Review Saints Row – Gat out of Hell: Tak Lagi Menarik!
Daya Tarik yang Memudar

Jika ada satu hal yang bisa ditangkap dari impresi pertama kami terhadap Saints Row: Gat out of Hell, adalah jelasnya usaha Volition untuk terus mempertahankan citra “gila” dari franchise yang satu ini. Ia mungkin akan membawa Anda ke neraka, berhadapan dengan para iblis dan tokoh populer dunia yang terperangkap di siksa abadi ini, namun sayangnya, kegilaan tersebut tidak banyak terasa dari sisi gameplay. Secara garis besar, ia masih menawarkan mekanik gameplay yang serupa dengan Saints Row IV – dimana Anda berperan sebagai seorang superhero. Anda masih mewarisi sebagian besar kekuatan yang sama, dari berlari super cepat, melompat super tinggi, dan hadir dengan efek pukulan yang mematikan. Ada banyak aset di seri sebelumnya yang ditawarkan kembali, memberikan kesan yang kuat bahwa Saints Row: Gat out of Hell adalah sebuah DLC, yang kebetulan, dirilis sebagai standalone. Tidak ada lagi kesempatan menciptakan karakter Anda sendiri. Anda hanya bisa memilih untuk menggunakan Johnny atau Kinzie, yang pada dasarnya, tidak banyak berbeda.


Anda masih akan bertempur melawan beragam ancaman, yang kini hadir dalam bentuk varian iblis yang ada. Senjata api dengan desain dan efek gila masih jadi ujung tombak untuk menaklukkan tempat super panas yang satu ini. Tentu saja, Anda masih punya kesempatan untuk memperkuat diri sendiri dan senjata Anda pula, lewat mata uang yang bisa dikumpulkan dari menyelesaikan misi sampingan dan utama yang ada. Anda bisa mempertebal health, memperkuat stamina, hingga meningkatkan jumlah ammo yang bisa dibawa dengan menggunakan upgrade ini. Atau di sisi lain, Anda bisa mengalokasikan dana tersebut untuk memperkuat senjata yang Anda miliki, dari menambah damage, accuracy, hingga memunculkan efek serangan khusus tertentu yang biasanya lebih mahal.



Neraka menawarakan ukuran map yang lebih kecil daripada seri Saints Row sebelumnya. Di sinilah, kekurangan Saints Row: Gat out of Hell terlihat jelas. Terlepas dari fakta bahwa Anda masih akan disibukkan dengan usaha untuk mengumpulkan resource demi memperkuat Powers yang Anda miliki, seri ini tidak banyak menawarkan variasi misi sampingan yang menarik. Beberapa bahkan masih menjiplak misi sampingan dari Saints Row 4. Variasi yang tidak banyak ini berpotensi untuk menghasilkan sensasi gameplay repetitif, apalagi jika Anda termasuk gamer yang mudah bosan. Beberapa mungkin melihatnya sebagai kekuatan, sementara lainnya adalah kekurangan, namun bagi kami sendiri – menjadi hal yang positif bahwa tingkat kesulitan yang ditawarkan tidak begitu menantang. Mengapa? Karena dengan kombinasi senjata dan kekuatan yang tepat, Anda bisa menyelesaikan beragam misi sampingan ini dengan cepat, setidaknya tidak membuatnya terlihat seperti beban yang menyita waktu Anda.
Lantas, apa yang membuat Saints Row: Gat out of Hell ini tampil berbeda? Satu-satunya keunikan yang ia tawarkan adalah fakta bahwa Anda kini memiliki sayap dan kemampuan untuk terbang. Dengan efek yang serupa dengan ketika Anda berlari cepat, Anda bisa menggunakan sayap Anda untuk melayang dan terbang di udara sejauh jumlah stamina yang Anda miliki. Anda bisa membuatnya lebih cepat, mengepakkannya sekali lagi untuk ekstra waktu di udara ketika dibutuhkan, hingga membubuhkan kemampuan untuk menghindar ketika serangan anti udara mengincar. Dikombinasikan dengan lari cepat yang ia miliki, kemampuan terbang ini tentu saja memperkuat kemampuan mobilisasi karakter utama Anda yang kini tidak lagi terhalang terrain apapun. Bergerak cepat di sebuah peta yang lebih kecil tentu saja jadi tambahan yang cukup menarik untuk dijajal, di luar fakta bahwa mekanik baru ini juga menawarkan beberapa varian misi sampingan yang baru.



