Review D4 – Dark Dreams Don’t Die: Bukan Game Detektif Biasa!
Interactive Story yang “Jepang Banget”

Jika ada satu genre yang bisa dilemparkan untuk menyederhanakan dan menggambarkan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan oleh D4 ini, maka ia bisa disejajarkan dengan serangkaian game interactive story yang selama ini Anda temukan lewat proyek-proyek racikan Telltale Games (The Walking Dead, Game of Thrones, Tale of Borderlands) dan Quantic Dreams (Heavy Rain, Beyond: Two Souls). Berbeda dengan game third person lain yang biasanya menuntut Anda beraksi secara aktif, game-game seperti ini biasanya menjadikan cerita sebagai daya tarik paling utama. Bedanya? D4 akan menjadi sebuah proyek yang menarik, mungkin karena pada dasarnya, ia dikembangkan oleh developer Jepang yang harus diakui, selalu unik.
Salah satu perbedaan yang paling signifikan adalah pendekatan yang ia tawarkan. Jika game-game seperti The Walking Dead, Life is Strange, atau Heavy Rain berjuang untuk memicu perasaan Anda dengan tema serius dan berat lewat sekuens cerita yang mungkin menyayat nilai moral dan hati, D4 datang dengan alur yang lebih “nyeleneh”. Ini adalah sebuah game yang meminta Anda untuk berperan sebagai seorang detektif yang mampu kembali ke masa lalu, sebuah pendekatan unik yang terasa lebih ringan. Apalagi ia diselipi dengan humor dan beragam karakter yang bisa dibilang akan terlalu “aneh” untuk bisa muncul di sebuah game racikan developer Barat. Ia berhasil menciptakan sebuah identitas yang lain daripada yang lain.



Namun sayangnya, secara gameplay, ia tampil sederhana. Game-game interactive story biasanya datang dengan cabang berita yang muncul sebagai konsekuensi dari pilihan, terlepas dari apakah ia menawarkan alternatif ending yang berbeda atau tidak. D4 tampil lebih lugas dan linear. Anda memang bisa berinteraksi dengan banyak karakter di dalamnya, memberikan respon dari pertanyaan, hingga menyelesaikan quest-quest kecil yang disematkan di dalamnya, namun ia tidak akan mempengaruhi jalan cerita seperti apa yang Anda dapatkan. Pengalaman yang Anda dapatkan bersama dengan gamer lain akan kurang lebih serupa. Pilihan yang bisa dimengerti mengingat tema yang ia usung, apalagi ketika perjalanan waktu juga erat kaitannya dengan aksi dan konsekuensi. Tidak adanya cabang cerita memberikan sebuah alur yang lebih konsisten.



Secara gameplay, seperti halnya game interactive story pada umumnya, interaktivitas pada objek menjadi kunci untuk membuka progress cerita. Cita rasa game Kinect mengalir kuat di sini, dimana segala pergerakan dan aksi Young didefinisikan dari ikon interaktif yang bisa ia picu, dari mengambil, mendorong, mengubah posisi karakter, hingga terlibat dalam aksi QTE yang sebagian besarnya hanya akan menuntut Anda menggerakkan mouse ke arah tertentu. Tidak ada aktivitas aktif dengan keyboard layaknya game third person yang biasa Anda nikmati. Game akan bergerak dari satu titik ke titik lainnya dan progress akan muncul begitu Anda berhasil memicu event tertentu lewat rangkaian aksi tersebut. Beberapa karakter di dalam akan menawarkan side quest yang berbeda dari side quest utama, namun sama sekali tidak berpengaruh pada arah cerita yang Anda dapatkan. Namun, ia akan memberikan reward tertentu.
Siapa yang mengira bahwa sebuah game Interactive Story seperti ini ternyata juga bisa dikombinasikan dengan sistem modifikasi tampilan karakter? D4 membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di otak kreatif developer Jepang. Untuk setiap objek dan wilayah yang berhasil Anda eksplorasi, atau bahkan side quest yang Anda selesaikan, Anda akan mendapatkan “mata uang” khusus bernama Credits yang bisa digunakan di dalam game. Dengan mengunjungi Amanda – karakter wanita aneh yang bersikap seperti layaknya kucing – Anda bisa menggunakan Credits ini untuk membeli serangkaian makanan dan tentu saja, pakaian. Untuk urusan terakhir ini, Anda tidak hanya bisa mendadani David Young, tetapi juga karakter lainnya, termasuk Amanda sendiri. Namun bukan berarti, kosmetik ini tidak punya pengaruh apapun dalam permainan.



