Review Battlefield Hardline: Serupa tapi Tak Sama!
Serupa tapi Tak Sama!

Battlefield bukanlah franchise yang bisa disebut kuat di mode single player. Ia selalu harus tunduk pada gaya cerita dan dramatisasi yang disuntikkan Call of Duty, yang selalu menawarkan pengalaman yang lebih epik, menggugah, dan menegangkan. Battlefield selalu terasa lebih datar, entah karena karakter atau keengganan untuk menyuntikkan adegan yang lebih “gila” untuk ekstra dramatisasi, untuk memastikan pengalaman perang yang lebih mengakar pada sisi realistis. Sayangnya, hal yang sama juga terjadi di Battlefield Hardline. Walaupun cerita-nya memiliki plot twist di sana-sini, namun presentasinya sendiri tidak terlalu menarik. Kesan bahwa ia kekurangan sesuatu yang “menggigit” tetap terjadi di sini.
Walaupun demikian, bukan berarti Hardline tampil menjiplak seri Battlefield yang selama ini kita kenal. Konsep pertempuran dengan lingkup konflik lebih kecil – antara polisi dan kriminal – membuat Hardline lebih unik. Tentu saja, Visceral tidak bisa lagi sekedar melemparkan pesawat drone, wingsuit, Aircraft Carrier, bomb atom, dan ledakan masif di sana sini begitu saja. Mengapa? Karena besar kemungkinan, ia justru akan bertentangan dengan tema utama yang ingin ditawarkan Hardline. Sebagai gantinya? Kita berhadapan dengan beberapa mekanisme gameplay baru yang justru membuat Hardline terasa lebih dekat dengan seri Far Cry, daripada Battlefield itu sendiri.



Tidak lagi sekedar menembak membabi buta, dari satu koridor ke koridor lain, sembari berusaha selamat hingga titik tujuan, Hardline menawarkan dunia yang lebih terbuka ala Crysis atau Far Cry. Ini berarti, Anda tidak dipaksa untuk menempuh alur gerak tertentu. Dunia dipaparkan begitu saja secara terbuka, dengan titik tujuan yang terlihat jelas di peta. Bagaimana caranya Anda mencapai titik tersebut? Diserahkan sepenuhnya kepada Anda. Ada begitu banyak jalan alternatif, ada begitu banyak solusi, semuanya tentu – dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Anda bisa berperang terbuka dan memperlihatkan kehebatan Anda menggunakan setiap senjata yang ada, atau Anda bisa saja lebih memilih pendekatan stealth untuk resiko yang lebih minim.
Jika melihat dari desain secara garis besar, Battlefield Hardline memang lebih merekomendasikan Anda untuk bermain secara stealth. Banyak fitur baru yang memang didesain untuk mengakomodasi gaya gameplay ini. Salah satu yang cukup unik adalah sistem “Freeze!”. Sebagai polisi, seperti halnya film-film polisi yang ada, Anda bisa memperlihatkan lencana polisi Anda – maksimal ke dalam grup berisikan 3 orang dan meneriakkan “Freeze!” secara otomatis. Hal ini akan membuat musuh manapun terdiam dalam jangka waktu tertentu, dan Anda bisa menundukkan mereka dengan cara non-lethal. Tidak hanya meminimalisir resiko kematian karena Anda harus bertempur dengan banyak musuh sekaligus, ia juga menyumbangkan lebih banyak experience points. Points yang jika terakumulasi dalam jumlah tertentu, akan membuka lebih banyak varian senjata, gadget, dan attachment untuk digunakan di misi-misi Anda selanjutnya.



Sayangnya, terlepas dari keunikan fitur yang ada, sistem “Freeze!” ini tampil sebagai pedang bermata dua. Di satu sisi, ia membuat Hardline berbeda, menawarkan atmosfer polisi yang lebih kentara. Namun di sisi lain, ia terasa seperti lelucon. Apa pasal? Karena Visceral memutuskan untuk memastikan fitur ini bisa dilakukan dimanapun Anda berada, selama musuh belum menyadari keputusan Anda sebelumnya, terlepas dari setting apapun yang tengah ditawarkan oleh sang cerita. Terkadang, hal ini berujung pada situasi yang terasa begitu absurd. Sebagai contoh, ketika Anda menunjukkan lencana ini ke grup musuh yang terdiri dari 3 orang bersenjata lengkap. Bagaimana mungkin sebuah lencana kecil dan teriakan “Freeze!” membuat tiga orang yang bisa membunuh Anda secara instan ini angka senjata dalam waktu singkat, sementara Anda sendirian dan tidak ada kekuatan pendukung yang menjaga Anda? Terasa bodoh? Iya. Apalagi ketika hal ini dilakukan di sebuah misi yang memang menceritakan bahwa Anda tengah menginfiltrasi sebuah lingkungan yang sebenarnya tidak boleh Anda masuki.
Namun terlepas dari keanehan ini, stealth memang menjadi kunci gameplay single player Battlefield Hardline. Mereka bahkan menyematkan fitur-fitur baru yang terlihat jelas diadaptasi dari game sekelas Far Cry 4. Dengan menggunakan scanner yang ada, Anda bisa melakukan tag ke musuh yang ada dan memantau pergerakan mereka secara konsisten, setidaknya untuk memastikan Anda tidak kehilangan jejak mereka ketika bermain stealth. Beberapa wilayah terbuka di level-level tertentu juga dilengkapi dengan sistem alarm yang bisa digunakan oleh musuh yang lain untuk memanggil bala bantuan. Oleh karena itu, esensial untuk menghancurkan alarm ini terlebih dahulu. Terdengar seperti Far Cry 4? Terasa begitu familiar, pastinya. Sistem kamera ala Metal Gear Solid di radar dengan detail jarak dan sudut pandang musuh juga diimplementasikan di sini.