Namun sayangnya, gerak cepat dan bebas ini terhalang satu masalah klasik yang cukup menjengkelkan – kamera. Kamera Saints Row: Gat out of Hell seolah tidak mengakomodasi dengan tepat apa yang Anda inginkan, apalagi misalnya, ketika Anda berlari cepat dan melompat secara tidak sengaja ke gedung terdekat. Kamera tiba-tiba bergerak terlalu maju, Anda berhadapan dengan kamera yang mengarah ke dinding, mengabaikan bahwa Anda butuh informasi lebih jauh kemana Anda harus melangkah selanjutnya. Gerak kamera seperti ini menghasilkan pengalaman yang cukup menyebalkan, apalagi jika Anda tengah diburu waktu.
Hal kedua yang juga unik adalah hadirnya sistem progress cerita yang berbeda. Jika kebanyakan game open world akan melanjutkan cerita bagi Anda begitu Anda berhasil menyelesaikan misi-misi utama tertentu, cerita di Saints Row: Gat out of Hell akan didasarkan pada progress bar yang terpampang di bagian kiri atas layar. Bar ini sendiri merepresentasikan tingkat perhatian dan kemarahan sang Iblis terhadap aksi Johnny dan Kienze. Dengan menempuh beragam misi yang ada, mencari allies, atau sekedar menghancurkan pasukan yang ia miliki, bar ini akan secara lambat tapi pasti, terisi. Begitu mencapai titik tertentu, Anda akan disajikan event khusus yang akan mendorong cerita lebih maju sekaligus menawarkan varian misi ekstra di dalam peta.


Untuk sebuah judul yang dirilis secara terpisah, Saints Row: Gat out of Hell tidak menawarkan banyak hal baru. Ia tetaplah seri Saints Row yang berusaha mati-matian tampil segila mungkin, dengan desain aksi dan senjata yang akan cukup memuaskan rasa penasaran Anda. Namun di luar itu semua? Terkesan kuat pula ada kemalasan desain di sana. Anda yang sempat memainkan Saints Row 4 sebelumnya akan menemukan banyak hal yang serupa, terutama dari sistem upgrade dan misi sampingan yang bisa ditempuh. Ia tidak terasa seperti sebuah game yang benar-benar baru.
Humor yang Semakin Garing

“Gua main Saints Row buat fun dan lucu doank sih”, entah berapa banyak dari Anda yang mungkin seringkali mendengar alasan yang satu ini dikemukakan, setiap kali topik soal minimnya inovasi Saints Row dari dua seri terakhir mengemuka. Sebuah alasan yang sebenarnya sangat rasional, karena ia memang didesain sebagai game open world yang difokuskan untuk bersenang-senang dan tidak lebih. Tidak hanya masalah gameplay, tetapi juga identitasnya yang sudah lama melekat dengan kegilaan-kegilaan ini. Namun sayangnya, Saints Row: Gat out of Hell tidak menawarkan humor sekuat seri pendahulunya.
Gamer mana yang tidak tertawa melihat aksi The Boss di Saints Row 4 yang berusaha menghentikan hulu ledak dengan diiringi lagu populer Aerosmith di belakang? Atau ketika ia ditunjuk sebagai Presiden dan seketika mampu menyelesaikan salah satu masalah pelik dunia, dengan hanya menandatangani satu dari dua pilihan yang ada? Konsep seperti ini masih mampu menggelitik urat tawa, atau setidaknya sedikit senyuman. Namun sayangnya, kami tidak menemukan hal ini di Saints Row: Gat out of Hell. Ada usaha untuk menciptakan hal unik dengan menawarkan gaya cerita ala film-film musikal Disney di dalamnya. Dimana-mana bagian cerita yang serius tiba-tiba dipresentasikan dengan nyanyian, seperti tengah menonton di opera. Unik memang, namun lucu? Sayangnya tidak.


Hal ini juga mengakar dari pilihan senjata yang juga tidak lagi sekuat seri sebelumnya. Ketika Saints Row 4 diperkenalkan, semuanya langsung jatuh hati pada Dubstep Gun – yang akan langsung memainkan genre musik elektronik ini sembari memuat semua musuh bergoyang. Atau sekedar senjata sederhana seperti dildo raksasa yang sudah jadi ciri khas. Saints Row: Gat out of Hell? Kami tidak menemukan identitas senjata sekuat hal itu. Tidak ada yang terlihat begitu menarik untuk dikejar dan dijajal, dan semuanya terasa begitu standar. Setidaknya hingga detik terakhir kami menjajal game ini. Volition terasa setengah-setengah mengejakan proyek yang satu ini.