JagatPlay NgeRacau: Membela Pak Menteri!

Reading time:
March 2, 2015

Dan, Gua Tolol..

 

what is happening here

 

Dan gua pun termasuk salah satu gamer yang sangat terprovokasi akibat pernyataan ini. Sebagai gamer yang cukup menaruh harapan tinggi bahwa sosok muda seperti Pak Anies Baswedan bisa ngasih sesuatu yang revolusioner buat sistem pendidikan Indonesia, “fakta” kalau ia milih buat nyalahin video game untuk kasus begal terasa begitu mengkhianati. Bagaimana mungkin seseorang secerdas Pak Anies bisa jatuh ke lubang yang sama dengan orang-orang awam lain, yang menolak untuk mengerti dan memahami bagaimana video game bekerja, dan langsung menuding tanpa bukti apapun. Tidak ada data, tidak ada penelitian dari internal, dan video game pun jadi tersangka paling mudah untuk semua tindak kriminal yang ada.

Sebagai gamer, gua ngerasa frustrasi bahwa kita harus ngehadapin hal yang sama seperti ini lagi, bahwa terlepas dari semua penelitian yang udah keluar di luar sono, hobi yang udah jelas ngasih kita banyak efek positif ini punya kecenderungan untuk dilihat sebagai sesuatu yang “menjijikkan” di mata awam. Unek-unek pun gua lemparin ke media sosial dengan penuh rasa keberatan terhadap Pak Menteri.

Menolak untuk percaya, gua mulai berburu berita yang sama di beberapa situs berita nasional yang lain. Sebagian besar menyusun kalimat pada runtut yang sama, ngebuat kalau kesimpulan soal “Anies Baswedan Menyalahkan Video Game Atas Kasus Begal” seolah tidak terelakkan. Sampai akhirnya gua tiba di media berita nasional lain – Gatra (yang bakal gua kasih link di bawah NgeRacau ini), yang ternyata ngasih informasi yang lebih lengkap soal apa yang terjadi.

Kesimpulannya? Gua tolol. Gua benar-benar tolol dan mungkin Anda juga. Selamat, karena kita baru saja menjadi korban dari jurnalisme setengah-setengah yang ngebentuk perspektif yang “miring” juga soal apa yang terjadi. Gatra ngasih informasi lebih detail soal apa yang dibicaraiin Pak Anies Baswedan soal video game, kekerasan, dan begal. Hasilnya? Si doi sama sekali enggak ngehubungin begal, video game, dan kekerasan sama sekali. Tidak ada pernyataan itu, tidak ada kambing hitam, tidak ada sekedar opini tanpa data. Pak Menteri berbicara sesuatu yang rasional, sesuatu yang bahkan gua sebagai gamer, setuju.

Membela Pak Menteri!

satan1

 

Ngebaca informasi yang lebih mendetail di Gatra benar-benar ngasih perspektif yang jauh lebih lengkap dan sempurna soal concern yang dilemparin Pak Anies Baswedan. Gua cukup ngerasa bersalah untuk menyimpulkan dan ngenyalahin seseorang hanya karena kelalain gua sebagai pembaca untuk mengumpulkan fakta terlebih dahulu sebelum percaya 100%. Dan gua ngerasa malu sendiri ngeliatin begitu banyak meme yang meluncur di dunia maya buat ngomentarin hal ini, dan seperti halnya gua di awal, terlalu tolol untuk berusaha mencari fakta yang sebenarnya terlebih dahulu.

Komentar Pak Anies Baswedan di Seminar Pendidikan Karakter, Bandung justru ngasih perspektif yang bertolak belakang, nunjukin kalau beliau cukup ngerti soal video game dan concern utama yang sempat kita bahas juga sebelumnya. Ada intisari dari Gatra yang gagal ditangkap oleh situs berita nasional lain, yang benar-benar ngasih pemahaman yang berbeda soal apa yang sebenarnya ingin dibicaraiin:

“ “Ada berbagai kemungkinan faktor penyebab kecenderungan kekerasan oleh anak yang perlu diteliti besar pengaruhnya. Kita perlu melihat secara utuh faktor-faktor yang ada di sekolah, keluarga dan masyarakat,” ujar Anies dalam siaran pers yang diterima GATRAnews, Ahad (1/3).

Dalam seminar yang berlangsung Sabtu (28/2) itu, Anies memberi contoh tentang kerentanan anak dalam masa perkembangan dalam membedakan yang maya dan nyata, serta sinetron dan video game bagi dewasa sebagai contoh kemungkinan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan sebagian anak-anak.

Ditemui sesudah acara, Mendikbud Anies memberi penjelasan lebih lengkap terkait permasalahan video game dan kekerasan. Anies mengatakan, “Ada banyak riset tentang video game, ada yang mengaitkan video game dengan kecenderungan tindakan kekerasan, ada pula yang menyatakan tidak ada keterkaitan signifikan. Riset-riset ini tidak benar-benar konklusif dan sering bersifat kondisional. Artinya, video game yang berbeda dapat memberikan dampak positif atau negatif berbeda pada anak yang berbeda dan tergantung pula pada porsi cara penggunaan dan pendampingan yang diterima,”katanya. 

