaknya untuk menjamin masa depan yang lebih baik lewat teknologi dan “keterpaksaan” untuk berpihak pada kedamaian. Membuat semua pertempuran yang berlangsung di Advanced Warfare memang memiliki alasan yang jelas. Bukan hanya karena sekedar alasan kejam, dingin, balas dendam, atau hal klise yang tidak cukup kuat untuk mengobarkan sebuah perang dunia ketiga.