Apakah ini berarti Battlefield Hardline tidak bisa diselesaikan ala game-game Battlefield sebelumnya? Jika Anda termasuk gamer yang tidak percaya dengan omong kosong stealth dan kompleksitasnya, Anda selalu punya opsi terbuka untuk membawa perperangan ke “rumah” musuh Anda. AI musuh yang begitu lemah dan terkadang seperti sebuah boneka sasaran tembak yang menunggu peluru Anda membuat proses ini tidak akan memberikan konsekuensi yang fatal. Namun, berhati-hatilah ketika Anda kalah dari sisi kuantitas. Pergerakan AI musuh memang mudah dibidik dan ditembak, namun mereka sedikit lebih “pintar” untuk beradaptasi di situasi ketika Anda bersembunyi di balik sesuatu. Lemparan granat di sana-sini akan memaksa Anda mau tidak mau, harus keluar.
Satu-satunya alasan mengapa Anda harus bermain dengan Stealth dan bukan frontal, di luar preferensi pribadi Anda, adalah experience points. Takedown non-lethal dengan stealth memberikan lebih banyak poin, apalagi jika Anda berhasil menangkap beragam target “spesial” yang diperkenalkan setiap kali di awal misi. Mencari dan mengidentifikasi setiap target ini serta melakukan takedown non-lethal ke mereka akan membuat Anda lebih mudah mencapai level lebih tinggi, yang berarti varian senjata yang lebih banyak untuk digunakan. Sementara jika Anda membunuh mereka langsung? Tidak ada bonus apapun yang Anda dapatkan.


Dari sisi gameplay, pendekatan baru yang dilakukan Visceral untuk Battlefield Hardline tentu saja pantas disambut baik. Di banyak sisi, ia memang mampu menawarkan identitas yang unik, sebuah cita rasa Battlefield yang berbeda. Namun sayangnya, seperti halnya sejarah sang franchise ini sendiri, ia berujung tidak istimewa. Ada sensasi yang membuat ia terasa “kurang mengigit” jika dibandingkan Call of Duty, dahulu dan sekarang.
Multiplayer Bervariasi

Membicarakan multiplayer Battlefield memang bukanlah hal baru. Seperti yang kita tahu, Visceral sendiri sudah sempat menyelenggarakan dua masa – Alpha dan Beta beberapa bulan yang lalu untuk mengumpulkan feedback dari gamer sekaligus menguji kestabilan server mereka. Masa ini boleh dibilang cukup efektif. Sebagai perbandingan, setelah mimpi buruk yang sempat terjadi di Battlefield 4, rilis mode multiplayer untuk Battlefield Hardline tergolong sangat lancar. Gamer yang membeli versi originalnya sudah bisa mencicipi beragam mode yang ada sejak hari pertama rilis. Lantas, apa yang berbeda? Secara garis besar, pengalaman yang ia tawarkan sejak masa beta hampir serupa, namun dengan tambahan lebih banyak senjata, map, dan mode yang baru.


Battlefield Hardline terlihat jelas ingin menarik pasar yang luas, baik dari gamer pecinta seri Battlefield sebelumnya atau pendatang baru yang memang ingin mencicipi sensasi multiplayer yang berbeda. Anda yang lebih senang dengan sensasi Battlefield lawas bisa kembali mencicipi mode Conquest yang kini terlihat seperti Battlefield 4 dengan perbedaan skin dan senjata saja. Sementara bagi Anda yang ingin mencicipi sensasi baru, ada mode seperti Hotwire dan Heist yang sempat kami bahas di artikel beta kami sebelumnya. Tidak yang berbeda di sini, dengan peran karakter dan gameplay yang kini bahkan lebih menitikberatkan kerjasama untuk mencapai kemenangan bersama.
Jika ada satu hal yang pantas untuk diacungi jempol adalah desain beberapa map yang walaupun tidak memuat beragm persenjataan berat di dalamnya, namun teradaptasi dengan sangat baik dan mampu menawarkan pengalaman Battlefield yang lebih intense. Sebagai contoh? Everglades. Map yang di mode single player dinamakan “Gator Hunt” ini sebagian besar berisikan rawa dan air, dengan begitu banyak pepohonan tinggi dan semak untuk bersembunyi. Format map yang lebih terbuka memungkinkan Anda untuk bergerak masuk dan keluar dari beragam arah, sehingga mereka yang terdesak, tidak selalu akan berakhir terkunci dan tidak punya kesempatan untuk melawan.

Mode Heist, Hotwire, dan Conquest masih menjadi mode favorit di dalam server, setidaknya menurut pantuan kami selama beberapa hari menjajalnya. Visceral sebenarnya menawarkan pengalaman multiplayer lebih kompetitif berbasis team yang unik – Rescue dan Crosshair. Berbeda dengan mode lain yang berisikan puluhan orang dalam satu tim dengan kondisi perang yang chaotic, Rescue dan Crosshair membawa format pertempuran 5 vs 5. Di Rescue, polisi harus menyelamatkan seorang sandera atau membunuh semua kriminal, yang masing-masing hanya punya satu kesempatan hidup. Sementara di Crosshair, posisi sandera digantikan oleh sosok VIP di masing-masing tim yang harus diburu oleh anggota tim lain. Sayangnya, di server public, peminat mode ini boleh dibilang, terhitung sedikit.