Anies juga menjelaskan video game yang tepat dapat memberikan dampak positif pada anak, bahkan dapat dirancang khusus sebagai media pembelajaran yang efektif bagi perkembangan kognitif, motorik maupun sosial-emosional.

Dari pengkonsumsi video game, dengan program pendidikan yang baik Anak juga dapat dilatih mengembangkan dan berkreasi secara digital. Namun tidak bisa dipungkiri juga bahwa tidak semua video game memiliki karakteristik yang cocok untuk dimainkan oleh anak semua umur.

Anies mengatakan, “Anak-anak dalam masa perkembangan memiliki pemahaman yang belum optimal tentang situasi kompleks yang dihadapi dibanding orang dewasa. Mereka kadang kesulitan membedakan antara yang maya dan nyata, serta belum memahami secara utuh batasan-batasan benar-salah, boleh-tidak boleh, menyakiti-tidak, dan terutama dampak tindakannya terhadap dirinya ataupun orang lain untuk jangka waktu jauh ke depan.

” Anies kemudian mengingatkan bahwa atas alasan-alasan inilah media yang dikonsumsi anak, termasuk video game pun memiliki sistem rating yang memberi peringatan pembelinya tentang kecocokan konten untuk dimainkan anak usia tertentu.” “

See? Anda sudah baca? Beliau mengerti soal rating game dan konten game yang memang tidak cocok untuk dimainkan oleh kelompok umur tertentu. Beliau mengerti bahwa terlepas dari semua penelitian negatif yang ada, video game juga memiliki pengaruh yang positif jika diawasi dengan baik. Tidak hanya itu saja, Beliau juga menyoroti soal pengaruh sinetron dan tidak hanya menjadikan video game sebagai kambing hitam. Apa Anda melihat kata begal di situ? Nope. Mari kita lanjut..

“Mendikbud Anies Baswedan menjelaskan bahwa permasalahan video game di Indonesia adalah peredarannya yang masif dan begitu mudah diakses oleh anak dan remaja yang memainkannya tanpa memperhatikan kategori rating. Klasifikasi ini menjadi sangat penting karena prinsipnya berbagai pihak disekeliling anak wajib bertanggungjawab terhadap anak yang termasuk kelompok rentan terhadap berbagai pengaruh teknologi.”

I’m so agree on this one.. Anda juga pasti setuju. Begal? Next..

“Orangtua juga perlu mahir dalam memanfaatkan video game sebagai salah satu media pembelajaran sesuai minat dan kebutuhan anak. Anies juga mendorong para pecinta game yang telah memahami sistem rating dalam game untuk membantu menyebarkannya kepada para orangtua dan guru.”

Oh God, This! THIS! THIS!!! Begal? Next..

“Terkait dengan kekerasan di lingkungan anak dan pelajar, Anies mengatakan perlu diadakan diskusi bersama untuk menghasilkan pendekatan yang komprehensif. Prioritasnya adalah pembentukan budaya ekosistem pendidikan di sekolah, rumah dan masyarakat yang menguatkan dan membiasakan semua pihak untuk berperilaku positif, mempraktekkan nikmatnya saling peduli sejak dini.

Ada begitu banyak praktek baik pendekatan positif yang sudah dilakukan di yang perlu kita tangkap dan sebarkan agar jadi pilihan rujukan bagi sebanyak-banyaknya sekolah dan orangtua. Kemdikbud akan berusaha menjadi simpul pengumpulan dan penyebaran praktek-praktek baik ini.“

Dan ternyata? Fokus seminar ini memang membicarakan soal tindak kekerasan yang terjadi pada anak atau dilakukan oleh anak, dan bagaimana cara menyikapinya. Anies Baswedan hanya menjadikan begal, yang sebagian besar dilakukan oleh anak di bawah umur, sebagai contoh kekerasan tersebut. Apakah beliau menghubungkan sebab-akibat antara begal dan video game? Tidak. Apakah video game menjadi kambing hitam? Tidak. Apakah beliau mengerti betul soal video game dan rating umur untuknya? Iya.

Lantas yang salah siapa? Jurnalisme setengah-setengah dan keengganan kita untuk mencari informasi yang lebih jelas, serta sensitivitas pada gamer sebagai “korban” di media sosial lah yang akhirnya membuatnya “meledak”. Misleading information at its finest..

Terlepas dari apakah memang benar di dalam hati Pak Anies Baswedan memang tidak suka dengan video game atau tidak, atau apakah semua pernyataan ini memang mengarah ke sana, namun semua informasi yang beredar di dunia maya sama sekali tidak mengindikasikan hal tersebut.

Source: Gatra

Pages: 1 2
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…