NVIDIA dan AMD Bersitegang Soal The Witcher 3 PC

Anda yang mengikuti perkembangan berita di industri game, khususnya PC, tentu tahu soal perkembangan hubungan NVIDIA dan AMD yang kian memanas pasca dirilisnya game racing simulator – Project CARS ke PC.
Terlepas dari kualitas gamenya sendiri yang memang memukau, banyak gamer AMD yang mengeluhkan betapa tidak optimalnya game ini di GPU mereka. Indikasi mengarah sebuah hubungan kerjasama erat dengan NVIDIA yang dianggap menjadi biang masalah, terutama implementasi teknologi proprietary seperti PhsyX. Cukup membuat Slightly Mad Studios – sang developer untuk angkat bicara dan memberikan klarifikasi terkait semua tuduhan ini. Mereka membantah bahwa mereka pilih kasih pada salah satu pabrikan terkait Project Cars. Belum reda suasana panas ini, hal yang sama juga terjadi di game RPG yang paling diantisipasi tahun ini – The Witcher 3: Wild Hunt.
Sama seperti yang terjadi dengan Project Cars, The Witcher 3: Wild Hunt versi PC juga memiliki performa yang tidak optimal ketika dijalankan dengan GPU AMD. Fakta bahwa The Witcher 3 adalah proyek NVIDIA Gameworks disinyalir sebagai alasan utama, terutama terkait dengan teknologi HBAO+ dan HairWorks mereka. HairWorks yang mampu memberikan efek tesselation untuk puluhan ribu cabang rambut di objek yang ada bahkan disebut-sebut bisa menendang performa AMD 50% lebih rendah.
CD Projekt Red tidak membantah hal tersebut. Berbicara di Overclock3D, sang developer dengan tegas menyebut bahwa gamer dengan GPU AMD sebenarnya bisa menjalankan NVIDIA HairWorks jika mereka ingin. Namun optimal? Tidak! HairWorks akan menurunkan performa The Witcher 3 di AMD mengingat kode ini memang tidak dioptimalkan untuk GPU non-NVIDIA. Mereka meminta gamer AMD untuk mematikan fitur ini begitu performa yang muncul sudah di ambang toleransi.

NVIDIA tentu angkat bicara soal kontroversi ini. Dalam pernyataan resminya di PC Perspective, Brian Burke – PR NVIDIA GameWorks menyebut bahwa NVIDIA tidak pernah meminta developer game untuk melakukan sesuatu yang tidak etis dengan teknologi mereka. GameWorks memang ditujukan untuk memastikan game berada dalam kualitas terbaik untuk para pengguna produk NVIDIA. Ia tidak diciptakan untuk menghancurkan performa hardware saingan. NVIDIA selalu menyediakan GameWorks bagi developer yang memintanya dan lebih melihat masalah ini terjadi sekedar karena prioritas resource. Mereka mengaku mengorbankan lebih banyak sumber daya artist dan engineering untuk membantu The Witcher 3 tampil lebih baik. Dan mereka merasa bahwa AMD sebenarnya bisa melakukan hal yang sama karena perjanjian mereka dengan The Witcher 3 tidak pernah bersifat eksklusif.
Namun pernyataan bertolak belakang muncul dari AMD. Dalam pernyataannya via Ars Technica, Chief Gaming Scientist AMD – Richard Huddy membantah hal tersebut. Ia mengaku bahwa AMD sebenarnya sudah bekerjasama dengan CD Projekt Red sejak awal pengembangan The Witcher 3. Mereka sudah memberikan feedback yang dibutuhkan untuk memastikan game ini berjalan maksimal di produk mereka. Namun Huddy mengaku bahwa semuanya berubah di 2 bulan menjelang rilis. Tiba-tiba, GameWorks tiba dengan HairWorks dan ia sebut, menyabotase performa AMD habis-habisan. Ia menegaskan bahwa sebelum teknologi ini tiba, The Witcher 3 berjalan baik-baik saja. Hancurnya performa ini membuat Huddy merasa bahwa implementasi fitur ini seolah-olah memang ditanamkan untuk menghancurkan performa AMD. Huddy juga menyangkal pernyataan NVIDIA dan menyebut bahwa developer tidak pernah diberikan akses source code untuk HairWorks.

Lempar pernyataan ini tentu saja membuat “persaingan” yang sudah berjalan begitu lama ini kian memanas, masing-masing dengan latar belakang alasan yang cukup kuat. Satu-satunya solusi bagi gamer AMD saat ini adalah dengan mematikan semua fitur proprietary milik NVIDIA di The Witcher 3 untuk performa yang lebih optimal, walaupun harus berhadapan dengan kualitas visual yang tidak sefantastis seharusnya.
Bagaimana menurut Anda sendiri? Apakah Anda termasuk gamer PC yang berada di salah satu pihak? Atau Anda tidak ambil pusing sebagai konsumen?
Source: Ars Technica