Review Resident Evil – Revelations 2: Petualangan Baru Muka Lama!
Muka Lama

Bagi para penggemar seri Resident Evil, melihat kembali Claire Redfield dan Barry Burton beraksi kembali menjadi kepuasan tersendiri. Sesuatu yang melegakan melihat Capcom ternyata masih punya cukup perhatian untuk membawa muka lama yang sempat terlupakan ini kembali, di tengah situasi genting yang kembali meminta nyawa mereka. Sayangnya, kami pribadi tidak terlalu puas dengan pendekatan yang mereka lakukan untuk Claire. Di tengah fakta bahwa karakter wanita utama lain seperti Jill dan Ada tampil seperti anggur, kian menarik di usia yang menua, Claire justru hadir dengan desain yang terlihat absurd. Ia tidak terlihat seperi Claire di Resident Evil 2 dengan ekstra kerutan, ia juga tidak terlihat seperti Claire di RE Degenerations. Terlihat tua dan tidak menarik, bertolak belakang dengan Barry Burton yang terlihat semakin badass..


Resident Evil: Revelations 2 bercerita dari dua kacamata berbeda – Claire dan Burton. Cerita Burton akan dimulai setelah skenario Claire berakhir, dan akan berkisar 6 bulan setelahnya. Walaupun ada sedikit perubahan rute atau wilayah baru yang harus dieksplorasi, 80% wilayah yang dijelajahi oleh Claire akan kembali menjadi setting utama perjalanan Barry dengan alasan “menyusuri” jejak Moira. Dari segi kemampuan, keduanya tidak memiliki banyak perbedaan. Tidak ada yang istimewa, selain varian senjata yang berbeda.


Yang menariknya? Keduanya tidak hanya beraksi sendiri-sendiri. Capcom memutuskan untuk menyuntikkan satu ekstra companion masing-masing untuknya. Claire akan ditemani oleh Moira – anak dari Barry, sedangkan Barry sendiri akan ditemani oleh anak perempuan misterius bernama Natalia. Tidak hanya dalam cerita, masing-masing companion ini juga memiliki aksinya sendiri untuk membantu karakter utama. Moira, misalnya, dipersenjatakan sebuah senter dan crowbar untuk serangan melee yang lebih mematikan. Dengan senternya, Moira bisa mendeteksi item yang tersembunyi dan memungkinkannya untuk diambil oleh Claire atau menyinari para Afflicted dan membuat mereka terdiam untuk sementara waktu. Ia juga bisa membuka paksa pintu / peti berharga yang terkunci dengan crowbar yang ia miliki, di luar mengeksekusi para Afflicted yang terkapar di lantai untuk kematian secara instan.
Sementara Natalia sendiri tidak difokuskan untuk tampil agresif. Selain berbagi kemampuan yang sama untuk mendeteksi item tersembunyi untuk Barry, Natalia juga bisa “merasakan” Afflicted di sekitar dan memperlihatkan posisinya pada Barry. Tidak hanya itu saja, ia juga bisa bergerak melewati celah lantai kecil untuk memecahkan rangkaian puzzle yang ada. Natalia hanya bisa mengandalkan batu bata yang ia temui di perjalanan untuk menyerang.


Menariknya lagi? RE Revelations 2 menyuntikkan mekanik menarik yang memungkinkan Anda untuk mengganti karakter ini secara real-time, dengan karakter lainnya digerakkan oleh AI. Pergantian karakter ini akan memunculkan elemen strategi tersendiri, memungkinkan Anda untuk menempuh beragam strategi menaklukkan para Afflicted sembari menghemat resource. Sebagai contoh? Berperan sebagai Moira. Mengandalkan senternya untuk menciptakan efek stun ke Afflicted, gerakan seperti ini juga akan memicu AI Claire untuk melakukan tendangan mautnya yang mendorong musuh terkapar di tanah. Anda bisa langsung mengeksekusi musuh tersebut crowbar, dan voila! Anda tidak perlu mengeluarkan satupun peluru. Begitu juga Natalia yang akan mendukung aksi Barry jika ingin membunuh secara stealth, yang juga berarti satu hal – kemenangan minim resiko. Tidak hanya itu saja, Anda juga bisa bertukar resource antar karakter dengan user-interface yang sangat sederhana.
Cita Rasa Survival yang Masih Kuat

