Review Pillars of Eternity: Salah Satu Pengalaman RPG Terbaik!
Role-Playing

Sistem pertempuran hanyalah secuil kecil dari pesona Pillars of Eternity yang sesungguhnya. Karena seperti halnya sebuah game RPG klasik, nilai jual utamanya mengakar pada fakta bahwa ia memang menawarkan sensasi sebuah game Role-Playing untuk karakter utama Anda yang misterius. Ini berarti Anda yang menentukan reaksi, membentuk jalan cerita yang Anda inginkan, menghadapi konsekuensi yang ada, dan membentuk karakter utama sesuai bayangan Anda. Apakah Anda seorang Watcher yang bijaksana? Atau Anda seorang penggila koin emas yang menghalalkan segala cara? Atau Anda selalu menjadikan kekerasan sebagai jawaban? Ada kesempatan untuk melakukan sebuah role-playing yang sesungguhnya.
Game-game dengan tipikal seperti ini biasanya membubuhkan banyak atribut pada karakter yang Anda gunakan, baik utama maupun pendukung. Untuk setiap kenaikan level, Anda bisa meningkatkan atribut kelas pada karakter Anda seperti Mechanic, Survival, atau Lore, misalnya. Karakter seperti Rogue biasanya membutuhkan Mechanic tinggi untuk memberikan kesempatan lebih besar untuk membuka pintu atau peti yang terkunci. Yang membuatnya spesial adalah fakta bahwa atribut seperti ini bukanlah sekedar “hiasan” tanpa arti.


Ada banyak ksempatan dimana investasi Anda pada atribut Mechanic misalnya, memungkinkan Anda untuk membuka pintu yang sebenarnya membutuhkan kunci spesial untuk dibuka. Begitu dibuka, Rogue Anda punya kesempatan untuk bergerak ke akhir dungeon / mansion lebih cepat, tanpa perlu melewati jalan berliku dan keharusan untuk bertempur dengan lebih banyak musuh. Tidak hanya status karakter, jalan pintas juga terkadang bisa dibuat jika Anda memiliki item yang tepat, seperti Grappling Hook atau Chisel misalnya, di dalam inventory. Untuk apa bergerak memutar sebuah jurang jika Anda bisa mengaitkan tali dan menyeberanginya bukan? Daya tarik inilah yang membuat Pillars of Eternity, istimewa. Ia logis.
Bahkan atribut-atribut yang seharusnya berpengaruh pada kekuatan karakter Anda di medan pertempuran seperti Dexterity atau Might juga berpengaruh pada cerita seperti apa yang Anda dapatkan. Tidak sedikit percakapan dengan serangkaian opsi menuntut Anda untuk memiliki jumlah Perception, Dexterity, atau Might yang cukup. Sebagai contoh? Ketika kami bertemu dengan seorang anak kecil di Defiance Bay, yang dengan sombongnya, membuat sebuah penawaran. Anak kecil ini berjanji akan membagikan sebuah rahasia penting jika Anda mencarikannya sebuah dagger di dalam kota. Ketika game RPG modern saat ini akan langsung mengiyakan, Pillars of Eternity menawarkan alternatif solusi. Dengan jumlah Might berada di atas 18, sebuah opsi untuk mengancam terbuka. Kami memilihnya, mencekik sang anak dan mengangkatnya, mengancamnya untuk tidak pernah bermain-main dengan orang dewasa. Rahasia terbuka, tidak perlu disibukkan dengan kegiatan mencari dagger, dan sang anak akan selalu menangis setiap kali melihat Anda.