Benar sekali, beberapa pakaian akan memberikan buff permanen pada tiga status utama David Young – Stamina, Vision, dan Life. Berbeda dengan game serupa racikan developer Barat, aksi Anda di D4 akan ditentukan oleh tiga elemen utama ini. Untuk setiap aksi Anda di dalam game, dari sekedar membuka pintu hingga berbicara dengan NPC lain, Stamina Anda akan berkurang dalam jumlah tertentu. Sementara Life akan berfungsi sebagai benteng damage, jikalau Anda lalai menyelesaikan sekuens QTE dalam event yang ada. Di sisi lain, Vision sendiri berfungsi alat bantu yang akan secara otomatis memberikan highlight pada objek yang bisa diakses. Vision sendiri bisa dipulihkan dengan mencari minuman, seperti halnya makanan untuk Stamina. Pengaturan ketiga resource ini menjadi sesuatu yang krusial, walaupun tidak akan sampai pada titik membuat Anda frustrasi.


Satu yang menarik, D4 juga berhasil membuat proses investigasi yang dilakukan Young tidak berujung monoton. Walaupun pada intinya adalah mencari clue yang bisa memicu progress cerita selanjutnya, Anda akan disibukkan dengan ekstra aktivitas lain yang biasanya terselimuti sebagai bagian dari side-quest. Ada beragam mini-game, dari sekedar menebak quiz soal penerbangan, menyelesaikan puzzle berbasis kabel listrik, hingga sekedar membersihkan kaca jendela berdebu ketika Anda berusaha mencari clue. Sentuhan-sentuhan kecil yang walaupun jelas didesain untuk Kinect, namun tidak terasa canggung untuk tetap bisa dinikmati dengan mouse.


Dengan semua pesona tersebut, dilengkapi dengan musik dan dialog yang juga pantas diacungi jempol, D4 benar-benar menunjukkan tajinya sebagai game interactive story yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Di tengah terjangan game serupa racikan developer Barat yang hadir dengan tema serius, ia menawarkan sesuatu yang unik dan berbeda dengan “cita rasa” Jepang yang begitu kental. Kompleksitas, misteri, dan kegilaan di ruang yang sama.
Berhasil Memancing Rasa Penasaran

“Perjalanan Waktu” adalah salah satu konsep tersulit di dunia science fiction. Satu langkah salah saja dari sang penulis cerita, dan ia tidak mempertimbangkan Butterfly Effect dan beragam konsekuensi yang muncul dari aksi David Young, cerita D4 akan runtuh secara instan. Ia tidak akan lagi terasa “logis” dan bisa dimengerti jika tidak dieksekusi dengan baik. Untungnya, jika ada satu hal yang berhasil dilakukan oleh Access Games adalah menjadikan detail seperti ini sebagai salah satu nilai jual utama. Perjalanan waktu David Young terasa memuaskan, bukan karena fakta bahwa Anda bisa memicunya secara aktif, namun karena semua pecahan puzzle cerita tersebut perlahan namun pasti terungkap, menempati posisinya masing-masing secara sempurna. Sebagai contoh? Seperti ketika Anda pertama kali menaiki pesawat 117 untuk menyelidiki tersangka yang hilang tersebut. Secara tiba-tiba, hampir semua penumpang di kabin pesawat Anda seperti mengenal Anda, sempat bertemu Anda – walaupun Anda sendiri tidak mengingat soal mereka sama sekali. Apakah ini karena efek amnesia di awal? Atau karena konsekuensi lain? Rasa penasaran tersebut terjawab manis.


Lewat dukungan karakter-karakter unik dengan tampilan yang cukup “gila”, D4 juga berhasil memacing rasa penasaran dan naluri Anda sebagai detektif untuk terus menggali informasi, setidaknya untuk mendapatkan kejelasan soal identitas mereka dan peran mereka di dalam cerita yang sebenarnya. Apalagi, mengingat sebagian dari mereka juga muncul dengan nama “D”, seperti yang disebut oleh Little Peggy. Maka Anda berhadapan dengan seorang polisi tua dengan luka besar di wajahnya, seorang fashion designer yang terus berbicara dengan mannequin yang ia bawa, seorang wanita penakut yang terus panik, seorang pramugara bertubuh bongsor yang tampaknya bisa menghancurkan apapun, dan seorang pria berkulit hitam super tinggi yang terus memandangi Anda dari jauh. Aura misteri yang kentara terus memancing Anda untuk bergerak dan mengetahui siapa sebenarnya setiap dari mereka, walaupun tidak banyak berkontribusi pada cerita utama yang ada.

Tidak hanya itu saja, D4: Dark Dreams Don’t Die yang dirilis saat ini juga masih diposisikan sebagai sebuah “Season Pertama” – yang berarti mengindikasikan bahwa ia akan terus mendapatkan tambahan konten di masa depan untuk melengkapi cerita yang ada. Bertemu dengan cerita super menggantung? Bersiaplah!