Seperti yang kami sempat sebutkan sebelumnya, Revelations, setidaknya di seri pertama, menawarkan formula yang terhitung berhasil mengkombinasikan sensasi Resident Evil klasik dan modern di ruang yang sama. Anda bertemu dengan gameplay action yang cukup kuat, terutama lewat variasi senjata yang bisa digunakan dan resource yang bisa dikumpulkan. Namun sementara di sisi lain, ia tetap mempertahankan elemen survival dimana Anda akan secara konsisten merasa terancam dan rentan. Tidak action, namun tidak pula terlalu horror, sebuah game survival yang mudah untuk dikuasai. Sebuah formula yang dipertahankan Capcom di Resident Evil: Revelations 2 ini.
Dengan gaya kamera di belakang pundak ala Resident Evil 4 yang terus dibawa ke seri-seri modern terbaru yang ada, Anda tidak akan merasa kesulitan untk membidik musuh baru yang disebut sebagai “Afflicted” ini. Kontrol terasa responsif dan kamera yang cukup mendukung pergerakan esensial yang Anda butuhkan untuk menundukkan setiap ancaman yang ada. Beberapa peluru di kepala, atau melakukan serangan melee finisher ketika musuh berada dalam keadaan stun, dan memanfaatkan lingkungan sekitar adalah beberapa metode yang busa ditempuh. Terlepas dari varian Afflicted yang Anda temui, peluru selalu jadi jawaban yang efektif.



Namun cita rasa survival ini justru baru kami rasakan ketika mencicipi Episode kedua. Di episode pertama, kami menyoroti bagaimana cita rasa action mengalir jauh lebih kental via artikel preview kami sebelumnya. Bagaimana tidak? Varian senjata yang lebih kuat seperti machine gun dan shotgun sudah tersedia di awal permainan, membuat setiap musuh yang muncul tidak terlihat seberapa mengancam, apalagi dengan resource yang cukup melimpah. Di Episode kedua, Capcom membalik sedikit sensasi tersebut. Anda memang masih bisa menggunakan senjata-senjata yang Anda temui, namun kini dengan resource yang jauh lebih terbatas. Varian Afflicted yang lebih merepotkan seperti tipe menghilang yang harus ditaklukkan oleh Barry atau sang Boss yang memegang Drill di skenario Claire akan menyita peluru Anda dalam jumlah yang tidak sedikit. Peluru menjadi begitu langka sembari berhadapan dengan musuh yang kian banyak dan mematikan. Baru di episode kedua ini, kami merasa terancam, berusaha memastikan bahwa setiap peluru yang terlontar memang akan menghasilkan efek yang signifikan. Ditambah dengan jumlah Herb yang tidak sebanyak episode sebelumnya, episode 2 ini mengubah cara kami memandang RE: Revelations 2.
Anda juga akan berhadapan dengan serangkaian puzzle di RE: Revelations 2 ini, walaupun boleh terbilang mengecewakan. Sebagian besar puzzle ini berkisar soal mencari cara bagaimana memanjat tempat yang lebih tinggi atau membuka pintu yang terkunci dari sisi yang lain. Anda bisa memecahkannya dengan hanya mengandalkan sedikit logika, sekaligus memahami fakta, bahwa Anda bisa memerintahkan AI partner Anda untuk diam atau bergerak mengikuti Anda, itu saja. Dengan ruang yang cukup terbuka, eksplorasi juga didorong untuk tidak hanya mengumpulkan resource, namun juga untuk memperkuat senjata Anda.


Benar sekali, Anda bisa mengumpulkan rangkaian Customization Kit yang akan menambahkan status buff permanen untuk senjata yang Anda inginkan, dari memperkuat damage, mempercepat proses reload, menambah jumlah peluru, hingga menambahkan status effect tertentu di setiap peluru yang ada. Dibedakan dalam bentuk warna, semakin langka Gear Kit yang Anda temukan, semakin keren pula efek yang bisa ia hasilkan. Resident Evil: Revelations 2 juga mengusung sistem Skill Points dengan berbelanja point BP yang Anda kumpulkan. Namun hal ini hanya bisa Anda lakukan ketika pergantian skenario terjadi. Skill-skill ini membuat aksi-aksi kecil Anda berujung pada buff tertentu, seperti misalnya, meningkatkan damage ketika menembak sembari menunduk. Varian yang ditawarkan cukup banyak dan akan memaksa Anda untuk memprioritaskan yang satu, di atas yang lain.

Walaupun tidak sesulit Resident Evil klasik, namun desain yang ditawarkan Capcom di episode kedua seolah memberikan keyakinan ekstra bahwa cita rasa survival ternyata masih melekat dengan nama Revelations. Cukup menantang dan menuntut perhitungan, namun tidak sesulit untuk membuat Anda merasa frustrasi. Jalan tengah inilah yang tampaknya disuntikkan developer asal Jepang ini.