Semua hal yang diracik Pillars of Eternity seolah mengembalikan Anda kepada definisi “Role-Playing” yang seharusnya ada di sebuah game RPG. Ada kebebasan untuk bertindak dan berhadapan dengan konsekuensi yang ada di sana. Beberapa bahkan tidak punya sangkut paut dengan status dan atribut yang Anda miliki. Ada beberapa situasi yang uniknya, seolah mengetuk rasa keadilan Anda di dunia nyata sendiri, yang kemudian Anda refleksikan di dalam karakter Anda.
Hal inilah yang kami rasakan ketika tiba di Blood Sands, salah satu pusat sekte penuh darah yang sudah hidup selama ratusan tahun. Pendeta di Blood Sands percaya bahwa satu-satunya cara untuk mencari kenyamanan hidup dan kemenangan adalah melalui kematian, darah, dan nyawa, dengan mengorbankan manusia di atas altar, dewasa maupun anak-anak. Ketika ritual ini terjadi di depan mata, rasa keadilan kami seolah diserang habis-habisan. Alih-alih melihatnya sebagai “kultur” peradaban lain, kami melihat aksi ini tidak bisa dibenarkan, memutuskan diri untuk menyerang dan membunuh si pendeta di atas altarnya sendiri. Sebuah langkah yang memaksa kami untuk membasmi puluhan anggota cult lain yang berada di ruangan yang sama. Lalu, kami mulai bertanya dan mengevaluasi nilai moral kami sendiri. Mengapa? Karena kami baru saja tampil begitu munafik. Benci dengan sebuah prosesi yang mengorbankan darah dan nyawa, kami memutukan untuk mengakhirinya dengan mengorbankan lebih banyak darah dan nyawa. Apa yang membuat karakter kami berbeda daripada orang yang kami bunuh? That hits hard..
Sebaik itulah Pillars of Eternity. Apalagi, karakter Anda juga akan terus berkembang dan dikenal lewat aksi yang Anda lakukan di sepanjang perjalanan. Anda sering menjadikan kekerasa Anda sebagai jawaban? Popularitas “Aggresive” Anda akan lebih tinggi. Anda dikenal pengampun? Status “Benevolent” Anda lah yang akan menjadi dominan. Tergantung pada aksi Anda selama ini dan status seperti apa yang terikat kuat pada karakter Anda, ada banyak pilihan aksi yang juga akan didasarkan pada hal ini. Bertemu dengan kelompok Bandit yang hendak mencabut kepala Anda, memiliki angka Benevolent yang cukup akan membuat Anda bisa menakuti dan mengusir mereka tanpa perlu jatuh korban apapun.


Menariknya lagi? Aksi yang Anda lakukan juga akan berpengaruh ada hubungan dengan faksi atau kota tertentu. Anda sering melakukan pencurian atau kekerasan tanpa alasan? Mereka bisa saja membenci Anda dan melihat Anda sebagai musuh. Mereka akan mulai menyerang Anda tanpa alasan di dalam kota, walaupun beberapa akses esensial seperti Inn tetap akan terbuka lebar. Beberapa kota juga akan terbagi ke dalam beberapa faksi yang masing-masing mengandung questnya sendiri-sendiri. Faksi mana yang paling Anda favoritkan akan membuka varian cerita dan quest yang berbeda. Terkadang ia akan berakhir pada perang terbuka Anda pada faksi yang lain. Ada begitu banyak hal yang terjadi di Pillars of Eternity.
Namun semuanya berujung pada satu hal yang sama, bahwa alih-alih disuguhkan kepada Anda dalam satu garis lurus, Pillars of Eternity memberikan Anda begitu banyak kesempatan untuk meracik sendiri cerita kepahlawanan Anda lewat build karakter, pilihan aksi, percakapan, dan konsekuensi yang muncul darinya.
Baca, Baca, Baca, dan Baca

Sayang seribu sayang, Pillars of Eternity akan menjadi mimpi buruk jika Anda termasuk tipikal gamer yang tidak senang dengan barisan teks panjang atau tidak terlalu fasih berbahasa Inggris secara tulisan.
Mengapa? Karena seperti halnya game-game RPG klasik, konskuensi tindakan dan beragam skenario petualangan Anda biasanya akan disajikan dalam bentuk teks. Hal yang sama juga terjadi dengan percakapan yang berjalan dalam runtut text panjang yang butuh perhatian lebih untuk dipahami. Membaca adalah sesuatu yang esensial di Pillars of Eternity, mengingat setiap teks yang muncul di layar Anda, bisa berujung menjadi sesuatu yang terlalu penting untuk diabaikan begitu saja. Begitu juga dengan cerita. Latar belakang konflik, semua dongeng dan cerita tentang perang besar yang terjadi di masa lalu tidak pernah dipresentasikan secara langsung. Anda harus membaca barisan teks untuk memahami dunia ini lebih baik.


Hal yang lebih menarik terletak pada penempatan banyak karakter dengan nama berbalut banner emas di atas kepala mereka. Seperti yang dijanjikan oleh Obsidian di kampanye Kickstarter mereka, NPC-NPC dengan logo seperti ini adalah digitalisasi dari para donatur yang di kala itu, bersedia menyumbangkan dana pengembangan yang cukup besar. Kerennya, Obsidian membangun cerita dan drama tersendiri untuk setiap karakter ini. Diposisikan sebagai masa lalu kelam yang hanya bisa diakses oleh karakter utama Anda sebagai seorang Watcher, beberapa cerita NPC-NPC ini memang menarik untuk diikuti. Beberapa bahkan cukup emosional, membuat Anda bersimpati. Permasalahannya kini, apakah Anda cukup rajin untuk berhadapan dengan barisan teks ini atau tidak? Jika Anda malas membaca, Anda akan berhadapan dengan begitu banyak ruang kosong tanpa penjelasan